Tuesday 8 May 2012

MENYIKAPI MIRIS, PENGAPESAN DAN TRAUMA

Miris menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan M.J.S. Poerwadarminta diartikan “bermacam-macam atau banyak tirisnya”. Sedangkan “miris” yang dimaksud dalam tulisan ini adalah, “risih”, “khawatir” boleh juga diartikan “ngeri”, kadang “miris” sesekali tempo condong diterjemahkan sebagai “trauma”.
Ada orang yang miris bila mendengar bambu digosok dengan bambu, bunyi gesekan bambu tersebut sanggup membuat orang tersebut ngeri sampai mengangkat bahu, bulu kuduknya merinding, atau matanya sampai dipicingkan, giginya sampai digigit rapat-rapat atau telinganya ditutup dan selanjutnya memilih meninggalkan atau menjauhi tempat sumber bunyi itu.
Ada orang yang miris mendengar bunyi Tokek, apalagi melihat hewan yang satu ini, lebih miris dari melihat seekor ular. Miris ini condong kepada “takut”, tapi bukan berarti takut dibinasakan binatang itu, bukan takut Tokek dapat mencederainya. Entah kenapa ia sangat ngeri, miris sekali terhadap  Tokek.
Ada orang yang sangat miris terhadap Kecoa. Yang bersangkutan segera bergegas dari kamar mandi/WC, sampai tak jadi menyelesaikan urusannya di WC kalau di dalam WC ketemu dengan Kecoa. Ia memilih menunda kebeletnya dari pada harus berhadapan dengan Kecoa. Aneh memang, mestinya binatang kecil ini cukup dengan sekali injak, sudah tamat riwayatnya.
Takut kucing; begitu melihat kucing di pintu gerbang rumah,  ybs. rela menunggu beberapa saat sampai kucing itu pindah dari alur jalannya menuju masuk halaman rumah. Atau minta tolong orang lain agar memindahkan itu kucing, karena binatang yang satu itu tak gampang pindah sebab sukanya tidur.
Takut anjing; bila ada anjing di jalan si takut anjing memilih belok kearah lain, agar tidak berpapasan dengan anjing. Padahal binatang yang satu itu punya kebiasaan akan mengejar orang, kalau orang tesebut berlari.
Dalam sinetron “Tutur Tinular” ditayangkan TV Indosiar,  lakon tengkorak berasap yang diperankan sebagai makluk yang sakti bernama “Nagras” takut dengan Marmut. Apapun kejahatan yang sedang akan dijalankannya, betapa saktinya dia,  begitu ada Marmut yang bersangkutan lari terbirit-birit.
Seorang “atasan bagian” di sebuah kantor, sangat “miris” melihat barang terletak dipinggir. Misalnya dipingir meja. Begitu melihat barang apa saja, apakah alat tulis, gelas,  pokoknya apa saja yang dilihatnya ketika ia lewat di meja anak buahnya langsung ia segera menggeser barang tersebut agak ketengahan, karena dia miris kalau barang itu nanti jatuh. Lama kelamaan ke-miris-an si bos diketahui anak buahnya. Kontan jadi bulan-bulanan anak buah. Begitu mendengar tanda tanda si bos bakal datang atau bakal masuk keruangan kerja mereka. Di dalam kelompok anak buah itu ada saja diantaranya menyiapkan sesuatu barang yang disengaja letaknya disudut atau dipinggir meja. Si bos menangkap barang itu dan menggesernya agak ketengah. “Jangan diletakkan begini, nanti jatuh” ujarnya sambil menggeser benda tersebut. Sementara sekelompok karyawan menahan tawa kemudian setelah beliau berlalu berderailah tawa mereka. Saking mirisnya beliau melihat barang terletak dipinggir, bila menemukan hal itu sampai sampai tujuan pokoknya datang ke ruangan anak buahnya tak jadi dilaksanakan. Instruksi yang tadinya akan diberikan kepada anak buah sampai lupa dia menyampaikannya.
Kemirisan atau trauma seperti ini dalam banyak keadaan adalah merupakan unsur kelemahan kita, siapapun anda kalau dapat kelemahan itu hendaklah disembunyikan. Sebab dengan kelemahan diketahui orang,  dapat saja dijadikan bahan untuk melumpuhkan kita atau sekurangnya jadi bahan godaan seperti yang terjadi pada si bos.
Penyebab miris mungkin dapat dikelompokkan atas:  miris bawaan dan miris dapatan.
Miris bawaan; yang melekat pada diri seseorang yang tumbuh sejak lahir, sejak ia sudah mampu beraktivitas pembawaan diri yang bersangkutan sudah miris terhadap sesuatu. Kemirisan tersebut bukan dibuat-buat, bukan pula disebabkan oleh sesuatu sebab seperti pengalaman, kejadian yang tidak terlupakan, atau apapun dari faktor ekstern.
Tidak terbatas pada manusia saja memiliki soal miris ini konon Jin makhluk halus dan binatang buas juga punya hal-hal yang mereka miris. Dikenal bahasa daerah dengan istilah “pengapesan”. Contoh yang diinformasikan orang-orang tua kami dulu yang berdiam di desa yang masih sepi diantaranya:
Hantu Pontinak, yang dikenal secara umum di Indonesia  “Kuntilinak”. Dianya miris dengan “rabunan rambu’ bawang merah”. “Rabunan” bahasa daerah (melayu Pontianak dan sekitarnya) yang artinya asap yang dibuat dari membakar sesuatu. “Rambu’” bahasa daerah yang artinya daun bawang merah yang sudah kering biasanya untuk mengingat sekelompok buah bawang. Jadi “rabunan rambu bawang merah” adalah asap yang dibuat dengan membakar daun kering bawang merah. Begitu dibuat rabunan tersebut, hantu Pontianak yang biasanya ketawa cekikikan disamping rumah, atau kemah anda di hutan misalnya, dia makin nyaring ketawanya cekikikan dan kemudian ketawanya makin lama makin jauh dan menghilang. Jadi kalau anda kebetulan dapat tugas ekspedisi ke hutan Kalimantan jangan lupa berbekal di ransel anda “rambu bawang”.
Ular Sawah atau ular Piton yang banyak hidup di hutan lebat, dianya sangat miris/pengapesannya adalah tembakau, begitu mulutnya kemasukkan tembakau ia langsung lemas dan dapat dikuasai. Tembakau penting buat perjalanan ke dalam hutan sebab juga mujarab menghindari sengatan “Pacet”. Setidaknya tembakau berguna di hutan untuk ular Sawah atau ular Piton dan Pacet. Kedua binatang ini pengapesannya tembakau. Sedang ular berbisa lainnya pengapesannya adalah garam.
Orang hutan dan Beruang pengapesan mereka adalah Terasi yang di bakar. Cuma bumbu masak yang satu ini antagonis, disatu pihak kalau dibakar menjauhkan Orang hutan dan Beruang sampai radius puluhan kilometer dari perkemahan kita di hutan. Dalam pada itu kalau siangnya membakar Terasi akan mengundang didatangi oleh “Jembelang Tanah”, adalah sejenis hantu sebangsa Jin yang terusik kenyamanannya bila mencium bau Terasi terbakar.  Mereka datang malam hari sampai menjelang subuh, dengan bunyi-bunyi yang menakutkan. Tapi sejauh ini belum ada manusia yang cedera langsung oleh olah “Jembelang Tanah”. Kalaupun ada yang celaka disebabkan ketakutan yang amat sangat. Si “Jembelang Tanah” ada pula pengapesannya yaitu dengan menancapkan besi yang sudah dibakar sampai merah ke tanah dekat perkemahan di hutan. Syaratnya penancapan besi, ketika mereka sudah mulai beraksi. Jadi langkah yang harus dilakukan rombongan yang bermalam di hutan, begitu mendengar rauman, suara “Jembelang Tanah” segeralah membakar besi seperti tombak atau parang atau apa saja, sampai besi menjadi merah dan kemudian tancapkan ke tanah dekat kemah. Rauman suara “Jembelang Tanah” segera berhenti dan anda dan rombongan dapat meneruskan istirahat dengan tenang, setelah di sekeliling kemah ditaburi garam untuk menghindari ular.
Miris dapatan; yaitu miris yang datang dikarenakan sesuatu sebab seperti pengalaman yang tak terlupakan, kejadian tertentu yang menyebabkan ybs. bila mengingatnya akan menjadi miris. Miris model ini mungkin yang condong disebut dengan trauma.
Trauma terjadi ketika pikiran tidak siap menerima suatu kejadian atau peristiwa sehingga mengakibatkan suatu goncangan. Apapun itu semua ada rekaman peristiwanya, yaitu rekaman traumatic. Rekaman inilah yang menyebabkan seseorang jera atau takut dengan objek pengingat (tempat-suasana-orang atau benda).
Penyebab trauma bisa beragam bentuknya, mulai dari kekerasan, kehilangan, atau perpisahan, eksploitasi. Namun trauma yang seringkali menimbulkan dampak negatif bagi masa depan seseorang adalah trauma yang disebabkan kejadian yang sangat memukul dalam lingkungan keluarga, seperti perceraian, kematian, atau kekerasan dalam rumah tangga. Apalagi jika hal-hal tersebut terjadi secara terus menerus dalam waktu berkepanjangan.

Adalagi jenis trauma disebabkan pengalaman makanan, pengalaman keadaan yang dialami antara lain contoh:
•    Pernah gara-gara termakan jenis sambel tertentu sampai dirawat di rumah sakit karena diare. Bila suatu ketika menemukan sambel tersebut ybs jadi trauma.
•    Suatu ketika salah mengambil suatu keputusan yang karenanya berakibat vatal.
•    Pernah gagal tampil berbicara didepan umum ketika suatu ketika terpaksa menggantikan posisi seseorang.
•    Kalah dalam suatu pertandingan yang menentukan disebabkan hanya kesalahan kecil.
•    Seorang anak terganggu konsentrasi mempelajari mata pelajaran tertentu karena gurunya kurang disukai sebab pernah berlaku yang tidak mengenakkan.
•    Pernah pingsan mencium aroma tertentu, padahal pingsannya itu disebabkan penyakit lain, kebetulan saat akan pingsan ingatan terakhir mencium aroma tersebut.
Banyak lagi contoh trauma yang mungkin dialami sendiri oleh pembaca atau oleh teman dekat dari para pembaca. Baik trauma bawaan maupun trauma dapatan, tidak diperoleh cara mengatasinya atau obatnya dengan pasti. Sebab bersangkut paut dengan kejiwaan seseorang, bukan gangguan pada phisik yang kasat mata kelihatan. Karena masalah kejiwaan, maka jalan keluar untuk mengurangi trauma dan bahkan mungkin menghilangkannya adalah dengan jalan kejiwaan pula. Berangkat dari pemahaman bahwa manusia terbangun oleh dua unsur pokok yaitu “Jasmani dan Rohani”. Persoalan rohani adalah wilayah agama, dengan demikian cara agamalah yang paling ampuh untuk mengatasi persoalan trauma. Salah satu caranya adalah dengan berdo’a,  menyerahkan diri secara totalitas kepada Allah s.w.t. diantara do’a tersebut dapat direferensikan adalah:
Allahumma aslamtu nafsi ilaika = Ya Allah kuserahkan diriku kepada Engkau
Wawajahtu wajhi ilaika= Kuhadapkan wajahku kepada Engkau
Wafawadltu amri ilaika=  Kuserahkan segala uusanku kepada Engkau
Wa alja’tu dhakhri ilaika= Kusandarkan punggungku kepada Engkau
Raghbatan warahbatan ilaika = Kuharap lindungan-Mu dan aku ngeri akan murka-Mu
La malja’a wala manja minka illa ilaika = Tidak ada tempat berlindung dan tidak ada tempat menyelamatkan diri dari Engkau, melainkan kepada Engkau jua.
Allahumma  amantu bikitabikal ladzi anjalta = Ya Allah kupercaya akan kitab yang Engkau turunkan
Wanabiyyikal ladzi arsalta.= dan kupercaya kepada nabi yang telah Engkau utus
Sumber hadits dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari kitab Ryadhusalihin susunan Imam Nawawi.
Bagi pembaca yang sedang mengalami penyakit miris dan trauma silahkan mencoba mengamalkan do’a di atas. Semoga Allah s.w.t. menyertakan dan memberikan penyembuhan. Do’a itupun direkomendasikan untuk menghadapi hal-hal yang sulit dalam kehidupan, dalam keadaan menderita sakit. Juga untuk menghadapi gangguan mahluk-makluk ciptaan Allah lainnya seperti Setan dan Jin seperti diantaranya diceritakan di atas. Sangat baik dibiasakan membacanya sebelum tidur. Wallahu A’lam bhishshawab.




No comments:

Post a Comment