Saturday 22 June 2024

Maut belum MENATAP sebelum REZEKI habis TERSANTAP.

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.255-06-6.2024 Kini menjelang lahiran, bukan saja jenis kelamin calon bayi, bahkan hari kelahirannya sudah dapat diprediksi. Sedangkan hari kematian sampai saat ini belum ada seorang ahlipun dapat memastikannya. Selama hidup, manusia perlu makan-minum dan ini lazim disebut dengan rezeki, walau sesungguhnya yang dimaksud dengan rezeki bukan saja makan-minum, tetapi; kesehatan, kesempatan dan segala sesuatu kenikmatan. Tulisan ini membatasi rezeki hanya pada apa yang dimakan dan apa yang diminum. Rezeki manusia yang dimakan-diminum, telah ditentukan sejak lahir sampai mati, karena sebelum rezeki tersebut habis dinikmati, manusia tidak akan mati. Dalam konteks ini Allah berfirman: وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا. ۗ “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. …………….” (QS Ali Imran ayat 145). Jika “jatah” rezeki telah habis dikonsumsi seseorang akan mati. Seseorang tidak mungkin mati sampai sempurna rezekinya, dan berakhir pula amalannya. Dari Jabir bin ‘Abdillah ra, Nabi Saw bersabda, أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ “Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Ibnu Majah). Dalam pada itu dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi Saw bersabda: إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ “Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR Musnad Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani) Di ayat lain, Al-Qurán menyebutkan: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34) Ketika diriku masih remaja dulu sering kulihat Nenek-Kakek, porsi makannya sangat sedikit. Kini setelah diri sendiri berusia tujuhpuluhan merasakan sendiri, bahwa tidak sanggup lagi makan seperti muda dulu. Bahkan banyak makanan yang dulu jadi makanan favorit, minuman wajib mesti harus ada di meja kalau pulang kerja, sudah tidak dapat diminum lagi. Makanan favorit kalau dimakan juga jadi alergi, minuman kopi misalnya yang dulunya menjadi minuman wajib, sekarang kalau diminum jadi penyakit. Dari petunjuk ayat dan hadits diantaranya dikutip diatas, mengertilah agaknya kita, bahwa; bagi pribadi tertentu, rezeki berwujud makanan dan minuman, yang sekarang sudah membuat alergi, atau berdampak penyakit, itu artinya jatah buat rezeki jenis makanan dan minuman jenis itu sudah hampir habis atau mungkin sudah habis buat diri awak. Untuk jenis lain masih ada yang masih tersisa, jatah nasi sudah hampir habis lantaran masa muda makannya sekali makan rata2 dua piring. Jadi masa tua harus dimakan se-dikit2, jatah kentang masih tersisa. Jatah gula pasir sudah habis, karena masa muda dulu kalau menyedu kopi segelas, gulanya 2 sendok makan, sekarang tersisa rezeki pemanis “Tropicana”. Harap makluuum. Kalau sudah jatah rezeki itu sama sekali habis, kadang ada manusia yang sudah tidak dapat lagi dimasukkan makanan/minuman secara normal dari mulut. Teknologi ikhtiar dibidang kesehatan sekarang jika rezeki orang tersebut belum benar2 habis-bis, lalu disalurkan melalui selang. Jika rezeki memang masih ada si pasien tak akan mati, setelah itu malah sembuh dari penyakit dan dapat makan minum normal kembali, untuk menghabiskan jatah rezekinya. Dengan demikian: Malaikat maut belum sudi MENATAP. Bila REZEKI belum habis TERSANTAP. Semoga kita selalu diberikan Allah rezeki yang halalan, tetap thayyiban serta barakatan sampai akhir hayat dikandung badan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 16 Dzulhijjah 1445 H. 23 Juni 2024

No comments:

Post a Comment