Thursday 9 October 2014

GERBANG IMAN



Mulai lagi sekolah 10 Oktober 2014 sampai akhir tahun, jadi tak dapat lagi sering turunkan tulisan buat blog. Ini tulisan diakhir masa libur sekolah, tentang empat gerbang beriman, orang memeluk imannya masing-masing yaitu beriman melalui gerbang “Terpasang”, “Terangsang”, “Penantang” dan “Bimbang”.
1.     Terpasang, contoh rata-rata kita semua yang beriman atas dasar keturunan, mengikuti apa yang diimani oleh orang tua kita. Jika kebetulan orang tua kita adalah pemeluk agama yang taat, insya Allah kita sebagai anak keturunannya akan menjadi pemeluk agama yang beriman kuat sejak masa kecil sampai akhir hayat. Umumnya jarang terjadi penyimpangan dari orang yang beriman kelompok ini, berpindah imannya ke keyakinan yang lain. Tetapi bukan mustahil ada terjadi penyimpangan yaitu orang tuanya beriman kepada keyakinan “I”, kemudian berpindah ke keyakinan iman “K” atau sebaliknya. Faktor penyebab berbedanya keimanan orang tua dengan keimanan anaknya antara lain:
a.     Kurang pembinaan penularan nilai-nilai keimanan dari orang tua kepada anaknya.
b.     Orang tua sendiri kurang memberikan keteladanan tentang cara peribadatan. Karena orang tuanya itu hanya sekedar beriman, tetapi tidak mengamalkan imannya dalam ibadah.
c.      Pengaruh lingkungan dan pergaulan, si anak bergaul banyak dengan orang yang mempunyai keyakinan keimanan yang lain dari keyakinan iman dari ortu mereka.
d.     Anak yang bersangkutan mempelajari keimanan dari keyakinan iman yang lain dari ortunya, kemudian dianya merasakan bahwa keyakinan keimanan yang dipelajarinya jauh lebih meyakinkan dari yang selama ini dipahaminya dari ortunya.
Khusus buat keimanan agamaku Islam, adalah merupakan kewajiban ortu menurunkan nilai-nilai keimanan kepada keturunan mereka dengan perintah yang tegas dari Allah dalam Al-Qur’an surat 66 (At-Tahrim) ayat 6.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Untuk itu diyakini oleh penganut Islam, agar sedini mungkin menanamkan keimanan kepada anak keturunan kita agar tetap beriman dan beramal shaleh agar terpelihara dari api neraka. Setelah segala upaya dilakukan, ternyata anak keturunan kita juga beralih iman, itu bukan lagi urusan kita, serahkan semuanya kepada Allah. Apatah lagi kita, sedangkan para nabi saja ada anaknya yang berbeda keyakinannya.
2.     Terangsang, kelompok ini, orang beriman karena setelah menyaksikan fenomena alam, ingin untuk mendapatkan kebenaran iman dari rangsangan dalam jiwa bahwa kehidupan dan dunia ini tidak ada dengan sendirinya. Contoh nabi Ibrahim yang berusaha untuk mencari Tuhan seperti terlukis di dalam Al Qur’an bagaimana mulanya nabi Ibrahim menemukan iman yaitu melalui memperhatikan benda-benda alam seperti Matahari, Bulan dan Bintang-Bintang. Seperti di abadikan pada surat Al-An’am ayat 76-78.
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku." Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Dari rangsangan yang kuat untuk mendapatkan iman yang benar akhirnya Allah memberi petunjuk kepada nabi Ibrahim langsung dari Allah seperti didapatkan dalam  surat Al-Baqarah ayat 131.
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Keimanan manusia sekarang ini, dengan sebab terangsang dari jiwanya ini banyak ditemukan.
3.     Penantang, orang yang beriman karena justru tadinya sebagai penentang Islam. Orang seperti ini jika jiwanya berhasil ditundukkan oleh iman yang ditantangnya itu, kualitas imannya akan demikian tinggi dan bahkan sanggup mempelopori orang lain untuk beriman. Di zaman mula berkembangnya Islam dikenal tokoh Umar Ibn Khatab. Di zaman kini banyak ditemukan contoh, seorang yang tadinya tidak beragama malah melecehkan agama bahwa setelah tantangannya dijawab oleh keimanan yang ditantangnya dan jawaban itu sangat diyakininya malah dianya akan menjadi paling terdepan mengajak orang lain beriman. Allah banyak sekali memberikan tantangan kepada manusia, misalnya ditantang manusia membuat satu ayat saja semisal al-Qur’an antara lain seperti dikemukakan dalam surat Al-Baqarah ayat 23. (Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.)
4.     Bimbang, jenis ini dapat dikelompokkan dua:
a.     Bimbang karena menilai dari beberapa ajaran  keimanan dari beberapa jenis jalan keimanan, hingga ia sulit memilih jalan keimanan yang mana yang lebih benar, untuk diikuti. Sehingga jika yang bersangkutan lama mengambil keputusan maka pribadi seperti ini malah tidak melaksanakan ritual peribadatan dari keiamanan yang manapun. Banyak diantaranya yang punya semboyan yang penting berbuat baik, tidak menyakiti orang.
b.     Bimbang, sudah yakin terhadap suatu pilihan tetapi berupaya untuk membuktikan pilihannya itu lebih baik dari pilihan keimanan lainnya, dengan begitu dianya mencari dalil dan bukti-bukti referensi, belajar kesana kemari, sehingga mencapai kayakinan yang betul-betul bulat tak tergoyahkan lagi. Mungkin salah satu contoh bimbang yang ekstrim seperti terwakili dari keinginan nabi musa melihat Tuhan seperti diabadikan dalam al Qur’an, Al-A’raf surat 7 ayat 143.
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.
Melalui gerbang apapun kita beriman, semoga kita teguh dengan iman kita sampai akhir hayat, dan menjelmakan keimanan itu dalam wujud amal perbuatan yang baik, sebab iman adalah abstrak dan pembuktiannya melalui amal perbuatan yang baik.


No comments:

Post a Comment