Al-Kisah,
Luqman Al-Hakim adalah orang Sudan, dianya sebagai P.R.T. dengan majikan
seorang pengusaha kaya. Suatu hari sang majikan menyuruh menyembelih seekor kambing,
minta dimasakkan dari irisan bagian daging kambing itu yang paling lezat dan
paling berkhasiat. Perintah itupun dilaksanakan, Luqman mengambilkan Lidah dan
Hati kambing tersebut, dimasakkan dan kemudian dihidangkan kepada majikannya.
Beberapa
hari berikut, majikan minta lagi Luqman Al-Hakim agar menyembelih seekor kambing,
juga minta dimasakkan dari daging kambing itu KINI dari irisan daging yang
paling TIDAK enak dan paling TIDAK berkhasiat dan menjijikkan agar diolah
menjadi makanan yang layak disantap. Lagi-lagi Luqman mengiris lidah dan hati
kambing itu serta memasaknya dan selanjutnya menghidangkan ramuan masakan lidah
dan hati kambing tersebut.
Majikan
dari Luqman, terheran-heran kenapa Luqman juga memasakkan bagian yang sama dari
kambing itu, baik ketika diperintah untuk
memilih daging yang paling lezat dan berkhasiat, maupun daging yang
paling tak enak dan menjijikkan. Keadaan ini membuat sang majikan bertanya
kepada Luqman.
Penjelasan
Luqman, benar-benar pas benar dengan namanya “Luqman Al-Hakim”, mengandung
hikmah yang kayaknya pantas untuk kita simak menilai kondisi masyarakat akhir-akhir ini.
Menurut
Luqman dalam tubuh manusia ini bagian yang paling enak dan berkhasiat sekaligus
menjadi bagian yang tidak mengenakkan dan bagian yang membuat malapetaka adalah
LIDAH dan HATI.
Dengan
lidah, orang dapat mengucapkan kata-kata yang menyejukkan, menentramkan jiwa,
mendamaikan. Dalam pada itu dengan lidah, orang dapat meluncurkan kata-kata
yang menyakitkan, kata-kata yang mengajak permusuhan dan bahkan perperangan,
dengan lidah hati terluka lebih hebat lukanya dari ditusuk sebilah keris.
Dengan kata-kata orang yang tadinya rukun dapat menjadi berselisih paham
kemudian bentrok.
Ku
pernah menulis di FB ini tentang tiga hal yang TIDAK dapat ditarik, yaitu
pertama; anak panah yang meluncur dari busurnya. Kedua; kata-kata yang
diucapkan lidah, baik atau tidak baik, kalau salah ucap biarpun diikuti sejuta
maaf tak akan dapat memasukkan kembali ucapan itu ke dalam mulut. Ketiga;
tulisan yang telah terpublikasi di dunia maya ini, tetap tersimpan dan dapat
dilihat kembali. Contohnya tulisan saya yang lalu oleh FB di keluarkan lagi
sebagai kenangan pada tanggal saya mempublikasi tulisan itu. Apapun isi tulisan
itu ndak dapat dibatalkan, apabila tulisan sudah di publish sudah bukan milik
penulis lagi tapi sudah milik public.
Selanjutnya
dari hatilah manusia mempunyai perasaan yang halus, mempunyai pekerti yang
baik, menaruh belas kasihan, dengan hati pula dapat diukur ikhlas tidaknya
seseorang. Sementara itu dengan hati
pula orang dapat menjadi kejam, orang dapat berbuat curang, menyakiti orang
lain, iri dengki dan segala macam penyakit hati yang membuat kerusakan buat
orang lain bahkan masyarakat.
Begitu
hebatnya lidah, kadang dengan lidah dapat menggerakkan hati. Seeorang yang
sedang stress, putus asa, akan mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari gedung
bertingkat tinggi. Seorang Polwan menghampirinya dari jendela tak jauh dari si
stress sudah siap melompat. Dengan satu gerakan saja dunia ini berakhir buat
orang yang mau bunuh diri itu. Dengan kata-kata bijak yang mampu menggugah hati
si nekad. Perlahan-lahan ditariknya langkahnya mundur menuju jendela, tempat si
Polwan dengan tenang menunggu. Taaap, tangannya maraih tangan Polwan yang
sanggup menggerakkan hati ybs mengurungkan niatnya. Ini semua adalah peranan
lidah yang dengan lidah itu meluncur kata-kata bijak si Polwan yang arif yang sanggup meluluhkan hati orang yang sudah
putus asa itu.
Oleh
karena itulah maka hati-hatilah menggunakan lidah. “Lidah lebih tajam dari
sebilah pedang”. Sebab kalau kata-kata
yang sudah dikeluarkan bagaimanapun caranya tidak dapat ditarik kembali, walau
dengan bermiliar maaf. “luka ditangan dapat dibebat. luka di hati bagaimana dan
kemana mencari obat” Patut kiranya kita
cermati pesan nabi Muhammad saw hadist berikut:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
Man kana yukminu billahi wal yaumil
akhir, fal yakul khairan au liyashmut (“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
hendaklah dia berkata yang baik atau
hendaklah diam.”) (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah).
Billahi Taupiq Wall Hidayah, barakallahu fikum.
No comments:
Post a Comment