Setiap menjemput
jamaah pulang dari pergi Haji, kuteringat kembali yang kami alami
belasan tahun lalu. Ketika itu seluruh
jemaah yang baru pulang haji di tempatkan lebih dahulu di asrama haji. Sanak keluarga, menjemput jamaah haji yang baru pulang di asrama haji. Lumrah memang, kalau disetiap lokasi banyak
keramaian, termasuk keramaian dadakan
seperti di asrama haji yang ramai semusim itu, banyaklah pedagang yang juga dadakan.
Adalah disekitar lokasi banyak pedagang yang menyediakan
pernak-pernik oleh-oleh yang biasa dicangking orang pulang haji untuk buah
tangan ke sanak saudara dikampung nanti. Diantara nya terlihat oleh kami begitu
melangkah keluar gerbang asrama, sederet pedagang menjual KORMA. Berjajar kaleng empat persegi seukuran kaleng minyak 20
literan dengan lebel Kurma di keempat sisi kaleng. Kelihatannya kaleng terisi penuh kurma, kontan dalam banyangan calon pembeli bahwa
lumayan kalau membeli sekaleng kurma ini, setera 20 literan. Dapat memperbanyak
jumlah kurma bakal oleh-oleh. Banyak pembeli yang mampir dan ketika ditanya
harganya juga tak jauh beda dengan di negara belum lama ditinggalkan jamaah.
Kami juga termasuk yang tertarik untuk membeli. Betapa tercengangnya kami ketika setelah
sampai di rumah memeriksa isi kaleng tersebut, ternyata yang bersisi kurma
hanya ditengah bundaran tutup mulut kaleng.
Teknik kemasannya dengan
menggunakan silinder karton mengelilingi mulut kaleng sampai kedasar
kaleng, sedangkan bagian kedalam antara dinding kaleng dengan silinder
karton itu diisi dengan serutan kertas. Dengan demikian isi kaleng itu
tak lebih dari se silinder karton, untungnya masih terisi sampai ke bawah.
Lain lagi dengan penjaja Salak disepanjang jalan disuatu
kota di tanah air ini. Target pasar mereka adalah pengendara mobil. Dari
kejauhan pengemudi akan melihat salak di
sebuah keranjang disusun mumbul dengan
model gundukan keatas. Bayangan pembeli dari kejauhan demikian banyak salak
dalam keranjang, karena keranjangnya juga cukup tinggi, sehingga terbayang dari
dasar keranjang sampai kepermukaan keranjang ditambah lagi mumbul diatas
keranjang tentu banyak sekali Salak tersebut.
Mereka menawarkan dagangan Salak itu bukan atas dasar kiloan atau jumlah
butir tapi itulah satuannya adalah keranjang.
Pembeli yang belum pernah, karena sudah terlanjur mampir dan
turun dari mobil, melihat penampilan
Salak sekeranjang yang mumbul itu, setelah tawar menawar ala kadarnya membayar
kadang lebih dari sekeranjang. Hampir dapat dipastikan pembeli tersebut akan
kecewa setelah sampai di rumah, karena isi keranjang dari permukaan sampai
kebawah bukannya Salak, biasanya dari daun-daun kering.
Kedua kelompok penjual ini, tidak menerapkan acuan dasar
pemasaran bahwa kepuasan pelanggan adalah paling utama, guna menumbuhkan
loyalitas pelanggan. Mereka tidak
mengharapkan pelanggan loyal yang akan
membeli kembali dilain waktu. Pedagang ini tidak berkeinginan menciptakan
pelanggan loyal yang memberikan informasi kepada orang lain bila suatu saat ke
lokasi mereka berdagang untuk membeli dagangan mereka. Para penjual tradisional
ini tidak menyadari bahwa pelanggan yang loyal akan membela bila ada orang yang
pernah membeli dagangan mereka memberikan penilaian miring terhadap mata
dagangan mereka.
Biginilah profil sebagain kecil pedagang kecil kita yang
masih mengutamakan volume penjualan untuk keuntungan sesaat dan tidak memikirkan
jangka panjang jauh kedepan. Mereka hanya memanfaatkan pesona pada tampilan dan
tidak peduli dengan kekecewaan
sesudahnya. Aliran ini berpendapat bahwa biarkan pembeli yang sudah
pernah membeli kapok, toh akan muncul pembeli
baru. Padahal berdasarkan banyak penelitian bahwa mempertahankan pelanggan lama
jauh lebih menguntungkan ketimbang menunggu
pelanggan baru, sementara pelanggan lama hengkang.
Pertanyaan kita adalah: Apakah para pemimpin kita ketika
memasarkan program mereka tempohari mengemasnya seperti pedagang Kurma dan
pedagang Salak pinggir jalan yang hanya mengutamakan ketertarikan pembeli
melalui penampilan di permukaan? Apakah mereka juga sama dengan pedagang Salak
dan Kurma seperti dicontohkan, juga berpendapat, biarkan konstituen lama kapok,
toh ketika memasarkan program yang akan datang pasti banyak lagi penggemar
baru. Andalah yang dapat menjawabnya. Mereka
ketika ingin programnya dibeli oleh rakyat, mengemas diri dengan penuh
kesederhanaan, pro rakyat. Kini rakyat
yang telah terlanjur membeli, seumpama anda termasuk pembeli; bukalah sendiri “kaleng
janji” dan “keranjang harapan” yang terlanjur anda beli, apakah sama penampilan
kemasan dengan isi, silahkan lihat sendiri.
No comments:
Post a Comment