Tuesday 24 January 2012

PANGGILAN ALLAH

Setiap manusia, apakah dia seorang raja atau pejabat yang sedang berkuasa, ataukah dia seorang rakyat yang setiap hari menderita. Apakah ia seorang kaya raya atau miskin papa merabda, semuanya mendapatkan panggilan Allah S.W.T dengan porsi yang sama. Bagi penganut Islam bentuk panggilan Allah S.W.T. kepada hamba-Nya ada empat panggilan, tiga di alam dunia satu di alam akhirat. Panggilan di dunia yaitu panggilan shalat, panggilan haji, panggilan maut dan panggilan di akhirat yaitu panggilan keluar dari kubur berkumpul di hari perhitungan.
PERTAMA, PANGGILAN SHALAT
Dalam keseharian, ummat Islam dipanggil Allah untuk menghadap-Nya, selama lima waktu. Yaitu mulai subuh, ketika tidur sedang nyenyak-nyenyaknya, kemudian dzuhur ketika kerja sedang asik-asiknya, selanjutnya ashar di saat badan sudah letih bekerja dan penat mengurus/memikirkan urusan dunia, disambung maghrib ketika sedang remang pertukaran siang dengan malam dan waktu isya’ dimana sedang asyik bercengkrama dengan keluarga.

Bagi orang yang imannya belum bersemi, memang terasa panggilan ini cukup merepotkan, sebab momen panggilan itu kebetulan diikuti keadaan yang cukup memberi alasan untuk sulit memenuhinya.
• Misalnya ketika subuh, “sebentarlah tidur lagi enak, nanti kalau dipaksa bangun kepalanya akan pusing. Malam tadi kebetulan tidurnya terkambat”, kata orang yang berat melaksanakan shalat dan banyaklah lagi alasan untuk membenarkan diri untuk tidak shalat subuh utamanya bagi lelaki, seharusnya pergi ke masjid.
• Dzuhurpun tiba, begitu adzan berkumandang, pas lagi sibuk kerja, “tanggung tinggal sedikit lagi”, ntar waktu dzuhur kan masih panjang”. pikir kebanyakan orang yang punya kesibukan. Al hasil panggilan itu dicuekan, tak sengaja memang tau-tau sudah masuk waktu ashar belum sempat shalat dzuhur.
• Ashar masuk, suara adzan berkumandang lagi memanggil untuk shalat dan untuk kemenangan. Bagi orang yang imannya tipis ada saja alasannya, misalnya: “sebentar lagi pulang, nanti shalat di rumah saja, ini pakaian kurang bersih ndak sreg. Apa gunanya shalat kalau tidak tenang, kalau ragu apa bersih badan dan pakaian”. Taunya ketika pulang kerumah dari tempat pekerjaan, teryata jalanan macet, atau ada apa saja halangan yang sulit diprediksi. Akhirnya shalat asharpun lewat begitu saja.
• Magrib baru saja sampai di rumah, lagi kecapean belum istirahat, belum mandi entah apa lagi, banyaklah alasan sehingga shalatpun tidak dikerjakan.
• Waktu isya’ sudah terlanjur tidur, akhirnya panggilan Allah seharian itu satu kalipun tidak dapat dipenuhi dengan berbagai alasan.
Para pendahulu orang beriman orang-orang dekat Rasulullah Muhammad S.A.W mana kala terdengar panggilan adzan, walau sedang apapun ditinggalkan. Ibarat kata sedang mencangkul tanah, begitu mendengar adzan cangkul yang diayunkan ke depan dibatalkan yaitu langsung dilepas atau malah dilempar ke belakang atau ke samping. Sebab takut kalau sampai tercangkul, maka tanah hasil cangkulannya bila ditanami tanaman dan tumbuh menjadi tanaman yang dimakan, akan menghasilkan sesuatu yang haram. Makan sesuatu yang haram mengakibatkan sekurangnya tiga hal yaitu: Pertama ibadah tidak diterima, kedua do’a tidak terkabul/ditolak dan ketiga daging yang dihasilkan makanan yang haram dibakar dengan neraka.
Ada memang orang yang masih lumayan baik, dapat mengerjakan shalat utamanya shalat magrib, dengan berjamaah di masjid dekat rumahnya pula. Lumayanlah ada pengakuan, walau hanya sekedar shalat harian. Ada memang kelompok masyarakat ini yang shalat memang mengambil harian seperti shalat magrib tadi, dan juga ada yang shalat pekanan, yaitu sepekan sekali yaitu hanya hari jum’at, ikut shalat jum’at. Bahkan ada yang tahunan, kelompok ini sibuk sekali ikut shalat ied di hari lebaran.

Bagi yang shalat pekanan apa lagi harian, masih berpotensi untuk memenuhi panggilan utama Allah ini. Dari hasil penelitian atas pengalaman dari banyak teman yang sempat berusia senja, ketika masih mahasiswa mereka sering diajak untuk shalat jum’at oleh teman satu kost. Alhamdulillah setelah selesai kuliah kebiasaan itu berlanjut. Mula-mula yaa hanya sekedar shalat jum’at, lama kelamaan karena sering jum’atan dan mendengar khatib memberikan wejangan, akhirnya kelompok ini setidaknya dimasa tua jadi ahli shalat, jadi orang yang selalu memenuhi panggilan Allah yang pertama tersebut, sebanyak 5 kali sehari semalam. Dalam pada itu yang mengambil tahunan, dari penelitian seadanya atas dasar berita yang dikumpulkan, bahwa kelompok ini kebanyakan akan sampai akhir hayat hanya sibuk ketika akan lebaran saja. Shalat yang lain mereka memilih absen.

Rasulullah Muhammad s.a.w. pernah berpesan bahwa rupanya shalat yang paling diutamakan untuk berjemaaah di masjid adalah shalat “isya’ dan subuh” seperti sabda beliau:

“Barangsiapa sholat isya secara berjamaah, maka ia bagaikan shalat (malam) setengah malam, dan barangsiapa shalat Subuh secara berjamaah maka ia bagaikan shalat (malam) semalam penuh.” (HR.Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).

Kenapa shalat isya’ berjemaah dinilai setara dengan setengah malam shalat, karena pada saat isya’ pada umumnya kebanyakan orang sudah selesai beraktivitas untuk mencari nafkah, hikmahnya barang kali begini:
Waktu isya’, pada umumnya orang kebanyakan sudah selesai melakukan kegiatan mencari nafkah, mereka sudah berada di rumah dan alangkah sempurnanya masyarakat Islam bila yang bersangkutan pergi ke masjid untuk shalat berjamaah, di masjid akan ketemu jiran tetangga yang seharian masing-masing menyebar dengan kesibukan masing-masing. Begitu pula waktu subuh, umumnya orang masih berada di lingkungan masing-masing belum menuju tempat kerja. Tapi shalat subuh bukan main sulitnya bagi kebanyakan orang apalagi turun dari rumah menuju masjid. Memerlukan iman yang tebal sebab itulah khusus shalat subuh Nabi Muhammad pernah katakan:

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik, adalah shalat isya’ dan subuh [berjamaah]” HR. Buhari dan Muslim dari Abu Hirairah r.a.

Sehubungan bila shalat isya’ dan subuh dilaksanakan dengan berjamaah di masjid maka setara dengan shalat satu setengah malam. Jadi kalau 40 tahun saja dalam hidup kita yang 60 tahun misalnya dapat shalat di masjid maka nilai sholat kita setara dengan shalat setiap malam semalaman selama 60 tahun. Andaikan dalam masa shalat 40 tahun itu ketemu setiap tahun dengan malam lailatul qadar maka (83 x 40) tahun ditambah 60 tahun = .....tahun melebihi 3 kali hidup nabi Nuh 950 tahun sebagaimana dikisahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 14.

KEDUA, PANGGILAN HAJI
Panggilan yang kedua, panggilan haji hanya sekali dalam seumur hidup. Semua orang sebenarnya dipanggil, sebagimana panggilan shalat tadi. Panggilan shalat walau sudah dipanggil, tetap saja banyak yang tidak mau memenuhi panggilan tu. Demikian juga panggilan haji, sudah dipanggil banyak orang tidak bersedia memenuhi panggilan itu. Orang tidak memenuhi panggilan haji dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar:
Pertama, punya kesanggupan tetapi tidak bersedia memenuhi panggilan itu. Kelompok ini punya kesanggupan financial yang cukup, kesehatanpun baik dan semua sarana mendukung. Diibaratkan panggilan shalat, kelompok ini walau tinggal berdampingan dengan masjid, ceramah agana sering masuk ke telinganya, tetapi tetap saja tidak bergeming. Kemampuan tinggi tetapi kemauan kurang, kesempatan ada. Dalam konteks ini mereka sudah terkena apa yang disampaikan Rasulullah Muhammad s.a.w.
Artinya : Dari Ali bin Abi Thalib r.a. Dia berkata : Rasulullah s.a.w. Bersabda : “ Barang siapa memiliki kelebihan (harta) serta kendaraan yang bisa membawanya ke-Baitullah tapi dia tidak melaksanakan Haji, maka dia matinya sebagai Yahudi atau Nasrani ”.
(HR. At Tirmidzi - Kitab Al Hajj - Bab Ma Ja’a Min At Taghlizh Fi Tarki Al Hajj (3) - Hadits No : 812)
Kedua, kelompok kedua sangat ingin memenuhi panggilan tersebut, kondisi kesehatan baik, sayang tidak punya kemampuan financial. Kelompok ini tak punya uang. Kelompok ini kemauan tinggi kemampuan kurang, kesempatan ada.
Ketiga, kelompok yang sangat ingin memenuhi panggilan haji, punya kemampuan financial yang cukup tetapi tidak punya kemampuan kesehatan. Kemauan tinggi, kemampuan ada kesempatan tiada. Apa boleh buat tenaga sudah tidak mampu lagi, bisa karena uzur lantaran lanjut usia, bisa diusia muda tapi ditawan sakit-sakitan, Agaknya kelompok ini ada ruhsah (keringan/pengecualian), walau tidak sanggup memenuhi panggilan itu.

KETIGA, PANGGILAN MAUT
Panggilan ini tidak seorangpun dapat menghindar, kalau panggilan shalat dan panggilan haji, masih dapat menghindar. Panggilan ketiga ini, suka atau tidak suka, mau tidak mau panggilan ini harus dipenuhi. Tidak perduli dalam kondisi apapun, apakah sedang sehat segar-bugar, atau sedang sakit. Apakah sedang bahagia bersuka cita, atau sedang susah merana. Orang beriman senantiasa berharap agar ujung hayatnya dalam keadaan baik, populer disebut “khusnul khatimah”. Seseorang dalam keadaan memenuhi panggilan maut berada dalam “khusnul khatimah”, dianya dijamin masuk ke dalam surga Allah. Salah satu tanda orang meninggal dunia “khusnul khatimah” adalah yang bersangkutan sanggup mengucapkan “La ilaha illallah”.
Menyoal kesanggupan mengucapkan “La ilaha illallah” itu ada orang berkomentar: “enak benar ia masuk surga, selama hidup selagi sehat tak banyak amal kebaikan, tetapi hanya lantaran sakaratul maut mampu mengucapkan “La ilaha illallah” dapat masuk surga” Untuk mengklirkan komentar ini saya punya cerita:
Dalam antrian wudhu di halaman kediaman orang tua pemimpin kantor kami, seorang senior saya berulang kali mempersilahkan saya untuk wudhu lebih dahulu. Saya sungkan, bukan saja seharusnya mendahulukan senior, tetapi beliau berada di depan saya, tentu saya harusnya mendahulukan Bapak tersebut. Karena sudah berulang-ulang saya disuruh duluan, saya laksanakan juga. “Nah begitu, kan saya dapat mencontoh”, demikian senior saya bergumam, setelah saya selesai saya berwudhu.
Belakangan saya baru mengetahui atas pengakuan resmi beliau ketika bersama di dalam mobil pulang ke Surabaya, bahwa beliau sudah lupa cara berwudhu karena sudah sekian lama kegiatan itu ditinggalkan. Masa kecil beliau adalah ahli shalat tinggal dekat masjid, walau tidak mahir, dapat pula baca Al-Qur’an, karena memang dari keluarga penganut agama Islam. Cerita ini semula saya kira di karang saja oleh senior saya tadi, untuk memecah keheningan perjalanan jauh dari ujung timur Jawa Timur ke Surabaya, dalam rangka melawat ke kampung pemimpin cabang kami, waktu itu ayahanda pempinpin kami meninggal dunia. Wudhu dalam rangka shalat jamaah Isya’, atasan saya ini dari nama dan statusnya memang Islam, jadi rupanya nggak enak kalau tidak ikutan shalat, seperti tamu lainnya yang memang bukan beragama Islam.
Saya menjadi percaya bahwa cerita senior saya itu mendekati kebenaran, ketika saya pulang kampung ke Kalimantan Barat ketika cuti tahunan. Kejadian itu saya buat oleh-oleh pengalaman kepada mendiang ayahanda saya. Saya bercerita, terlihat ayah saya menyimak dengan serius cerita saya itu dan seusai saya bercerita di bola mata beliau nampak berkaca-kaca, rupanya belaiu terharu. Kejadian itu menurut beliau pernah dialami langsung oleh diri ayah saya pribadi. Masa remaja beliau di rekrut “Dai Nipon” menjadi “Hai Ho” berperang melawan sekutu di kancah perang dunia II. Bertahun tahun selama ikut tentara “Matahari Terbit” itu, shalat terpaksa ditinggalkan. Akhirnya benar-benar lupa sampai cara berwudhu saja. Itulah yang disesali beliau sampai berlinang air mata. Ayahku selanjutnya meneruskan masa muda beliau ikut sebagai pejuang kemerdekaan dan menjadi “Veteran pejuang kemerdekaan”. Semoga Allah s.w.t. mengampuni dosa ayahku dan memasukkannya ke dalam rahmat-Nya, Semoga perjuangan beliau merebut kemerdekaan mendapat pahala di sisi Allah s.w.t.
Kesimpulan dari kejadian di atas adalah bahwa segala perilaku, termasuk ucapan dapat dengan mudah dilaksanakan bila melalui latihan. Tidak akan dapat dilakukan kalau lama tidak berlatih. Demikian juga halnya mengucapkan “La ilaha illallah” tidak akan serta merta dapat dilakuan orang ketika maut sudah datang, kalau tidak dengan kebiasaan setiap hari mengucapkan kalimat tersebut. Untuk membiasakannya maka sekurangnya seorang muslim yang melaksanakan shalat lima kali dalam sehari semalam akan latihan mengucapkan “La ilaha illallah” sebanyak 9 kali. yaitu shalat subuh sekali, shalat dzuhur, ashar, maghrib dan isya’ masing-masing dua kali. Bagimana kalau orang tidak shalat tentu lidahnya berat walau hanya sekedar mengucapkan “La ilaha illallah”, pada saat syakaratul maut, sebab jarang latihan. Jadi hanya orang yang setiap hari di dalam hidupnya lidahnya menyebut “La ilaha illallah”, pada saat kritis menghadapi maut sanggup mengucapkan “La ilaha illallah”, oleh karena itu benarlah apa yang di sabdakan Rasulullah Muhammad s.a.w. bahwa apabila akhir kalimat seseorang ketika meninggal dunia ucapannya “La ilaha illallah” masuk surga, lantaran si pengucap “La ilaha illallah” memang keseharian dalam hidupnya sudah secara rutine mengucapkan kalimat taukhid tersebut sekurang-kurangnya di dalam melaksanakan shalat.

KEEMPAT PANGGILAN KELUAR DARI KUBUR
Maut adalah gerbang masuk ke alam akhirat, dimulai dengan alam kubur. Alam ini dihuni oleh seluruh manusia tidak ada pengecualian sampai hari kiamat. Informasi ini tidak kita dapatkan dari artikel manapun diseluruh penjuru dunia ini, sebab tidak seorangpun kembali ke alam dunia ini dari alam kubur untuk menceritakan pengalaman di alam sana. Informasi satu-satunya adalah Informasi dari Allah melalui rasul-rasul utusan Allah. Bagi hamba Allah yang beriman dan beramal saleh yang ikhlas sehingga diterima Allah, maka kehidupan di alam barzah ini menyenangkan, tidak ada siksa di dalamnya. Walau demikian ancaman siksa kubur ini sungguh dahsyat karena itulah Rasululah Muhammad s.a.w. berpesan selalulah berdo’a dalam akhir shalat “Allahumma inni auzubika min adzabil qabri wamin fitnati mahya wal mamat wa fitnati dadzal”. (Ya Allah lindungilah aku dari siksa kubur, fitnah kehidupan dan fitnah kematian serta fitnah dadzal).
Bagi orang yang terhindar dari siksa kubur, masa penantian di alam barzah ini terasa sangat singkat sebaliknya bagi pendosa masa ini sangat panjang. Informasi Al-Qur’an panggilan dari alam kubur untuk bangkit berkumpul seperti tersurat di ayat 68 surat Az-Zumar

Tsumma nufikha fiihi ukhraya faidzaa hum qiyaamun yan dhuruuna (Kemudian ditiup Sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)).

Dan surat An-Naba ayat 18

Yauma yunfakhu fishshuri fataktuuna afwaajan (yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup Sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok)

Terdapat 12 kelompok manusia yang memenuhi panggilan bangkit dari kubur yaitu:
Seperti dalam riwayat: Sahabat Mu'adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah. "Ya Rasul..”Terangkanlah kepadaku tentang makna firman Allah: Yaitu hari ketika ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok. "Maka menangislah Rasulullah, cucuran airmatanya membasahi bajunya. Lalu bersabda: Engkau telah bertanya sesuatu yang dahsyat. Umatku akan dibangkitkan pada hari kiamat.Dalam kelompok-kelompok dua belas tabiat.

Kelompok pertama: Dibangkitkan tanpa tangan dan kaki. "Mereka adalah orang-orang yang mengganggu tetangganya”,

Kelompok kedua: Dibangkitkan dalam bentuk babi. "Mereka adalah orang-orang yg bermalas-malas melakukan shalat”.

Kelompok ketiga: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan perut besar menggunung, dipenuhi ular dan kalajengking. Mereka adalah orang-orang yg menahan-nahan zakat.

Kelompok keempat: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan darah mengalir dari mulut. Mereka adalah orang-orang yg berdusta dalam jual beli.

Kelompok kelima: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan berbau busuk,lebih busuk dari bau bangkai. Mereka adalah orang-orang yg melakukan maksiat tersembunyi karena merasa takut dilihat orang tetapi tidak takut dari pengawasan Allah.

Kelompok keenam: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan terputus lehernya. Mereka adalah orang-orang yg memberi kesaksian palsu.

Kelompok ketujuh: Dibangkitkan dari kuburnya tanpa memiliki lidah. Dari mulutnya mengalir nanah dan darah. Mereka adalah orang-orang yg menolak memberi kesaksian.

Kelompok kedelapan: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan tertunduk,kedua kaki diatas kepala. Mereka adalah orang-orang yg gemar melakukan zina dan keburu mati sebelum bertaubat.

Kelompok Kesembilan: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan berwajah hitam, matanya biru, perutnya penuh api. Mereka adalah orang-orang yg memakan harta anak yatim dan merampas hak-hak anak yatim secara zalim.

Kelompok kesepuluh: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan sakit kusta dan sopak. Mereka adalah orang-orang yg mendurhakai kedua orang tua.

Kelompok kesebelas: Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan buta hati, buta mata, giginya seperti tanduk kerbau, bibir dan lidahnya bergelantungan mencapai dada, perut,dan paha.Sedang dari perutnya keluar kotoran. Mereka adalah orang-orang yg gemar meminum khamr.

Kesebelas kelompok tersebut diganjar dengan siksa neraka.

Kelompok kedua belas: Dibangkitkan dari kuburnya dengan wajah bercahaya seperti sinar bulan purnama. Melewati sirath al-Mustaqim secepat kilat menyambar angin. Mereka adalah orang-orang yang melakukan amal kebajikan. Menjauhi segala kemaksiatan. Rajin memenuhi panggilan shalat. Dan mati sesudah taubat.Maka ganjaran mereka adalah pengampunan,rahmat,dan ridha serta Surga dari Allah Ta'ala.

Semogalah kita semua sidang pembaca, termasuk di dalam kelompok keduabelas. Untuk masuk kelompok tersebut harus dengan perjuangan selama masih hidup di dunia ini yaitu memenuhi panggilan Allah di dunia dengan tidak mencari alasan untuk tidak memenuhi panggilan itu. Jauhi seluruh larangan Allah, kerjakan sekuat tenaga perintah Allah.

1 comment:

  1. Ass.. Pak Ef ni Riza ade mempostingkan sejarah Perang Kedang yang melibatkan Uyuk Mas Ahnan mohon sarannye ye Pak Ef dan jikalau ada kekeliruan mohon bantuannya karene menurut Arwah Bapak Pak Ef salah satu dari keluarge kite yang benar-benar mengetahui sejarah dari Kota Kayong kite ni

    ReplyDelete