Sunday 12 October 2014

KOMPROMI CECAK DAN TUPAI



Sama-sama, binatang melompat. Cecak hidup di gedung dan rumah-rumah. Makanan utama nyamuk, tapi juga tidak menolak makan laron dan binatang terbang kecil lainnya. Cecak punya kemampuan melompat, lebih banyak merayap dan punya keahlian istimewa merayap posisi terbalik tanpa khawatir terjatuh, bukan karena bebas dari gravitasi tapi di kakinya punya alat melekat di permukaan terbalik.
Binatang yang satu ini, sering dibuat alat kompensasi oleh orang tua kalau anak balita mereka sedang rewel. Walau secara ndak disadari cara ini berdampak kurang baik bagi pertumbuhan kepribadian anak. Oleh karena itulah tidak mengherankan bangsa kita setelah jadi orang dewasa, jadi pejabat, tidak mau ngaku salah kalau sedang ada sesuatu kebijakannya yang salah. Selalu saja mencari kambing hitam, mencari pembenaran bahwa kebijakan yang diambilnya bukan salahnya tetapi salah pihak lain. Sebab sedari kecil kita diajari untuk mengalihkan perhatian ke Cecak di dinding, supaya diam dari menangis atau rewel. Memori kita sudah terbiasa sejak baru tumbuh sudah dijejali dengan pengalihan isu.
Tupai adalah juga binatang melompat dan juga berkaki empat seperti Cecak, habitatnya bukan di gedung dan rumah-rumah. Makanan utamanya buah-buahan tentu sangat beda dengan Cecak. Tapi oleh manusia Tupai juga dibuat ungkapan tekenal dengan “sepandai-pandai Tupai melompat sesekali jatuh jua”. Untuk memberikan tamsil bagi seseorang yang demikian piawainya berkelit memperagakan kemampuannya melakukan aktivitasnya (dikonotasikan kegiatan yang negatif), tapi suatu saat terbuka juga kesalahannya itu.
Berkenaan dengan habitat dan makanan pokok, maka Tupai paling banyak hidup di perkebunan kelapa. Tupai melompat dari daun kelapa satu ke daun kelapa lainnya dan mempunyai kemampuan membolongi buah kelapa untuk memakan daging buah kelapa. Kemampuan ini tidak dipunyai Cecak, termasuk saudara tua Cecak yaitu Tokek tidak dapat menyaingi Tupai.
Sejak dulu Tupai dengan Cecak sudah berkompromi, bahwa masing-masing menempati habitat masing-masing, agar tidak saling mengganggu wilayah operasi. Sampai soal makananpun mereka sudah berbagi jenis. Cecak cukup melahap nyamuk dan serangga kecil yang terbang atau merayap di dinding, Meskipun Cecak tak mampu terbang dan nyamuk makanannya terbang, dasar rezeki ndak kemana, ada saja nyamuk yang dapat dilahap. Sedangkan Tupai, makanannya daging kelapa dan tak pernah terlintas dipikiran Cecak untuk coba-coba makan daging kelapa dan sebaliknya tak terpikir pula oleh Tupai untuk sesekali melahap nyamuk. Komitmen yang telah dikompromikan ini ditaati betul oleh Cecak dan Tupai, mungkin sampai hari kiamat.
Ada ungkapan buat orang yang berangan tinggi yang tak mungkin untuk dicapai “CECAK JANGAN BERKEINGINAN MAKAN KELAPA”. Ungkapan ini memberi ingat agar jangan terlalu muluk berangan, sedang dan wajar sesuai dengan kondisi dan kemungkinan yang tersedia. Bahwa Cecak tak akan mungkin makan daging kelapa dengan upaya sendiri, sebab tak punya kemampuan membolongi buah kelapa sabagaimana Tupai yang punya gigi kuat.
Adalah beda dengan kita manusia, selalu saja melanggar komitmen, selalu saja melanggar janji dari sudut pandang makanan saja kita bangsa manusia ini sudah banyak melanggar komitment. Banyak diantara manusia yang tega memakan daging sesama manusia, banyak yang tega memakan semen, besi beton batu dan aspal.
Bangsa Jin saja komit soal makanan, mereka tidak mau makanan yang dimakan manusia. Karena andaikan jin juga doyan makan makanan manusia, tentu saja banyak restoran yang tekor, karena stock makanan tiba-tiba habis dimakan jin, karena jin mahluk tak kasat mata.
Sadarlah kita manusia, bahwa kita ini jenis makhluk yang memakan segala macam makanan, baik kelompok makanan maupun kelompok bukan makanan. Kalau hewan memang ada yang memakan segala, pemakan daging, ya juga pemakan tumbuhan, tetapi belum ada hewan yang makan segalanya seperti manusia.
Dari tulisan tentang fenomena Cecak dan Tupai di atas  kiranya dapat dipahamkan bahwa:
1.     Bahwa masing-masing jenis hewan sudah ditentukan oleh yang Maha Kuasa akan habitat dan makanannya.
2.     Upayakan jangan ajarkan anak sejak dini dengan mengalihkan isu agar kelak si anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak suka mencari kambing hitam, tapi satria mengakui bila salah dan siap menerima koreksi.
3.     Bahwa rizki tetap tersedia, walaupun Cecak tak bisa terbang nyamuk dapat terbang dasar rezeki Cecak adalah nyamuk, maka belum pernah terlihat ada cecak mati kelaparan.
4.     Bahwa hidup ini, harus menggantung cita-cita setinggi-tingginya, tetapi hendaklah ukur kondisi dan kemungkinan pada diri masing-masing. Cecak jangan bercita-cita makan kelapa.
5.     Bahwa manusia harusnya sadar, bahwa jangan suka melanggar komitment  dan janji. Kalau begitu kalah sama Cecak dan Tupai.
Demikian tulisan ini terinspirasi dari dua hewan ciptaan Allah, semoga ada manfaatnya untuk para pembaca.


No comments:

Post a Comment