Tuesday, 7 October 2025
Bertutur Sia-Sia
Dirangkum: M. Syarif Arbi
No: 1.360.03.10-2025
Banyak gaya berbicara setiap orang, justru merupakan indentitas diri masing2. Tak salah jika manusia dikelompokkan dalam kemampuannya berbicara atau bertutur kata menjadi:
Kelompok Pertama: “Doyan berbicara”, kelompok ini disebut juga dengan istilah “Komunikatif”, mudah berkomunikasi, terbuka dalam menyampaikan pikiran atau perasaan. Dalam setiap kesempatan berusaha untuk dapat tampil sebagai pembicara. Istilah lain kelompok ini disebut juga “Ramah”.
Kelompok Kedua: “Berbicara seperlunya”, sering diistilahkan kelompok “Asertif” mampu menyampaikan pendapat atau perasaan dengan tegas namun tetap menghormati orang lain, berbicara kalau memang diperlukan untuk berbicara. Jika orang di kelompok ini menyampaikan keberatannya disampaikan dengan santun tanpa menyinggung."
Kelompok Ketiga: Irit bicara, kelompok ini baru berbicara jika ada yang memulai pembicaraan, atau ada orang bertanya. Menjawab pertanyaan dengan hati2 didasarkan fakta. Kelompok ini akan tak segan mengatakan “tidak tau”, kalau memang dirinya tidak tau, daripada memberikan informasi yang salah.
Kelompok Keempat: Pemborong bicara, kalau ketemu orang kelompok ini, sulit untuk menyela omongannya, dianya memonopoli pembicaraan. Orang di kelompok ini serba tau, apapun topik yang dibicarakan orang lain, langsung “disambarnya”, dengan mengucapkan biasanya: “tidak begitu…………. mestinya begini……… dstnya”. Orang seperti ini dikampungku disebut “TUA SEHARI”. Kalau berbeda pendapat dengan orang lain, misalnya berdebat; jangankan kalah, seri saja dia tak sudi.
Kota Ketapang ditepi sungai.
Ditepinya banyak orang mandi.
Si “tua sehari” punya perangai.
Kalah tak mau, seripun tak sudi.
Kelompok Kelima: Banyak bicara, kadang isi pembicaraannya sia-sia alias tak bermanfaat tak jarang merupakan hoaks diistilahkan dalam agama Islam “Ats-Tsartsaruun (الثَّرْثَارُونَ)” – Banyak Bicara yang Sia-Sia. Tanda2 kelompok ini:
1. Banyak bicara secara berlebihan tanpa manfaat. Isinya gosip, komentar tidak semestinya, misalnya melihat orang lewat, lalu ngomentari pakainnya norak, pokoknya orang lain ada saja cela dan cacatnya. Bergurau melampaui batas. Gemar menyidir orang. Membanding orang lain secara negatif.
2. Suka berbicara terus-menerus tanpa kontrol, tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyela pembicaraannya.
3. Dalam kesempatan berbincang dalam kelompok atau mengobrol dengan orang lain, dianya mendominasi pembicaraan demi menunjukkan kehebatannya berbicara, banyaknya pengalamannya, jauh perjalanannya, dlsbgnya.
4. Sering kali tidak mempertimbangkan kebenaran atau dampak ucapannya.
Dari lima kelompok di atas, kiranya masing2 kita dapat mengevaluasi diri di kelompok mana gerangan diri ini berada.
Bagi orang beriman berusahalah jangan sampai termasuk kelompok yang ke lima. Perlu direnungkan ayat 1 dan 3 surat Al- Mu’minun, dan ayat 2-3 surat As-Saff.
وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”. (Al- Mu’minun ayat 3)
Ayat ini dalam konteks ayat 1 surat Al-Mu’minun dimana Allah menyebutkan
قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,” (Al-Mu’minun ayat 1)
Orang beriman itu akan beruntung antara lain jika menjauhkan diri dari perkataan yang sia-sia. Kalau orang yang suka memproduksi perkataan sia-sia berarti dianya akan rugi.
Selanjutnya perhatikan juga surat As-Saff ayat 2 dan 3.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (As-Saff ayat 2)
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (As-Saff ayat 2).
Pembawaan atau gaya bicara dengan penuturan yang isinya sia-sia ini termasuk salah satu dari 3 (tiga) gaya bicara yang tidak disukai atau dibenci oleh Rasulullah Muhammad ﷺ melalui sabda beliau:
وَإِنَّ مِنْ أَبْغَضِكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدِكُمْ مِنِّي يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ.
“Sesungguhnya, di antara orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat adalah:
- tsar-tsarun [orang-orang yang banyak bicara (dengan sombong)];
- mutasyaddiqun [orang-orang yang meninggikan diri atas orang lain melalui ucapannya]; dan
- mutafaihiqun [orang-orang yang berbicara dengan penuh kesombongan].” [H.R. At-Tirmidzi (2018)].
Dari 3 (tiga) gaya bicara atau bertutur yang dibenci Rasulullah Muhammad ﷺ
tersebut, dikempatan ini baru diketengahkan yang pertama yaitu “Ats-Tsartsaruun (الثَّرْثَارُونَ)”, sedangkan “Mutasyaddiqun”, dan “mutafaihiqun”. إِنْ شَاءَ اللَّهُ dikesempatan yang akan datang.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua, agar menjadi orang2 yang TIDAK mempunyai gaya berbicara atau bertutur yang tidak disenangi oleh Rasulullah Muhammad ﷺ, utamanya bertutur yang sia-sia.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jakarta, 15 Rabiul Akhir 1447H.
7 Oktober 2025.
Dirangkum: M. Syarif Arbi
No: 1.360.03.10-2025
Banyak gaya berbicara setiap orang, justru merupakan indentitas diri masing2. Tak salah jika manusia dikelompokkan dalam kemampuannya berbicara atau bertutur kata menjadi:
Kelompok Pertama: “Doyan berbicara”, kelompok ini disebut juga dengan istilah “Komunikatif”, mudah berkomunikasi, terbuka dalam menyampaikan pikiran atau perasaan. Dalam setiap kesempatan berusaha untuk dapat tampil sebagai pembicara. Istilah lain kelompok ini disebut juga “Ramah”.
Kelompok Kedua: “Berbicara seperlunya”, sering diistilahkan kelompok “Asertif” mampu menyampaikan pendapat atau perasaan dengan tegas namun tetap menghormati orang lain, berbicara kalau memang diperlukan untuk berbicara. Jika orang di kelompok ini menyampaikan keberatannya disampaikan dengan santun tanpa menyinggung."
Kelompok Ketiga: Irit bicara, kelompok ini baru berbicara jika ada yang memulai pembicaraan, atau ada orang bertanya. Menjawab pertanyaan dengan hati2 didasarkan fakta. Kelompok ini akan tak segan mengatakan “tidak tau”, kalau memang dirinya tidak tau, daripada memberikan informasi yang salah.
Kelompok Keempat: Pemborong bicara, kalau ketemu orang kelompok ini, sulit untuk menyela omongannya, dianya memonopoli pembicaraan. Orang di kelompok ini serba tau, apapun topik yang dibicarakan orang lain, langsung “disambarnya”, dengan mengucapkan biasanya: “tidak begitu…………. mestinya begini……… dstnya”. Orang seperti ini dikampungku disebut “TUA SEHARI”. Kalau berbeda pendapat dengan orang lain, misalnya berdebat; jangankan kalah, seri saja dia tak sudi.
Kota Ketapang ditepi sungai.
Ditepinya banyak orang mandi.
Si “tua sehari” punya perangai.
Kalah tak mau, seripun tak sudi.
Kelompok Kelima: Banyak bicara, kadang isi pembicaraannya sia-sia alias tak bermanfaat tak jarang merupakan hoaks diistilahkan dalam agama Islam “Ats-Tsartsaruun (الثَّرْثَارُونَ)” – Banyak Bicara yang Sia-Sia. Tanda2 kelompok ini:
1. Banyak bicara secara berlebihan tanpa manfaat. Isinya gosip, komentar tidak semestinya, misalnya melihat orang lewat, lalu ngomentari pakainnya norak, pokoknya orang lain ada saja cela dan cacatnya. Bergurau melampaui batas. Gemar menyidir orang. Membanding orang lain secara negatif.
2. Suka berbicara terus-menerus tanpa kontrol, tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyela pembicaraannya.
3. Dalam kesempatan berbincang dalam kelompok atau mengobrol dengan orang lain, dianya mendominasi pembicaraan demi menunjukkan kehebatannya berbicara, banyaknya pengalamannya, jauh perjalanannya, dlsbgnya.
4. Sering kali tidak mempertimbangkan kebenaran atau dampak ucapannya.
Dari lima kelompok di atas, kiranya masing2 kita dapat mengevaluasi diri di kelompok mana gerangan diri ini berada.
Bagi orang beriman berusahalah jangan sampai termasuk kelompok yang ke lima. Perlu direnungkan ayat 1 dan 3 surat Al- Mu’minun, dan ayat 2-3 surat As-Saff.
وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”. (Al- Mu’minun ayat 3)
Ayat ini dalam konteks ayat 1 surat Al-Mu’minun dimana Allah menyebutkan
قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,” (Al-Mu’minun ayat 1)
Orang beriman itu akan beruntung antara lain jika menjauhkan diri dari perkataan yang sia-sia. Kalau orang yang suka memproduksi perkataan sia-sia berarti dianya akan rugi.
Selanjutnya perhatikan juga surat As-Saff ayat 2 dan 3.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (As-Saff ayat 2)
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (As-Saff ayat 2).
Pembawaan atau gaya bicara dengan penuturan yang isinya sia-sia ini termasuk salah satu dari 3 (tiga) gaya bicara yang tidak disukai atau dibenci oleh Rasulullah Muhammad ﷺ melalui sabda beliau:
وَإِنَّ مِنْ أَبْغَضِكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدِكُمْ مِنِّي يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ.
“Sesungguhnya, di antara orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat adalah:
- tsar-tsarun [orang-orang yang banyak bicara (dengan sombong)];
- mutasyaddiqun [orang-orang yang meninggikan diri atas orang lain melalui ucapannya]; dan
- mutafaihiqun [orang-orang yang berbicara dengan penuh kesombongan].” [H.R. At-Tirmidzi (2018)].
Dari 3 (tiga) gaya bicara atau bertutur yang dibenci Rasulullah Muhammad ﷺ
tersebut, dikempatan ini baru diketengahkan yang pertama yaitu “Ats-Tsartsaruun (الثَّرْثَارُونَ)”, sedangkan “Mutasyaddiqun”, dan “mutafaihiqun”. إِنْ شَاءَ اللَّهُ dikesempatan yang akan datang.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua, agar menjadi orang2 yang TIDAK mempunyai gaya berbicara atau bertutur yang tidak disenangi oleh Rasulullah Muhammad ﷺ, utamanya bertutur yang sia-sia.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jakarta, 15 Rabiul Akhir 1447H.
7 Oktober 2025.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment