Thursday 16 December 2010

TUJUH SYARAT DIAMPUNI DAN DITERIMA AMAL

Ketika usia sudah mulai senja, organ tubuh sebagian sudah menua, persendian dan otot sudah sakit sangat terasa. Dikondisi itu manusia sudah mulai merenung masa depan, masa di akherat sudah semakin dekat. Tiada pegangan harus diraih selain agama, selain Tuhan. Selain memohon ampunan atas segala dosa. mohon diterima amal yang telah dilakukan untuk bekal di akherat.

Bagi kita beragama Islam, Allah memberikan informasi di dalam Al-Qur’an bahwa bagi hamba Allah yang sudah masuk usia 40 tahun dan memenuhi 7 syarat yang ditegaskan Allah dalam surat Al-Ahqaf 15 dan 16, Allah akan mengampuni dosanya, menerima semua amal kebaikannya kemudian memasukkannya ke dalam sorga.

Adapun tujuh syarat tersebut adalah:

1. Berbuat baik kepada kedua orang tua.

Ibu Bapak adalah media kelahiran setiap manusia ke atas dunia ini. Ibu telah mengandung dengan menderita kepayahan, kemudian melahirkan anaknya dengan pertaruhan jiwa menderita kesakitan. Merawat sedari kita tidak berdaya serta menyusui selama 30 bulan. Mendidik sampai menjadi dewasa. Ayah mencarikan nafkah untuk keluarganya dengan segala macam pengorbanan. Kadang seorang ayah rela harga dirinya sedikit tersinggung demi mempertahankan pekerjaannya untuk mendapatkan nafkah. Contoh seorang ayah pekerja diperkantoran kadang menelan saja bila kebetulan mendapat umpatan, teguran dari atasannya walaupun sebenarnya ia tidak salah. Ia takut kalau membantah kehilangan pekerjaan. terbayang wajah anaknya jika ia diberhentikan dari pekerjaannya bagaimana membelikan susu anaknya, paling tidak untuk sementara waktu dalam mencari pekerjaan baru. Beda orang yang belum punya anak isteri di rumah alias masih lajang, mungkin dalam case seperti itu tidak berpikir panjang. Itulah sebabnya antara lain kenapa anak harus berbuat baik kepada kedua orang tuannya. Walau sudah berbuat baik demikian banyaknya, namun budi baik kedua orang tua tidak akan dapat terbalas, jadi minimal berbuat baik dalam arti tidak mendurhaka kepada orang tua. Maha benar Allah dalam ayat ke 17 dari surat ini diantaranya menyebutkan bahwa termasuk durhaka seorang anak yang berucap “Uffin” atau “CIS” kepada kedua orang tuanya. Kira-kira dalam pengertian kita membentak.

2. Berdo’a mohon petunjuk untuk mensyukuri nikmat

Pemeluk agama Islam ialah hamba Allah yang berserah diri secara total kepad Allah dalam seluruh hidup dan matinya, di segala amal perbuatannya, karena sudah bulat keyakinannya bahwa segala apa saja yang terjadi hanya dapat terjadi se izin Allah SWT. Untuk melakukan shalat saja, ketika dipanggil dengan azan “haiyaa alas shalah” = “marilah shalat”. diajarkan untuk menjawab “La haula wala quwata illa billah” = “tiada kekuatan selain Allah”, maknanya panggilan shalat tersebut hanya dapat dipenuhi jika Allah memberikan izin dengan memberikan kekuatan. sejalan dengan itu maka dalam hal mensyukuri nikmat Allah juga harus mendapatkan petunjuk Allah. Itulah sebabnya berdo’a mohon petunjuk untuk mensyukuri nikmat Allah harus dilakukan. Ada dua sebab kenapa untuk mensyukuri nikmat Allah itu harus memohon juga petunjuk Allah yaitu:

  1. Apa saja yang harus disyukuri.

Pada hakikatmya apa saja yang diberikan Allah kepada kita harus disyukuri, baik berwujud musibah apalagi anugerah. Orang beriman tetap berprasangka baik terhadap Allah, karena semua yang diciptakan Allah tidak sia-sia, “maa halaqta haza bathila”, (Alqur’an 3:191). Dalam pada itu orang beriman introspeksi diri, apakah suatu musibah merupakan peringatan dari Allah, apakah musibah suatu cobaan dari Allah dan apakah musibah tersebut bermakna untuk terhindar dari musibah yang lebih besar. Demikian juga halnya anugerah, dapat berupa cobaan, dapat berupa fitnah dan dapat juga awal dari suatu musibah. Kecerdasan untuk menilai musibah dan anugerah adalah merupakan kearifan yang diberikan oleh Allah kepada hambanya yang beriman dan bertaqwa. Kecerdasan tersebut harus senantiasa kita mohon kepada Allah agar kita tidak merugi dunia dan akherat.

  1. Bagaimana cara bersyukur yang benar

Setelah dapat menilai suatu musibah, dapat ditentukan cara bersyukurnya yaitu:

· Bertobat bila dapat musibah yang disadari merupakan peringatan dari Allah.

· Bersabar jika musibah ditenggarai sebagai cobaan dari Allah

· Bersyukur jika dibalik musibah yang kecil terselamatkan dari musibah yang lebih besar.

· Berhati-hati bila mendapat anugerah yang dipahami sebagai cobaan, atau awal dari suatu musibah. Misalnya mendapat amanah akan suatu jabatan penting dalam masyarakat. Mengemban amanah tersebut dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari kemungkinan mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.

· Memelihara anugerah yang berpotensi menjadi fitnah, misalnya diperoleh banyaknya harta atau anak keturunan, supaya harta dan anak keturunan tersebut bukan justru menurunkan martabat diri disisi Allah. Misalnya harta tidak dibelanjakan di jalan Allah, anak keturunan tidak menjadi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, padahal kita berkewajiban memelihara diri dan keluarga dari azab neraka.

Pelaksanaan bersyukur haruslah memenuhi dua syarat yaitu:

· Pertama, harus sesuai dengan petunjuk Allah dan contoh tuntunan Rasulullah. Banyak kita bersyukur dengan cara yang justru dimurkai Allah, bersyukur dengan cara seolah-olah ritual agama (Islam) tetapi sebenarnya tidak ada contoh yang pernah diberikan Rasulullah.

· Kedua, harus dengan niat yang ikhlas hanya dalam rangka mensyukuri nikmat Allah, bukan lantaran kebiasaan yang berlaku di masyarakat, tidak enak dengan tetangga mendapat nikmat tidak melaksanakan upaca syukuran.

Begitulah seorang beriman dan bertaqwa segalanya memohon petunjuk dari Allah agar tidak tersesat jalan, termasuk bersyukur atas nikmat Allah. Sebab jika salah bersyukur terhadap nikmat Allah kadang justru mendapat kemurkaan Allah. Petunjuk diberikan Allah keperasaan hati nurani setiap insan yang hatinya bersih sehingga siap menerima petunjuk tersebut. Hati seseorang akan bersih dan siap menerima petunjuk tersebut apabila yang bersangkutan mengikuti petunjuk konkrit Allah dan Rasul-Nya berupa Alqur’an dan sunnah Rasul.

3. Mendo’akan orang tua

Selama kedua orang tua masih hidup bersama kita, perbuatan baik diperintahkan Allah seperti butir 1, masih dapat kita lakukan. Saya pernah melihat sorang anak setelah kehidupannya mapan, ingin membahagiakan orang tuanya. Orang tersebut yang saya sebut anak berkehidupan mapan setelah usia empatpuluhan. Orang tuanya sudah begitu tuanya, saya lihat dipasangkannya arloji yang paling mahal kepergelangan orang tuanya, tapi nampaknya lengan yang sudah mulai kerisut itu tidak begitu pas lagi buat arloji mahal tersebut. Suatu ketika orang tua itu dibawa ke restoran yang paling mahal, apa dikata beliau sudah tidak begitu selera lagi dengan makanan bagaimanapun enak cita rasanya. Di kesempatan lain orang yang sudah renta itu diajak si anak rekreasi ke tempat wisata, si orang tua tidak lagi bersedia, karena menurut beliau bahwa badannya sudah sakit-sakitan, kalaupun ikut, mungkin hanya tidur-tiduran saja di hotel, tidak dapat lagi ikut serta menikmati panorama keindahan tempat wisata. Jadi bagaimanapun keinginan seorang anak membahagiakan orang tua, tak akan pernah berkesampaian. Apalagi tidak sedikit anak yang kurang dapat berbuat baik kepada kedua orang tuanya selama mereka masih hidup. Dapat karena memang tidak punya kemampuan, atau memang kurang perhatian. Kesempatan berbuat baik kepada kedua orang tua tidak terputus selagi masih hidup sampaipun yang bersangkutan telah berpulang ke ramahmatullah. Kalau anda kebetulan tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat baik dengan membahagiakan berupa kesenangan karena anda tidak berkelebihan sedang beliau masih hidup, do’akanlah kesehatan beliau, agar beliau senantiasa dalam rahmat Allah. Demikian juga bila beliau telah meninggal, do’a anak yang saleh akan mengalir terus untuk orang tua mereka yang telah berada di alam barzah. Insya Allah bahwa Allah akan membalaskan apa yang kita perbuat itu, dengan anak cucu keturunan kita kelak setelah kita meninggal dunia juga akan berbuat yang sama mendo’akan kita. Betapapun banyak perbuatan baik kita insya Allah belum cukup untuk membahagiakan kita di akherat kalau bukan karena rahmat Allah. Rahmat Allah mungkin bukan karena amal baik kita selama hidup tetapi dapat saja dianugerahkan Allah setelah kita berada di “alam sana” karena do’a anak dan cucu kita.

4. Mendo’akan dapat beramal shaleh

Beramal saleh, adalah berbuat baik dari waktu ke waktu semakin baik. Apa yang dibuat hari ini lebih baik dari apa yang diperbuat di hari kemarin dan apa yang dilakukan esok hari lebih baik dari apa yang telah dilakukan hari ini. Beramal saleh bukan saja dalam artian ibadah menyembah Allah secara langsung, tetapi beramal saleh adalah membuat sesuatu yang dapat bermanfaat untuk memaslahatkan diri sendiri dan masyarakat, kemaslahatan manusia dan mahluk-mahluk Allah. Dunia ini diwariskan Allah kepada manusia yang beramal saleh seperti tersurat dalam Alqur’an surat Al-Anbiya 105. Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh. Selama hayat dikandung badan, senantiasa kita memohon kepada Allah agar dapat hidup bermanfaat bagi orang lain. Orang yang motivasi hidupnya untuk berbuat saleh dijanjikan Allah menguasai dunia. terbukti bahwa bangsa-bangsa yang mampu berbuat saleh dengan pengertian kita di atas yaitu berbuat sesuatu untuk kemaslahatan manusia dan mahluk Allah lainnya, mereka mengusasi dunia. Bangsa yang sanggup menciptakan gagasan, penemuan yang berguna buat manusia seperti antara lain menguasai teknologi, mereka mengusasi dunia. Maha benar Allah dengan segala firmannya dimana di dalam ayat itu tidak dikhususkan bagi orang yang beriman, biarpun bukan orang yang beriman asal beramal saleh akan mewarisi dunia ini. Alangkah indahnya bila beriman dan beramal saleh yang akan diwarisi bukan saja dunia tetapi juga akherat.

5. Berdo’a untuk keturunan

Bahwa tidak semua orang berkeluarga, dikaruniai Allah keturunan. Orang yang beriman memandang bahwa keturunan adalah amanah titipan Allah yang harus dijaga, dibina dengan sebaik-baiknya agar mereka menjadi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa. Allah mewajibkan kepada setiap orang untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari azab neraka. Karena itu setiap waktu harus berdo’a agar anak cucu keturunannya untuk maksud tersebut. Kadang seorang taat beribadat ayah bundanya giliran anak mereka ada diantaranya yang tersesat jalan. Tersesat mereka disebabkan faktor lingkungan diluar rumah. Diantara penyebabnya kesalahan orang tua sendiri memasukkan anaknya ke lingkungan yang berbeda akidahnya dengan dirinya. Misalnya anak disekolahkan ke sekolah yang sudah jelas beragama lain dari agama yang dianut dirinya. Tidak jarang juga terjadi orang tua sudah berupaya sedemikian rupa memagari kemungkinan masuknya pengaruh di luar lingkungan keluarganya, entah bagaimana ada juga diantara anaknya yang tersesat jalan. Kalau sudah demikian berarti sudah diluar kemampuan, ikhtiar sudah dijalankan tetapi kenyataan berbicara lain. Oleh sebab itulah disamping berusaha sekuat tenaga memberikan nilai-nilai akidah kepada anak dan mendidingi mereka dari hal-hal yang akan mempengaruhi anak untuk tersesat, Di era sekarang ini pergaulan sudah semakin bebasnya, cakrawala control orang tua terhadap anaknya sudah tidak menjangkau karena luasnya perkotaan dan pergaulan. Tidak gampang lagi terdengar peristiwa yang terjadi atas anaknya diluar sana karena hiruk pikuk keramaian pergaluan. Sesama anggota masyarakat hampir tidak lagi ambil peduli dengan amalan orang lain. itulah sebabnya sangat penting berdo’a untuk keturunan diantaranya diajarkan dalam agama Islam populer do’a “rabbana hablana min azwajina wajuriatina kurrrata a’yunin lil muttaqina imama”. Terjemahan bebasnya: “Ya Allah jadikanlah isteri dan anak-anakku perbuatannya menyenangkan hati dan elok dipandang mata dan jadikan mereka pemimpin orang-orang yang taqwa”.

6. Bertaubat

Tidak ada manusia yang luput dari perbuatan dosa. Bagi orang yang telah mencapai usia lanjut, sangat terasa bila ia memutar kembali seri kehidupan pernah dijalaninya selama ia masih muda sampai ke hari tuanya. Bagi orang yang insyaf ia akan merenung kembali dosa yang pernah dilakukannya. Memang Allah sangat menyenangi orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya ”innallaha yuhibbuttawa bina wa yuhibbul mutathahhirin” . Sementara itu jarum jam kehidupan tidak mungkin untuk diputar mundur, ke kehidupan dimasa muda. Andaikan dapat jarum jam itu diputar balik ke masa muda, bagi orang yang insyaf mau rasanya hidup kembali kemasa muda, lantas mengurungkan/tidak jadi melaksanakan perbuatan dosa yang pernah ia lakukan. Akan tetapi apa boleh buat semua sudah kadung, sudah terlanjur, sudah terjadi, tak mungkin untuk di tip ex. Karena itulah satu-satunya jalan keluar adalah memohon ampun dengan bertobat kepada Allah dengan tobat nasuha, sungguh- sungguh tobat. Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan, dengan sungguh-sungguh, tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan mengiringi dengan perbuatan baik. Insya Allah dosa akan diampuni dan diganti Allah dengan kebaikan dan yang bersangkutan akan menjalani sisa hidupnya menjadi orang yang beriman dan bertaqwa serta beramal saleh selanjutnya bila ajal datang menjemput yang bersangkutan dalam keadaan berakhir dalam kebaikan atau khusnul khatimah.

7. Berserah diri.

Upaya untuk mendapatkan redha Allah sesuai tuntunan Allah sendiri di dalam surat Al_Ahqah 15 dan 16 tadi telah dilakukan dari 1 sampai 6 di atas, selanjutnya langkah ke 7 kesemuanya serahkan kepada Allah. Allah tempat berserah diri semua apa yang dilangit dan dibumi serta seluruh jagat ini baik secara sukarela maupun secara terpaksa. Orang yang beriman berserah diri dengan sukarela menyambut seruan Allah dan petunjukNya kita kutipkan bunyi ayat tersebut:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."

*

16. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.



No comments:

Post a Comment