Wednesday 12 July 2017

Mengenali NIKMAT



Semua manusia yang ber-KETUHAN-an, tak akan membantah bahwa dirinya terlahir ke dunia  dan  masih hidup sampai saat ini adalah karena NIKMAT Tuhan. Karena itu kemudian yakin betul bahwa nikmat Tuhan itu demikian banyaknya, diperoleh terus menerus sejak lahir sampai hidup berakhir. Benarlah ungkapan bahwa nikmat Tuhan itu tak sanggup kita menghitungknya sekalipun dengan alat yang demikian canggih.
Kami penganut agama Islam, Allah telah memberikan penegasan setidaknya di surat Ibrahim ayat 34 dan Surat An-Nahl ayat 18 bahwa Nikmat Allah Itu begitu banyak sehingga tak mungkin dapat dihitung, dengan redaksi ayat “WA IN TA’UDDUU NI’MATALLAHU LAA TUHSHUUHAA”  (DAN JIKA KAMU MENGHITUNG NIKMAT ALLAH NISCAYA KAMI TIDAK AKAN MAMPU MENGHITUNGNYA). Bagi orang Muslim, kalau sudah ada peringatan Allah demikian ini, langsung menerima. Jadi ndak akan mencoba menginventarisir segala nikmat itu, jelas sia-sia tak akan berhasil.
Namun demikian agar kiranya kita mampu bersyukur, sepertinya ada baiknya jika kita kenali kelompok besar Nikmat Allah yang saban hari kita rasakan sampai hayat ini terhenti. Kucuba mengelompokkan nikmat Allah tersebut dalam 7 (tujuh) kelompok besar yaitu:
1.       Nikmat beragama. Dengan nikmat ini kita hidup merasa tidak sendiri, ada Allah yang mendampingi kita, ada Allah yang senantiasa membantu menyelesaikan segala urusan kita, ada tempat bergantung dan menyerahkan diri. Kalau sudah ikhtiar dilakukan maksimal masih tertumbuk ke jalan buntu Allah menjadi tempat sandaran. Sehingga Rasulullah s.a.w. mengajarkan doa penyerahan diri “Allahuma inni aslamtu nafsi ilaika (ya Allah aku serahkan diriku kepada Engkau), ………… dan seterusnya…… la malja a wala manja minka ilaika (tidak ada tempat berlindung lain dan tidak ada tempat melarikan diri dari Engkau kecuali lari kepada Engkau jua) ……..”  (dirawikan Buhari Muslim dari kitab Ryadhush Shalihin Imam Nawawi)
2.       Nikmat ditangguhkan siksa/hukuman atas dosa. Tidak dapat dibayangkan, kalaulah Allah memperlakukan kita sebagaimana hukum dunia. Begitu kita berbuat dosa (Allah jelas mengetahui/melihat dosa kita itu), langsung diberikan hukuman. Mungkin para pembaca sudah dapat mengukur sendiri apa kira-kira yang akan diterima. Beda dengan kesalahan melanggar ketentuan pidana, kalau ketangkap langsung disidangkan dan masuk penjara.
3.       Nikmat diberikan peringatan jika berbuat dosa. Jika kita berbuat dosa, agar maulah kita mengoreksi diri untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan menebusnya dengan berbuat kebaikan, kadang Allah memberikan peringatan. Peringtan tersebut dapat datang dari diri sendiri (dari hati nurani karena manusia sesungguhnya diberikan nurani yang baik). Dapat juga peringatan itu berupa musibah diberikan Allah agar pendosa tersebut sadar bahwa atas kesalahannya di tegor oleh Allah.
4.       Nikmat diberi kesempatan bertaubat. Atas nikmat butir 2 dan butir 3 di atas Allah memberi kesempatan buat kita bertaubat. Dijanjikan biar dosa bertumpuk sampai tinggi mencapai langit jika bertaubat maka Allah dengan serta merta mengampuni asalkan dengan Taubatan Nashuha (yaitu taubat yang sungguh-sungguh), yaitu menyesali perbuatan dosa, bertekad tidak mengulangi dan mengiringi dengan perbuatan baik (refer ke surat Az-Zumar 53) “Katakanllah “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”
5.       Nikmat terpilih menjadi ahli ibadah. Tidak semua orang yang terpilih jadi Ahli Ibadah. Buktinya jika hari jum’at tiba, kalaulah semua orang muslim terpilih menjadi ahli Ibadah niscaya masjid-masjid tak kan muat, karena konon katanya di Indonesia ini warga negaranya diatas 85%???? pemeluk agama Islam. Hari Jum’at masih banyak lalu lintas di jalan raya, suatu pertanda masih banyak orang beraktivitas. Bulan Ramadhan masih gampang dilihat orang yang merokok dipinggir jalan, sedang kita tau orang itu tadi warga kampung kita atau jiran kita. Masih banyak rumah makan “BERHIJAB”, buat orang yang tidak berpuasa padahal dianya Islam. Jadi suatu kenikmatan jika anda terpilih menjadi ahli ibadah,
6.       Nikmat kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan. Nikmat ini begitu tinggi nilainya, orang dapat beribadah maksimal, jika sehat, jika sejahtera, jika beribadah terlindung dari ancaman dan mara bahaya. Walau kadang orang rela bekerja siang dan malam sampai mengabaikan kesehatannya untuk mencapai kesejahteraan, sesudah itu dia rela pula  menghabiskan segala hasil jerih payahnya berupa harta untuk kesejahteraan itu, bila sakit untuk kembali menjadi sehat. Sungguh membingungkan harta dicari demi kesejahteraan, bila perlu mengabaikan kesehatan. Dalam pada itu harta itupun dilain waktu direlakan habis untuk mengembalikan kesehatan.
7.       Nikmat hak pakai atas harta benda. Berkat pinjaman harta dari Allah kita dapat ibadah maksimal, dengan harta kita dapat dengan mudah bersadakan, berinfaq, berzakat dan berkorban sampai menunaikan ibadah haji. Cuma kadang kita lupa bahwa harta yang ada pada kita hanya sebatas HAK PAKAI. Jika kita kurang pandai memanfaatkannya gampang saja bagi pemilik aslinya (Allah) mengambilnya.
Demikian, ikhtiar ku mengenali Nikmat, semoga dengan demikian makin kuat sandaran bersyukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bila tulisanku ini keliru adalah mutlak kesalahanku (mohon disaring), karena minimnya ilmu dan mohon dimaafkan. Jika ada yang benar, tentu datang dari Allah dan Rasul-Nya, silahkan dipetik dan manfaatkan. Barakallu fikum.

No comments:

Post a Comment