Sunday 13 September 2015

Hati-Hati menjadi orang SUKSES Usus dapat menjadi PENDEK???



Sukses, selalu diterjemahkan berjaya dalam kehidupan, harta berlimpah, di masyarakat terpandang. Setiap usaha orang sukses tak pernah merugi, setiap kegiatannya tak ada halangan. Sepertinya do’a orang ini selalu dikabul oleh Yang Maha Kuasa. Kadang orang sukses suka juga mendabik dada bahwa usahanyalah yang menjadikan ia sukses,  bukan lantaran do’anya di Kabul YMK, atas usaha dan kepandaian yang bersangkutan sendirilah ia berjaya.
Bagi orang yang bersemi iman di dadanya, berkeyakinan sukses dan gagal dalam hidup bukan kuasa dirinya. Dirinya hanya berkewajiban untuk usaha, untuk ikhtiar,  yang mensukseskan adalah Yang Maha Kuasa. Karena itu orang yang beriman selalu mengiringi ikhtiar/usahanya dengan do’a.  Orang berimanpun yakin bahwa tidak semua do’anya di Kabul. Orang beriman yakin bahwa Yang Maha Kuasa hanya mengabulkan do’anya sesuai keperluan,  bukan mengabulkan seluruh do’a yang dimohonkannya.
Sebab kalau seluruh do’a dikabul maka tidak jarang akan mengakibatkan  tidak baik, bagi orang yang bersangkutan. Dapat saja karena selalu berhasil, selalu sukses, menimbulkan bangga diri pada gilirannya secara berlebihan menilai diri, bahwa dirilah yang hebat, bukan  kekuatan diluar dirinya yaitu Yang Maha Kuasa yang menganugrahkan kesuksesan itu kepadanya.
Dalam perjalanan hidup yang sudah lebih setangah abad ini, banyak sekali menyaksikan profil orang sukses, baik itu tenam sebaya, angkatan seangkatan atau juga di atas segenerasi. Banyak diantara orang sukses tersebut ternyata mempunyai USUS yang PENDEK.
Satu diantaranya, diri ini pernah menyaksikan betapa pendeknya USUS seorang yang sukses. Ketika suatu periode bertugas di satu daerah, punya atasan sekantor yang kariernya demikian sukses. Mulai masuk diterima sebagai pegawai terus menerus sukses, boleh dikata lebih sukses dari rekan-rekan seangkatannya. Karena kesuksesan jabatan itu, diiringi dangan kekayaan materi dan terpandang di dalam masyarakat.  Sudah lumrah bila orang punya jabatan, banyak dermawan yang bermurah hati berlomba-lomba mengirim upeti dalam rangka menarik hati orang yang sukses. Salah satu bentuk upeti berupa buah Duren yang memang didaerah itu, kalau sedang musim berlimpah. Bagi pemberi upeti bulam lagi musin Duren berlimpah, diawal musim sudah berhasil menggupulkan Duren yang baik-baik, besar dan lunak-lunak.
Jelas bahwa Duren begitu banyak tak kan habis dimakan sendiri, apalagi sifat bawaan buah Duren utamanya Duren di daerah itu, tak tahan disimpan lama, beberapa hari akan merekah. Jika merekahnya sudah sampai terbuka lebar, itu Duren ”masuk angin”. Kalau sudah “masuk angin” rasa Duren tidak lagi enak seperti semula, manisnya hilang dan rasa Duren menjadi hambar. Oleh sebab itu,  orang sukses yang saya angkat dikisah ini, biasanya memanggil tenam-teman koleganya untuk bersama-sama makan duren di rumah sambil mengisi waktu malam, sambil main catur, atau gapleh atau nonton TV berparabola bersama rekan selevel di daerah yang terbilang belum banyak hiburan itu.
Siang itu, beberapa orang calon pegawai yang belum dua bulan di terima untuk mengisi formasi kekurangan pagawai di instansi tempat kami bekerja, mereka  ditugaskan untuk merapikan gudang arsip yang letaknya se lokasi (dalam lahan yang sama) dengan rumah instansi tempat atasan saya itu bertempat tinggal. Salah satu gudang yang pintunya tak dikunci, termuat setumpuk Durian, gudang inipun termasuk harus dirapikan.  Salah seeorang calon pegawai terbit seleranya ketika melihat sebuah Duren yang ranum dan sudah sedikit agak merekah, bila dicuil dengan tangan tanpa bantuan pisau pastilah tu Duren dapat dibuka.  
Benar saja si calon pegawai menyampaikan seleranya, diam-diam, telah diusahakannya tak diketahui rekan lain yang membereskan ruangan-ruangan lain, disantapnya Duren ranum itu tanpa mengalami kesulitan, tanpa alat.  Setelah selesai lupalah dia bahwa Duren mesti ada limbahnya, kulit dan biji. Bingung mengamankan limbah tersebut, kalau dibawa keluar ke tempat sampah yang ada di depan rumah, tentulah bakal ada yang melihat, lupalah dia bahwa dia tidak membawa bekal kantong plastic, misalnya untuk menyamarkan limbah Duren itu.
Waktu tugas di rumah instansi BOS itupun berakhir dan semua calon pegawai yang ditugaskan ditunggu mobil minibus yang akan membawa mereka pulang ke kantor. Masing-masing  calon pegawai, membawa pulang, pengalaman sendiri-sendiri, bertugas di rumah Bos. Ada yang latah membayangkan nanti kelak akan jadi Bos, betapa enaknya dirumah yang luas dengan pekarangan yang luas, dengan perabot serba lengkap. Lain dengan si pemakan Duren, masih terpikir dianya dengan limbah Duren yang  telah dimakannya tertinggal diruangan gudang Duran.
Dasar Duren, lain aromanya bila masih utuh dan sudah terbuka juga kulit dan biji. Limbah Duren akan mengundang sejenis makluk kecil yang terbang berkelompok mengerubungi limah Duren, makluk sejenis serangga itu terbang bergerombol setempat dikenal dengan “Bari-Bari”, makanya ada bait nyanyian setempat: 
                                Tom-tom tempoyak
                                Tempoyak Masam
                                Tempayan belah
                                Dirubung Bari-Bari

Kerena tempayan belah, aromanya keluar, sehingga tenpoyak masam dirubung “Bari-Bari”.
Kerubungan Bari-Bari mengundang yang empunya rumah, memerintahkan asisten rumah tangga untuk meneliti di ruangan yang dirubung  Bari-Bari. Terkaget dilihat asisten rumah tangga bahwa ada sampah limbah Durian yang sudah lebih dari beberapa jam isinya dimakan. Langsung si Bos menelpon pejabat yang membawahi calon pegawai yang bertugas siang tadi.
Singkat kisah, setelah diproses ternyata tidak dapat menyangkal salah seorang calon pegawai yang menyantap Durian di dalam Gudang. Titah beliaupun keluar, tanpa pertimbangan yang panjang melalui USUS yang Panjang, Calon pegawai tersebut di pacat.
Pertimbangan pemecatan, adalah bahwa seorang pegawai nanti disyaratkan kejujuran. Belum lagi jadi pegawai, sudah menunjukkan ketidak jujuran. Sudah menunjukkan ahlak yang tidak baik. Instansi tak akan menerima pegawai yang tidak jujur. Kalaulah di hitung dengan nilai uang, sungguh sebuah Durian harganya di daerah penghasil Durian tentu sangat tidak materiil. Tapi itulah keputusan yang telah dititahkan oleh Bos tak dapat ditarik lagi.
Bagi si Bos yang dalam hidup sejak menapak karier tidak pernah mengalami hambatan dan hidup yang susah, maka dianya tidak pernah merasakan betapa kehidupan orang tidak punya. Oleh sebab itulah USUS beliau PENDEK, maksudnya tidak panjang mencerna suatu keadaan, hanya dilihat si Calon Pegawai tidak jujur, buat apa di pertahankan, langsung saja di pecat. Mungkin sampai akhir hayatnyapun si Bos tidak pernah menyesali keputusannya.
Kasus lain, teman saya ketika itu diriku masih berusia duapuluhan berprofesi sebagai wartawan di Jakarta waktu itu. Seorang teman saya yang sampai sekarang masih kuingat namanya karena pernah melakukan sesuatu tindakan penyesalan yang mendalam dengan mengambil langkah “Jera” yang luar biasa. Singkat warta, tamanku itu memuat dalam surat kabarnya tentang seorang (saya tak sebut jelas profesi orang itu, tapi yang bersangkutan berperan dalam perkara di pengadilan). Orang tersebut diketahui temanku itu dan dia mempunyai pakta tak terbantahkan bahwa orang tadi menerima uang (suap istilah sekarang). Dengan dimuatnya berita itu orang bersangkutan beberapa hari kemudian diketahui dipacat dari group mereka. Penyesalan yang mendalam bagi teman tadi, dia menganggap lantaran beritanya orang tersebut terpecat dan kehilangan setidaknya sementara sumber untuk menghidupi keluarganya. Langkah “Jera” yang dilakukan teman ku tadi, berhenti dari wartawan di salah satu surat kabar beroplag besar terbit di Jakarta, sekitar tahun 1970 an itu. Dia takut kalau jadi pewarta akan terulang lagi hal yang sama. Ini mungkin contoh USUS yang PANJANG, walau masalahnya sudah diputuspun masih dicerna kembali, sehingga membuatnya  membuatnya menyesal yang panjang.
Belakang ini kulihat di Face Book, banyak rekan-rekanku yang kini sudah menjadi Bos, diberi kesempatan mengemban amanah menjadi orang pertama. Semoga Kisah ini dapat kiranya untuk menjadi bahan agar BERUSUS panjang jika dihadapkan kepada anak buah yang melakukan kesalahan. Tentu dapat memilah kesalahan seperti apa yang harus dihukum maksimal seperti pemecatan. Pengalaman empiris bahwa karyawan-karyawan yang melakukan kesalahan dimaafkan akan menjadi pegawai yang baik dan sampai ahir hidupnya tak pernah ia melupakan pemaafan itu.



No comments:

Post a Comment