Tuesday 12 April 2016

REZEKI SEMUT



Semut dalam botol, apalagi botolannya di tutup tentu sudah tak mungkin untuk keluar mencari makan. Makluk sekecil apapun, kuman misalnya untuk kelangsungan hidupnya sudah pasti harus makan. Bila tidak makan tentu dalam jangka waktu tententu akan mati. 
Al- kisah seekor semut pekerja yang sedang gesit mondar mandir di atas sebuah batu, dalam aktifitasnya mencari makan, bertemu dengan Nabi Sulaiman. Dalam dialog singkat, semut menyatakan kepada nabi Sulaiman bahwa dianya yakin bahwa setiap hari pasti ada saja rezeki yang disediakan Allah untuknya asalkan ia berihtiar untuk mencari rezeki itu. Nabi Sulaiman bertanya “seberapa banyak si rezeki yang kau butuhkan setiap bulan hai semut” (ada yang mengisahkan sebulan ada yang mengisahkan setahun). Semut menjawab makanan yang dibutuhkannya sebutir gandum. Oleh karena itu semut tersebut diambil oleh Nabi Sulaiman dan dimasukkan ke dalam sebuah botol. Untuk makan semut itu oleh Nabi Sulaiman dimasukkan sebutir biji gandum.
Ketika masa makanan diperkirakan habis,  Nabi Sulaiman melihat botol semutnya. Ternyata biji gandum hanya habis setengahnya. Nabi Sulaiman mengatakan kepada semut “engkau ternyata berbohong hai semut”, seperti diceritakan di atas bahwa semut mengaku bahwa JADUP nya sebutir biji gandum. Semut menjelaskan: “Kini engkau aku kurung, rezekiku engkau yang mengatur, maka aku makan hanya separo dari kebutuhanku yang biasanya, untuk berjaga-jaga bilamana engkau lupa memberiku butiran  gandum di masa berikutnya ke depan. Beda dengan bila aku berada di alam bebas, Allah tak akan pernah lupa memberiku rezeki setiap hari, karena engkau manusia yang tak luput dari hilaf dan lupa, sedangkan Allah tak akan pernah hilaf dan lupa”.
Kisah ini, memberikan pelajaran kepada kita:
1.       Bahwa bagaimanapun dilengkapi kebutuhan hidup, setiap makluk akan lebih tentram jika hidup di alam bebas.
2.       Bahwa rezeki haruslah diihtiarkan untuk mendapatkannya dengan terus beraktifitas, walaupun belum diketahui dimana tersedia rezeki itu.
3.       Bahwa manusia melaksanakan janjinya masih belum pasti, adakalanya lupa atau sesuatu lain sebab sehingga terlalaikan.
4.       Seekor semutpun cukup bijak untuk menyikapi hidup ini, dalam keadaan tertentu sanggup melakukan tindakan berjaga-jaga untuk hari-hari kedepan.
5.       Tawakkal seekor semut patut diteladani, ia yakin akan rezeki yang tersedia untuknya senantiasa disiapkan oleh Allah. Ketika penyediaan rezeki diambil alih oleh manusia, maka timbul ketidak yakinannya.
6.       Disamping itu bahwa dalam Masyarakat semut, memang melakukan pencadangan makanan diwaktu yang akan datang sudah biasa mereka lakukan karena dalam sarang semut tersedia gudang makanan. Di dalam sarang semut juga ada perkebunan jamur. Dalam Masyarakat semut juga telah tersusun pembagian tugas dan kewajiban masing-masing semut dan tidak pernah mereka saling dengki atas peran masing-masing.
Kisah yang sudah sering dikisahkan, dikisahkan kembali untuk dicoba diambil maknanya, semoga.

No comments:

Post a Comment