Monday, 14 April 2025
AYAT DI BACA dalam SHALAT
Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.325.06.04-2025
Durasi turunnya Al-Qur'an ke permukaan bumi ini kurang lebih sepanjang 23 tahun. Ada juga beberapa ulama yang menyebutkan 22 tahun, 22 bulan, 2 hari. Al-Qur'an yang tersusun dalam mushaf yang ada sekarang, tidak disusun berdasarkan urutan turunnya surah-surah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Susunan seperti sekarang ini disusun seperti petunjuk Allah melalui malaikat Jibril turun ke bumi mendatangi Nabi Muhammad saw setiap malam di bulan Ramadhan untuk bertadarus Al-Qur’an bersamanya. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah Saw adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril As menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah Saw orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus” (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi bertadarus (membaca dan mempelajari) Al-Qur’an bersama Jibril selama bulan Ramadhan. Selama tadarus ini, Jibril memberitahu letak dan urutan setiap ayat. Hadits ini menjadi dalil bagi golongan ulama yang meyakini bahwa urutan ayat dan surat Al-Qur’an adalah tauqifi yaitu berdasarkan tuntunan dari Nabi atas petunjuk Allah melalui malaikat Jibril.
Jibril mengkhatamkan Al-Qur’an setahun sekali bersama Nabi setiap bulan Ramadhan, sedangkan pada tahun dimana Rasulullah meninggal, Beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali bersama Jibril. Tersusunlah urutan dalam mushaf seperti sekarang, diawali Al-Fatihah sebagai surat Pertama dan An-Nas sebagai surat terakhir surat ke 114.
Ketika shalat Jahar berjamah di masjid2, imam akan membaca ayat2 setelah Al-Fatihah dengan ayat2 yang dianya hafal (mudah baginya). sejalan dengan petunjuk Allah untuk mendirikan shalat:
“……………. فَٱقْرَءُوا۟ مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ………………….”
“…………, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah sembahyang,………………” (Al-Muzzammil 20)
Tidak ada kewajiban untuk membaca surat-surat dalam shalat secara berurutan sesuai urutan mushaf Usmani di Al-Qur’an seperti sekarang, meskipun demikian, membaca surat atau ayat yang sesuai urutan di Al-Qur’an dianjurkan.
Di beberapa masjid misalnya; ada imam di shalat Jahar (utamanya isya atau subuh), di rakaat pertama setelah Al-Fatihah, membaca ayat 190 s/d ayat 194 (lima ayat) surat Ali Imran. Pada rakaat ke dua setelah membaca Al-Fatihah imam memilih membaca surat Al-Baqarah ayat 184 s/d 186 (tiga ayat).
Sedangkan surat Ali Imran berdasarkan urutan mushaf Al-Qur’an sekarang adalah surat KETIGA, surat Al-Baqarah di urutan surat KEDUA. Jadi lebih dahalu surat Al-Baqarah. Demikian juga jika kita mengacu kepada surat mana yang lebih dahulu turun ke bumi diterima Rasulullah, surat Al-Baqarah pada urutan ke 87, surat Ali Imran di urutan ke 89. Tetap saja Al-Baqarah lebih dahulu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw dari pada surat Ali Imran.
Sehubungan dengan adanya sebagian pihak yang berpendapat, sebaiknya memilih bacaan ayat Al-Qur’an (utamanya shalat Jahar) diurut di rakaat pertama surat yang lebih dahulu turun, atau surat yang lebih dahulu dimuat dalam mushaf, barulah menyusul di rakaat kedua ayat2 dari surat yang lebih belakangan turun, atau tersusun diurutan belakangan dimuat di dalam mushaf. Misalnya dalam yang dicontohkan di atas, kalau mengacu kepada pendapat di alenia ini maka imam sebaiknya membaca surat Al-Baqarah 184 s/d 186 di rakaat pertama, pada rakaat kedua menyusul surat Ali Imran 190 s/d 194.
Di beberapa daerah dan beberapa masjid, jika imam membaca surat yang lebih belakangan di rakaat pertama, pada rakaat kedua membaca surat yang lebih dahulu, misalnya di balik Ali Imran di rakaat pertama, Al-Baqarah di rakaat kedua, maka sesudah shalat, ada sebagian jamaah yang berbisik-bisik, imamnya membaca ayat terbalik. Jamaah yang bisik2 ini umumnya dianya belum mendapatkan informasi bahwa tidak ada kewajiban untuk membaca ayat dalam shalat secara berurutan. Namun agaknya untuk menghindarkan fitnah, sebaiknya memilih ayat yang dibaca secara berurutan.
Bagi pihak yang berpendapat sebaiknya ayat2 dibaca sesuai urutan surat berargumentasi:
1. Setidaknya telah mengikuti tata letak surat yang diajarkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah dalam tadarus Ramadhan.
2. Baginya merasa bahwa lebih mudah mengingat (menghafal) ayat2 tersebut karena berurutan. Juga mengikuti petunjuk surat Al-Muzzammil 20, dimana “membaca ayat yang mudah bagimu”.
Sedangkan bagi yang berpendapat, boleh saja di baca untuk ayat dalam shalat tidak berurutan, karena tidak ada perintah (dalam hadits), misalnya mewajibkan harus membaca ayat dalam shalat secara berurutan. Titik berat pendapat ini pada Al-Muzzammil 20 (Bacalah ayat yang mudah).
Demikian sekilas info semoga bermanfaat dan yang penting kita utamanya menghindari fitnah dalam kebersamaan berjamaah. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kita semua, menerima amal ibadah kita.
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 15 Syawal 1446H, 14 April 2025
Wednesday, 9 April 2025
KELUARGA SAMAWA
Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.322.03.04-2025
Acap kali kita mendengar ucapan yang disampaikan orang kepada kedua mempelai, ketika menghadiri suatu acara pernikahan “semoga SAMAWA” merupakan singkatan dari “Sakinah, Mawaddah, Warrahmah”.
Sakinah berarti ketenangan, ketenteraman, kedamaian, atau keamanan. Dalam konteks pernikahan, sakinah menggambarkan kondisi harmonis dan damai yang dirasakan oleh pasangan suami istri. Kata Sakinah termuat dalam Al-Qur’an misalnya dalam Surat Al- Fath ayat 4.
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗوَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana”.
Mawaddah berarti kasih sayang, cinta, atau harapan. Merujuk pada perasaan cinta terhadap sesuatu dan harapan untuk melihatnya terwujud. Mawaddah sering dikaitkan dengan kata-kata sakinah dan warrahmah dalam konsep sakinah mawaddah warahmah. Ketiga kata ini antara lain dimuat dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum ayat 21:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.
Untuk mendapatkan keluarga “Sakinah, Mawaddah, dan Warrahmah”, ada beberapa persyaratan dan prinsip yang perlu diterapkan oleh setiap anggota keluarga:
PERTAMA; Keluarga harus ditegakkan dalam bingkai taqwa.
Ketaatan terhadap ajaran agama adalah dasar dari kehidupan keluarga yang penuh keberkahan. Setiap anggota keluarga, baik suami, istri, maupun anak2, harus menjaga hubungan mereka dengan Allah dengan melaksanakan ibadah secara konsisten. Surat Al-Anfal Ayat 29
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”.
KEDUA; Bertutur kata yang baik.
Suami – Istri harus saling menghargai, saling menghormati, mudah memaafkan (sebab manusia tak luput dari berbuat salah). Tidak terdengar ucapan2 kasar, bila terjadi masalah diselesaikan dengan saling memberikan masukan yang baik, atas dasar keseteraan (tidak ingin menang sendiri), keputusan disetujui bersama. Dari suami – istri yang rukun, tidak terjadi pertengkaran, yang keluar dalam tutur kata mereka kalimat2 menyenangkan, maka akan terbangun keluarga yang penuh kasih sayang. Anak2 keturunan keluarga yang demikian ini akan berkepribadian lembut, santun dalam bersikap, sopan dalam berlaku, enak terdengar bila bertutur. Sebaliknya bila suami – istri penuh dengan kata2 kasar, carut marut dan makian, maka anak2 keturunannya akan meniru, karena rumah tangga adalah tempat belajar yang utama. Al-Baqarah Ayat 263:
۞ قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًىۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun”.
KETIGA; Saling melindungi.
Setiap anggota keluarga harus merasa aman, nyaman, dan dilindungi dari segala bentuk kekerasan fisik maupun emosional. Diwujudkan dalam cara berbicara yang lembut ( seperti syarat kedua), memberikan dukungan, dan membantu satu sama lain ketika menghadapi masalah. Dengan sendirinya tidak terjadi KDRT.
…هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ… "…
“Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka………”(QS Al-Baqarah : 187)
Pakaian berfungsi sebagai pelindung, berfungsi sebagai penutup aurat dalam keseharian berarti istri harus menutupi aib suami, sebaliknya suami juga harus dapat menjaga dan melindungi aib istri. Konsekwensi sebagai pakaian, tentu sering kotor oleh karena itu wajar selalu harus dicuci dalam pengertian ini harus saling mengingatkan untuk tetap bersih, selalu siap dan enak dipakai kembali.
KEEMPAT; Menyadari fungsi masing-masing.
Suami dan istri harus saling memahami dan menghargai peran masing-masing dalam keluarga. Suami bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, sedangkan istri sebagai pendamping yang setia. Kedua peran ini harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran, untuk menciptakan keseimbangan dalam rumah tangga. Demikian juga nantinya kalau sudah mempunyai anak2 keturunan, ketika anak2 sudah mulai mengerti, setiap anak2 sudah diberikan peran dalam rumah tangga sesuai tingkat pertumbuhan usianya dan jenis kelaminnya.
“…………………..اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ
“Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri)……..”
(An-Nisa ayat 34)
“…………….وَلَهُنَّ مِثْلُ ٱلَّذِى عَلَيْهِنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ. …………………………..”
“…………… Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf……………” (Al-Baqarah-ayat-228)
KELIMA; Komunikasi terbuka dan baik.
Komunikasi yang baik dan terbuka antara suami-istri, dan juga anak-anak (sesuai pertumbuhan/kecerdasan mereka). Semua perasaan, pendapat, dan masalah keluarga harus dapat dibicarakan dengan bijaksana tanpa ada yang disembunyikan. Komunikasi yang buruk sering kali menjadi sumber masalah dalam rumah tangga. Penting untuk menciptakan suasana terbuka dan saling mendengarkan. Termasuk mengenai sumber pendapatan dan pengeluaran pembiayaan. Adalah tidak baik, bila seorang suami atau istri merahasiakan darimana diperoleh sumber pendapatan dan dimana disimpan. Sangat tidak baik bila salah satu pihak ( suami – atau istri) merahasiakan kemana disalurkannya penghasilannya (antara lain misalnya mengirimi orang tua). Tak elok bila merahasiakan dimana tempat disimpannya tabungan dan depositonya. Antara lain segi negatif merahasiakan simpanan akan bermasalah bila meninggal dunia, belum sempat menceritakan di bank mana menyimpan uang.
Al-Qur'an mengajarkan etika dan cara berkomunikasi yang baik, menekankan penggunaan kata-kata yang baik, lembut, dan jujur, serta pentingnya mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghormati orang lain. Terbatasnya ruang tulis, Enam (6) teknik berkomunikasi petunjuk Al-Qur’an dalam artikel ini hanya disebutkan jenisnya, sedangkan referensi ayat masing2 jenis hanya dicantumkan “nama surat dan ayat ke.. “ dengan tanpa menyalin ayat yang berkenaan secara utuh. Enam (6) Teknik berkomunikasi tsb adalah:
1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar) lihat (QS. Al- Ahzab ayat 70)
2. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik) lihat (QS. Al-Baqarah ayat 235)
3. Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut) lihat (QS. Thaha ayat 44)
4. Qaulan Baligha (perkataan yang berbekas) lihat (QS. An- Nisa ayat 63)
5. Qaulan Karima (perkataan yang mulia) lihat (QS. Al-Isra’ ayat 23)
6. Qaulan Maisura.(perkataan yang pantas) lihat (QS. Al-Isra ayat 28)
Semoga baik rumah tangga yang baru maupun rumah tangga para sepuh dapat dibangun menjadi keluarga yang SAMAWA, mengamalkan petunjuk2 Allah.
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 11 Syawal 1446H, 10 April 2025
Monday, 7 April 2025
Sinyal TUBUH akan ditinggalkan RUH
Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.321.02.04-2025
Tidak seorang pun yang dapat memprediksi kapan ajal datang menjemput. Tidak sedikit orang yang lamaaa…. sakit, belum tiba ajalnya bertahan hidup lalu sembuh kembali. Sementara itu ada orang tanpa sakit, tau2 meninggal dunia.
Wajar jika manusia berikhtiar untuk mencari tau apa sajakah "sinyal tubuh akan di tinggalkan Ruh". Berangkat dari firman Allah:
وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 85)
Ada peluang untuk manusia mencari tau tentang Ruh; dari akhir ayat dikutip diatas dimana manusia diberitahu Allah, diberi sedikit ilmu mengenai Ruh. Berbekal dari pengetahuan yang sedikit tentang ruh itu, tentu halal-halal saja kalau ada pihak2 dengan keakhlian tertentu memprediksi kapan ruh akan meninggalkan jasad, ketika seseorang masih dalam keadaan tidak berbaring sakit, tidak mengidap suatu penyakit.
Ditemukan juga dalam Al-Quran, perihal ruh setiap manusia antara lain di dua ayat dikutip dibawah ini:
Surat Al-An’am Ayat 60:
وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”.
Surat Az-Zumar Ayat 42:
ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَٱلَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ وَيُرْسِلُ ٱلْأُخْرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”.
Berarti ketika tidur, Ruh berpisah sementara dengan jasad, dikembalikan lagi ketika kita terbangun.
Ayat-ayat diatas menginfrormasikan bagaimana Allah memegang kehidupan dan kematian manusia, serta peran tidur sebagai suatu bentuk "kematian kecil" yang memisahkan sementara antara jiwa dan tubuh.
Dalam pengertian lain, bahwa sebetulnya setiap diri, setiap hari mati. Kalau ajal belum tiba dihidupkan kembali ketika bangun dari tidur. Saban kita bangun tidur bersamaan dengan itu kita memulai kehidupan baru lagi. Jasad kita yang kemarin sejatinya sudah mati, berganti dengan jasad kita yang baru hari ini sekaligus menua………. selanjutnya jasad kita besok, wajah kita besok, bukan lagi wajah kita kemarin, seterusnya makin menua. Karena perubahannya sangat tipis, maka tidak terasa…….. tau2 sudah tua, tau2 pipi sudah kempot, mata sudah bergayut, dibawah mata sudah ada bulan sabit. Anak yang ketika lahirnya kita saksikan, tau2 kini sudah berbadan tegap. Tau2 dia sudah menjadi pengusaha, tau2 sudah tua juga. Istri kita/ suami kita sepembaringan, tau2 sudah jadi Kakek, sudah jadi seorang Nenek.
Tua belum tentu sebagai sinyal sudah dekat dengan Tubuh kan ditinggalkan RUH, sebab banyak yang muda lebih duluan berpulang, daripada yang tua. Namun ada beberapa sinyal utamanya bagi LANSIA tentang tidak berapa lama lagi Ruh akan meninggalkan Jasad diantaranya:
1. Menurunnya nafsu makan berkepanjangan, makanan2 ketika dulu jadi favorit dilidah tidak terasa enak lagi, sehingga makan menjadi sedikit, diiringi berat badan menyusut. Ternyata takaran rezeki manusia sejak lahir sampai Ruh meninggalkan Jasad sudah ditentukan Allah. Secara rinci setiap jenis makanan sudah ditetapkan volumenya. Misalnya nasi sekian ton, garam sekian kwintal, gula sekian ton dan seterusnya. Jika diri jadi nya harus mulai berpantang garam, mungkin jatah garam awak sudah hampir habis. Jika diri harus berhenti mengkonsumsi gula, mungkin dulu masa muda sudah kebanyakan makan gula, maka jatah rezeki gula tinggal sedikit. Daging ayam sudah tak selera, bertanda rezeki daging ayam sudah menipis dll……….. contoh (pembaca silahkan mengkreasikannya).
Dari Abi Umamah Radhiyallahu anhua bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
أيُّها النَّاسُ اتَّقوا اللَّهَ وأجملوا في الطَّلبِ فإنَّ نفسًا لن تموتَ حتَّى تستوفيَ رزقَها وإن أبطأَ عنْها
“Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Allah dan berbuat baiklah dalam mencari (rezeki). Karena sesungguhnya suatu jiwa tidak akan pernah meninggal dunia hingga ia menghabiskan (seluruh) rezekinya, walaupun terlambat datangnya” (HR Ibnu Majah: 2144).
2. Pelupa; Teman lama yang tadinya ingat betul namanya, ketika ketemu tidak ingat lagi walau sudah dicoba mengingatnya dengan mencari insial dari A – Z. Tak jarang wajah dan suaranya masih ada dalam memori. Ini pertanda bahwa Ruh sebagai sumber energi untuk mengeluarkan ingatan, sudah tidak melekat kuat lagi dengan Jasad.
3. Mudah letih; kemampuan organ2 tubuh sudah mulai melemah, pertanda sebentar lagi akan kehabisan fungsinya, tibalah saatnya nanti Ruh meninggalkan jasad.
4. Rawan terkena penyakit; Jejer duduk dengan orang Flu gampang tertular, bila mulai sakit penyembuhannya lama.
5. Tak tahan perubahan Iklim. Ganti musim langsung kena penyakit, terpapar gerimis langsung pilek, beda dengan masa muda dulu, tahan berbagai cuaca.
Butir 3, 4 dan 5, kita jadinya kembali seperti bayi lagi, lemah, mudah terserang penyakit, tak tahan perubahan cuaca. Bunda kita menggendong kita masih bayi dengan hati2, dibalut selimut tebal, diberi koplok empuk agar tak mudah masuk angin. Benar2 keadaan orang tua lanjut usia yang tak lama lagi Ruhnya meninggalkan Jasad, kembali seperti bayi lagi. Seperti diungkapkan Al-Qur’an surat Yasin Ayat 68:
وَمَن نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى ٱلْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?”
Begitulah,…………..semoga Allah memberikan kearifan kepada kita agar setiap saat memahami “Sinyal Tubuh akan ditinggalkan RUH”, yang setiap saat dapat saja terjadi. Dengan demikian senantiasa menyiapkan diri untuk bekal ke akhirat nanti.
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 9 Syawal 1446H, 8 April 2025
Thursday, 3 April 2025
Sesudah RAMADHAN
Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.320.01.04-2025
Tujuan shaum Ramadhan adalah "Taqwa". Untuk mencapai tujuan tersebut dengan sabar dan perjuangan telah dilakukan. Mempuasakan perut, lidah, mata, telinga, dan raga serta hati. Bagaimana kadar ketaqwaan masing2 individu, diri sendiri merasakannya dan Allah saja yang mengetahui.
Andaikanlah “Taqwa” itu diumpamakan sebuah bangunan, membangun suatu bangunan, jauh lebih mudah dari pada merawat bangunan. Banyak bangunan2 terutama bangunan sarana umum, belum lama diresmikan pemakaiannya, sudah banyak yang nampak berantakan kurang terawat.
Begitu pula agaknya bangunan taqwa yang telah kita wujudkan melalui shaum Ramadhan jika tidak dirawat, di bulan2 sesudah Ramadhan akan mulai berkurang.
Untuk melakukan perawatan ketaqwaan yang sudah diperoleh di bulan Ramadhan haruslah terus menerus melakukan kebiasaan pada bulan Ramadhan dengan istiqamah:
1. Selama Ramadhan rajin melaksanakan qiyamul lail berjamaah di masjid, ditambah shalat tahajud. Setelah Ramadhan juga sekurangnya kebiasaan itu diteruskan berupa shalat tahajud.
2. Selama Ramadhan tiap hari baca Al-Qur'an ada yang mentarget khatam lebih dari sekali. Sesudah Ramadhan kebiasaan itu diteruskan sekurangnya 2 bulan sekali khatam. Al-Qur'an standar 604 halaman. Kalau 2 bln sekali khatam yaaah targetkanlah 10-11 halaman perhari. Saban habis shalat 2 halaman.
3. Rajin sedekah dan infak di bulan Ramadhan setiap subuh ke masjid, terawih ke masjid masukkan ke kotak amal. Sesudah Ramadhan lanjutkan sekurangnya di jatah tiap hari infak ke kotak amal, misalnyapun jumlahnya kecil tapi rutin.
4. Biasanya selain zakat fitrah, moment Ramadhan mengeluarkan zakat mal. Nah sesudah Ramadhan bantu orang susah semampunya, baik dengan tenaga fikiran dan harta.
5. Selama Ramadhan sanggup mempuasakan:
a. Perut; yang halal saja tidak dimasukkan ke perut, sesudah Ramadhan harus mampu menghindari mencari rezeki yang haram.
b. Mulut; juga tetap memelihara lidah dari berbicara yang tak berfaedah.
c. Mata; dari melihat yang diharamkan,
d. Telinga; terpelihara dari mendengar yang tak baik,
e. Anggota tubuh; raga tidak terbawa menuju tempat maksiat
f. Hati; bersih dari berpikir negatif.
Enam kesanggupan dapat dilakukan di bulan Ramadhan ini hendaklah dapat dipertahankan semaksimal mungkin sesudah Ramadhan. Justru hasil shaum Ramadhan terlihat perwujudan pengamalannya sesudah bulan Ramadhan.
Pokoknya hasil latihan selama Ramadhan untuk menjaga "taqwa" yang telah terbangun di bulan Ramadhan secara istiqamah diteruskan. Jangan sampai seperti perumpamaan yang diinformasikan Allah surat An-Nahl 92 berikut ini:
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali".
Sudah dengan tekun ibadah Ramadhan, dijalani; "ibadah yang sudah terpintal baik, mengurai kembali setelah Ramadhan usai". Naudzubillahi mindzalik.
تقبل الله منا و منكم صيامنا و صيامكم جعلنا الله وإياكم
من العائدين و الفائزين كل عام و أنتم بخير
Semoga Allah SWT menerima ibadah (puasa) kita, Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang kembali (dalam keadaan suci) dan termasuk orang orang yang mendapatkan kemenangan, dan semoga Anda semuanya senantiasa dalam kebaikan setiap tahun.
Selamat Idul Fitri 1446 H. mohon maaf lahir dan bathin.
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 4 Syawal 1446H, 3 April 2025
Subscribe to:
Posts (Atom)