Tuesday 18 October 2016

Kenyamanan dan Taqwa



Puluhan tahun jalan-jalan raya di kota Bagdad bersih dari kotoran Kuda dan Keledai yang sehari-hari hilir mudik di jalan raya sebagai sarana transportasi kala itu.
Suatu hari di tahun 227 H kurang lebih sama dengan tahun 841 Masehi, kejadian aneh meliputi jalan di kota Bagdad, karena mulai hari itu tidak biasanya Keledai buang kotoran (Berak) di jalan raya. Sebelum itu; telah puluhan tahun tidak pernah ada seekor Kuda atau Keledai yang buang hajad di jalan, mereka tertib baru melepas hajadnya di kandang di rumah tuannya atau di pangkalan mereka ngumpul.
Seorang pemilik Keledai, melihat fenoma itu lantas mensinyalir “mungkin orang alim dikota ini telah meninggal dunia”. Segera mereka mencari tau kebenaran sinyalemen tersebut. Ternyata benar telah meninggal dunia seorang yang teramat taqwa di kota Bagdad bernama Bisyr bin Harits dikenal juga sebagai Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi. Lahir tahun 150 H wafat tahun 227 H.
Bisyr al-Hafi, semula adalah seorang pemuda berandalan, namun sejak mendapat hidayah, dianya menjadi orang yang taqwa. Perubahan perilaku Bisyr, ketika suatu hari sepulang dari mabuk-mabukan, di tepi jalan dianya menemukan secarik kertas bertuliskan “Bismillaahirrahmaanirahiim”. Dipungutnya secarik kertas tersebut, dengan sisa uang dikantongnya dia mampir ke toko minyak wangi, kemudian secarik kertas tersebut ditaburinya/disiraminya minyak wangi, selanjutnya disimpannya rapi dirumahnya. Hari- harinya berikut perilakunya tetap dengan mabuk-mabukan. Sampai suatu hari seorang Alim di kota Bagdad bermimpi dia diperintahkan Allah mengatakan kepada seorang pemuda  bernama Bisyr  Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu, Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran Ku niscaya kuharumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti”.
Orang alim tersebut mencari pemuda yang nama Bisyr, didapati tengah pesta minum angur, setelah ketemu dengan orang alim itu dan menerima kabar tentang Allah akan memuliakannya, akan mensucikannya dan mengharumkan namanya, sebagai balasan atas sikap pemuda berandalan ini menharumkan nama Allah, maka mulai hari itu diapun berubah menjadi orang yang saleh dan taqwa.  Pemuda Bisyr tersentuh hatinya dan mulai saat itu ditinggalkannya masa lalunya yang kelam dan mulai dia memasuki masa menjadi orang yang saleh dan taqwa sejak saat itu sampai akhir hayatnya.
Demikian kisah disarikan dari “Majalah Nabawi Edisi 106/Zulqaidah-Zilhijjah 1435H”
Dari kisah ini dapat dipahamkan bahwa:
1.       Ada korelasi antara adanya orang taqwa yang diam disuatu kota dengan kenyamanan dalam kota tersebut, lebih luas lagi jika penduduk suatu negeri bertaqwa, walau hanya diwakili seorang saja, sampai-sampai mahluk Allah yang bernama Keledai, Kuda saja menghormatinya sehingga enggan untuk buang kotoran di jalan.
2.       Perlu kita introspeksi, jangan-jangan kota kita ini, di provensi kita ini, negeri kita ini sudah tak ada lagi seorangpun orang yang benar-benar taqwa kepada Allah. Memang sudah tidak ada lagi Keledai atau Kuda buang kotoran di jalan, lantaran sekarang Keledai dan Kuda bukan lagi jadi alat transportasi. Tetapi air turun dari langit membuat banjir jalan-jalan. Air turun dari langit membuat tanah menjadi longsor, sungai meluap, jembatan roboh, gunung meletus, angin putting beliung sering terjadi dimana-mana.
3.       Bahwa seseorang yang tadinya brandalan, sepanjang masih belum maut datang menjemputnya sungguh masih berpotensi untuk jadi orang saleh, orang taqwa jika Allah memberikan hidayah-Nya. Dapat saja hari ini dianya bermulut Toilet, kalau datang hidayah Allah besok atau lusa dianya bermulut Restoran bahkan mungkin bermulut Kasturi.
4.       Bahwa rupanya Allah memberikan Hidayah untuk pemuda Bisyr, karena memang bagaimanapun berandalnya dia, di dalam sanubarinya menaruh rasa hormat kepada Allah, walau hanya dengan perwujudan memberikan minyak wangi dan menyimpan secarik kertas yang ditemukannya di pinggir jalan bertuliskan nama Allah “Bismillaahirahmaanirrahiiim”. Rasa hormatnya masih ada, tidak malah menghina nama Allah, tidak malah menghina kitab suci yang diturunkan Allah.
5.       Ternyata, cukup ada seorang saja disuatu kota benar-benar taqwa, Allah memeliharakan kenyamanan kota tersebut, hingga hal yang sangat kecil semisal dari kebersihan jalan dari kotoran (pada zaman itu kotoran Keledai dan Kuda).
Semoga kisah ini menginspirasi kita semua, sehingga maulah sejenak merenung diri sudah sampai seberapa kadar taqwa yang ada dalam diri, untuk senantiasa ditingkatkan. Karena nampaknya sungguh kadar ketaqwaan kita berkorelasi dengan bencana alam yang sering mendera kota kita, mendera negeri kita. Walhu ‘alam bishawab.




No comments:

Post a Comment