Tuesday 20 November 2012

REUNI SMPN JATIROGO

Reuni menurut arti bahasa berasal dari 2 suku kata, yaitu “Re” yang artinya kembali dan “Uni” yang artinya bersatu. Jadi jika digabung maka bisa diartikan “Kembali Bersatu”. Tujuannya adalah berkumpulnya kembali dengan teman, rekan, saudara, bahkan keluarga yang mungkin sudah lama tidak bertemu, dimana sebelumnya pernah berkumpul cukup lama. Seperti misalnya sesama siswa sekolah dasar (SD), dulu bernama SR (Sekolah Rakyat). Sebagai siswa SMP, SMA dan lain sebagainya komunitas terbentuk  bertahun-tahun.
Isteri saya, dianya dulu bersekolah SMP di Jatirogo-Tuban-Jawa Timur, sebuah kota kecamatan diperbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tergolong terpencil diera tahun 1967 sampai menamatkan SMP tahun 1970. Menurut cerita masing-masing mereka bahwa ke sekolah ada yang numpang truk, ada yang abunemen KA yang ketika itu masih melintas membelah kota Jatirogo. Kini KA tinggal kenangan dan bekas-bekas relnyapun sebagian sudah tertutup aspal. 
Saya sebagai orang yang berasal dari kota yang lebih jauh lagi dari pusat pemerintahan ketimbang asal isteri saya, ketika itu di daerah asal saya yaitu di Kalimanatan Barat, SMP belum berdiri di wilayah Kecamatan.  SMP adanya di ibukota kabupaten. Untungnya saya berdiam di ibukota kabupaten, sehingga SR (Sekolah Rakyat) nyambung ke SMP kami bersekolah dekat rumah ortu. Kami lulusan SMP tahun 1965/1966, peralihan ORLA ke ORBA, entah kenapa tahun itu SMP molor setengah tahun. Ingin saya tulis soal ini, karena saya  cukup terkesan kepada rekan-rekan isteri saya, mereka sanggup menghimpun sebagian teman sekolahnya  yang sudah lebih 40 tahun tak bertemu dari tahun 1970. Mereka mulai dapat menghimpun teman seangkatan sekitar tahun 2007, itu sebabnya tahun 2012 REUNI mereka adalah yang ke lima. Sementara saya sendiri rekan sekelas SMA saja sampai sekarang belum dapat melaksanakan seperti itu.
Reuni pertama dilangsungkan di daerah asal yaitu Jatirogo, yang hadir menurut khabar baru kurang lebih 20an %, satu dan lain, karena sudah tidak diketahui lagi kemana rekan seangkatan mereka itu berada, tidak dapat alamat kemana harus menghubungi. Atas dasar pertemuan itu menggugah semangat mereka yang terhimpun untuk mencari jejak rekan-rekan yang belum diketahui, melalui sanak keluarga yang masih tersisa di kampung, melalui teman ke teman.
Reuni keduapun terlaksana di Bangilan, kurang lebih enam km dari Jatirogo. Penghadir reuni itupun belum seluruhnya, palingbanter baru 25%  sampai 30%, sebab masih terkendala tidak dapat memantau keberadaan rekan seangkatan sebanyak kurang lebih 120 orang terdiri dari 3 kelas. Namun sudah ada kemajuan yang cukup berarti, dibanding reuni pertama.
Reuni ketiga berlangsung di Tuban Jawa Timur, kurang lebih 45 Km dari Jatirogo. Rekan-rekan makin banyak terkumpul barangkali sudah hampir 45%. Beritanyapun tersiar berkat semakin canggihnya komunikasi sehingga  dapat diketahui oleh banyak rekan yang terpencar di seluruh pelosok tanah air.
Sehingga pada reuni ke empat di perkebunan teh Wonosari Lawang, Malang Jawa Timur, dapat disusun acara yang sangat meriah, dimana isteri saya diundang untuk menghadirinya beberapa bulan sebelum hari “H” dengan menggunakan SMS, telepon dan akhirnya setengah bulan sebelum hari “H”  dikirim undangan melalui titipan kilat, berupa undangan resmi dengan cover kebun teh lokasi reuni. Saya ikut hadir menemani isteri saya, begitu meriah dan terkesannya saya dengan kerja panitya, saya sempat menulis dalam blog saya tentang reuni itu. Saya terkesan terhadap keseriusan panitya sampai dapat menghimpun segala kenangan lama misalnya dapat menyusun photo-photo ketika masih SMP, padahal sudah begitu lama dan lagi zaman itu photo adalah sesuatu yang terbilang mewah. Saya berkesan bahwa reuni itu meriah dan penuh keakraban. Dilaksanakan tanggal 2 September 2011. Peserta yang hadir sudah jauh lebih banyak, mungkin sudah lebih dari 50%.
Kali yang kedua saya ikut yaitu reuni mereka yang ke lima di Cisarua-Bogor-Jawa Barat  tanggal 16-18 November 2012, tidak kurang menariknya. Reuni kali ini tergolong mewah dan berbiaya tinggi. 17 kamar hotel di Jakarta di bilangan Kemayoran dipesan untuk menampung sebagian rombongan yang datang sehari sebelumnya. Rombongan diangkut dengan 3 unit bis kecil berpenumpang 22 orang, belum lagi yang membawa mobil sendiri. Sesampainya di Cisarua diinapkan di hotel terbilang mewah milik suatu instansi pemerintah kurang lebih menggunakan 40 buah kamar. Sementara acara makan malam, sarapan pagi begitu terkesan mewah dan formal. Secara rinci acaranya adalah hari Kamis 15 November, sebagian alumnus yang sudah datang menginap di sebuah hotel berbintang di Kemayoran Jakarta. Pagi hari Jumat rombongan dari Jawa Timur di jemput dari terminal Rawamangun Jakarta. Pukul 09 pagi hari Jumat menuju Taman Mini, selesai shalat Jumat rombongan menuju Cisarua.  Pagi hari di hari pertama di Cisarua setelah senam pagi rombongan reuni menuju Taman Safari. Reuni kali ini berbiaya cukup tinggi dan dikemas begitu mewah dan formal, penyandang dana sebagian kecil dari alumni sedangkan bagian terbesar adalah “tuan rumah”, meliputi transportasi akomodasi konsumsi petugas lapangan termasuk biaya masuk ke Taman Mini dan Taman Safari. Malam harinya ditutup dengan acara ramah tamah dan sederetan sambutan dari “tuan rumah” ketempatan reuni yaitu salah seorang alumni yang kini kebetulan berada di puncak karier di suatu instansi pemerintah, wakil alumni dan dari wakil Bapak/Ibu Guru. Acarapun sempat dimeriahkan dengan melantunkan lagu-lagu dari alumni untuk alumni dan acara ulang tahun 3 orang alumni yang kebetulan tanggal lahir mereka bulan November. Bila pada reuni ke empat hanya dapat menghadirkan 2 orang guru mereka. Reuni kelima di Cisarua mereka dapat menghadirkan 4 orang guru mereka.
 
Nasib masing-masing.
Dari 120 orang anak bangsa yang lulus SMPN Jatirogo tahun 1970 itu, ternyata setelah empat puluh tahun lebih kemudian bernasib beraneka. Ada yang mencapai karier  tinggi di TNI sampai bintang berada di pundaknya. Ada yang sukses di kepolisian, ada juga yang  sukses di kepamongprajaan sampai menjabat sekretaris daerah. Tuan rumah reuni ke lima ini termasuk alumni yang sukses menjabat di suatu instansi pemerintah dalam posisi eselon satu. Sebagian besar pensiunan dalam jabatan lumayan di berbagai instansi. Sementara ada yang masih aktif dibidang mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi kepala sekolah sampai penilik sekolah. Tidak kurang yang berjaya dibidang usaha dan perusahaan, dalam kedudukan yang cukup baik dan jadi pengusaha sukses. Dalam pada itu ada juga sebagian yang dalam merajut nasib tidak menemukan jalan yang baik, sehingga kehidupan pas-pasan cenderung kurang. Diantara mereka tidak sanggup menghadiri reuni, alasannya bukan karena biaya, sebab rekan-rekan sanggup dan bersedia menanggung, tapi mereka tidak hadir mungkin faktor lain.  Juga ada yang tidak hadir bukan karena terbelakang perekonomian, tetapi karena halangan non teknis lainnya seperti sedang kemalangan, sakit dan kesibukan yang tak dapat ditinggalkan.
Zakat
Atas dasar strata kehidupan para alumni mereka yang saya dengar dan saya lihat serta simpulkan tersebut, ingin rasanya mengajukan sebuah usul untuk alumni yang dinilai sangat kompak oleh pak Mujait, guru mereka itu. Saya ingin usulkan alumnus yang kebetulan hidup berkelebihan yang sudah pasti setiap tahun mengeluarkan zakat dalam bilangan puluhan juta rupiah. Menyisihkan sebagian zakatnya kepada ulumnus yang kebetulan kurang sukses perekenomiannya. Caranya adalah alumni ini sebaiknya disusun organisasi, dimana ditentukan siapa sebagai ketua, bendahara, sekretaris dan segala macam perangkatnya. Antara lain tugas pengurus oraganisasi meng-inventarisir alumnus yang kurang mampu dan berhak menerima zakat (mustahiq) dan juga diinventarisir para alumnus yang mampu dan pemberi zakat (Muzakki). Uang zakat tersebut dihimpun setahun sekali dan diserahkan kepada mustahiq yaitu alumnus yang tidak mampu pada saat dilaksanakan acara reuni. Semoga dengan jumlah zakat yang terhimpun tersebut dapat membangunkan perekonomian yang bersangkutan dan kelak mudah mudahan beberapa kali reuni yang bersangkutan akan menjadi Muzakki baru. Kalau dapat sekaligus diringi pembinaan untuk berhubungan dikegiatan perekonomian, bagi alumni pengusaha untuk dapat saling tukar menukar informasi dan menjalin hubungan bisnis. Dalam hal zakat, kitapun dianjurkan untuk mengutamakan, kerabat, sanak famili dan orang-orang terdekat.

Begitu barang kali yang dapat saya tulis untuk alumni sekolah SMPN Jatirogo tempat sekolah isteri saya lulusan tahun 1970. Alumnus mereka kompak sekali, walau sudah empat puluh tahun lebih tidak berdekatan tinggal, masih tetap akrab. Semoga keakraban ini bermanfaat untuk mensejahterakan ummat, sebagai tugas kita semua dihadirkan di bumi ini. 

No comments:

Post a Comment