Monday 22 December 2014

TAI’ ASU’ JADI RAJA



Di tengah panas terik di suatu jalan raya di sebuah kota di jaman dahalu kala, tergeletak kotoran Anjing di pinggir jalan (bahasa setempat disebut Tai’ Asu’). Tai’ ialah kotoran, Asu’ adalah Anjing, dalam kisah ini  kita singkat saja “T.A.”. 
Selanjutnya T.A.  membayangkan dirinya yang belum lama dikeluarkan si empunya, sangatlah tidak berguna, setiap orang yang lalu lalang menghindar, walau sekedar hanya untuk menginjaknya. Pikir T.A.  alangkah enaknya jika diri ini manjadi debu saja, enak ditiup angin ke mana-mana dapat pergi mengalih rasa.
Proses alam berlangsung, T.A. menjadi kering, baunyapun berkurang, sehingga orang tidak sengaja kesandung dan T.A. terlempar agak ketengah jalan dan kegilas roda gerobak terbawa jauh dari tempat asalnya dan hancur. Setelah hancur menjadi debu, sampai juga rupanya keinginan T.A. untuk menjadi debu saja.
Rupanya belum lama menjadi debu, banyak pula kesulitannya, terbawa angin kesana kemari malah tidak dapat menetap, kadang hinggap disepatu, kadang nempel didaun. Timbul pula keinginan untuk menjadi daun, kendati hanya daun kering, beberapa diantara debu asal T.A itupun berubah menjadi daun kering.
Setelah menjadi daun kering, timbul lagi persoalan baru, pagi-pagi sekali sudah datang orang yang berpakaian kuning-kuning menggumpulkan daun-daun kering dengan penyapu. Setelah dedaunan kering itu terkumpul dinyalakan api, banyak daun yang berasal dari T.A. dilalap api tamatlah riwayatnya.
Diantara dedaunan asal T.A. masih juga ada yang luput dari lalapan api, selanjutnya mereka meminta lagi menjadi debu kembali, ngeri mereka agaknya melihat sebagian mereka lenyap dalam kobaran api. Permintaan rupanya masih dikabulkan menjadilah dia debu kembali dan diantaranya ada yang nempel di sepatu, kebetulan sepatu seorang Raja. Raja hari itu sedang blusukan kepasar tradisional untuk mementau kenaikan harga-harga sehubungan dengan kebijakan menaikan harga komoditi rumput bahan baku penting untuk Kuda penghela Dokar dan Bendi. Rumput juga adalah makanan pokok Sapi baik penghela gerobak pengangkut barang maupun pembajak sawah. Entah bagaimana guratan nasib salah sebutir debu asal T.A. ini tertiup angin hinggap di sepatu Raja. Timbul pikiran ingin menjadi sepatu Raja saja biar menetap tak tertiup angin ke mana-mana seperti daun dan debu kejadian sebelumnya.
Pengalaman baru buat debu berasal T.A.  ikut ke istana, sementara sore hari diletakkan di rak sepatu di istana. Keesokan harinya debu asal T.A. menjadi salah satu sepatu Raja, dikenakan lagi oleh raja ke ruang rapat.  Disitulah T.A. yang kini jadi sepatu Raja, mendengarkan dan menyaksikan bagaimana Raja memimpin rapat para menteri, memberikan instruksi-instruksi. Semua menteri patuh dan hanya mengangguk saja mendengar perintah-perintah Raja. Bukan itu saja para menteri walau semuanya berpakaian yang sama warnanya dengan si Raja, tapi tetap saja ada beda,  di atas kepala Raja bertengger mahkota duduk dikursi yang lebih mewah. Terpikir oleh sepatu Raja yang berasal dari T.A. itu,  bahwa sungguh enak jadi menteri. Menteri apa sajapun kelihatannya enak sekali, pakaian menggunakan pakaian kebesaran kerajaan. Tapi T.A. yang kini jadi sepatu Raja itu kali ini ingin cross langsung menjadi Raja saja, sebab jadi menteri masih saja dibawah perintah Raja, setiap Raja masuk keruangan untuk rapat, sudah ada orang yang menarikkan kursi, seorang membawakan berkas-berkas dan kaca mata,  sementara seluruh menteri berdiri memberi hormat. Enak banar jadi Raja, semua orang hormat padanya, semua fasilitas diutamakan, berjalan kemanapun tak ngenal macet. Keiinginan ini memang luar biasa, tapi pengalaman T.A. selama ini bahwa keinginannya selalu terlaksana, dia jadi yakin bahwa bukan mustahil baginya jadi Raja.
Wong namanya dongeng, imajinasi,  sanggup menerobos alam logika, sesuatu yang mustahil secara logika dapat ditembus oleh imajinasi. Al hasil sang Raja sudah lama kepengen mempunyai keturunan, kebetulan kini Permaisuri sedang hamil tua, sukma sepatu Raja berasal dari debu ber muasal dari T.A. yang pernah jadi daun kering itu, masuk kedalam bayi putra mahkota yang dilahirkan. Singkat kisah, putra mahkota tumbuh menjadi dewasa yang dialah pewaris tahta, terwujudlah cita-cita T.A. menjadi Raja.
Saatnyapun tiba, akhirnya T.A. pun berkesempatan jadi Raja, kebijakan yang sudah diangankannya selama inipun dilaksanakannya. Beberapa kebijaksanaan yang tidak pupoler diluncurkan Raja besarasal dari T.A. itu, ternyata membuat rakyat menjadi bertambah miskin. Angka kemiskinan menjadi lebih bersar dua kali lipat dari Raja sebelumnya. Bersenandunglah para seniman:
Gunung-gunung meletus pertanda berang.
Sawah dan ladang diserang belalang.
Bumi tidak lagi mengeluarkan tambang.
Hutan lebat berubah menjadi padang hilalang.

Tebing-tebing langsor menimbun ribuan rumah dan banyak jiwa  melayangkan dan memiskinkan banyak keluarga. Itu rupanya dampak dari Raja yang tidak adil, mentang-mentang kuasa.
Karena kebijakan Raja baru ini membuat rakyat miskin, ekonomi masyarakat morat marit, ketahanan negara turun ke titik nadir dan hal itu di manfaatkan oleh kerajaan tetangga untuk menyerang, kebetulan di awal pemerintahannya Raja telah banyak pula mengumbar kebijakan yang membuat kerajaan tetangga gerah.
Kerajaan diserang oleh beberapa kerajaan jiran dan tak dapat bertahan, Rajapun tertawan oleh sekutu nagera penyerang. Dalam tawanan T.A. pun merenungi dirinya kembali, di dalam hatinya ia bergumam “kalau keadaan begini, lebih baik kiranya aku kembali menjadi Tai’ Asu’”.
Keesokan harinya terkaget-kaget Raja penakluk mendapat laporan dari sipir rumah tahanan,  Raja tawanannya hilang. Sibuk diselidiki, barangkali ada teralis atau dinding atau loteng yang jebol, ternyata tidak ada tanda-tanda orang dapat meloloskan diri. Para petugas diikuti Raja penakluk bingung ketika menemukan ada sebongah “Tai’ Asu’ di dalam ruang tahanan, mereka tidak mengerti dari mana datangnya/masuknya anjing keruang tahanan yang begitu rapat dan dijaga ketat untuk sekedar membuang hajat.
Demikian dongeng bersumber “NN”, sering didongenkan nenek-nenak jaman kita masih kecil sebelum ada TV. Ketika itu penerangan malam hanya Pelita. Dongeng dituturkan untuk mengantarkan tidur cucu-cucu, agar tidak takut dengan kesunyian malam. Selain itu juga dongeng mengandung nasehat. Kadang ada dongeng memberi nasihat agar gantungkanlah cita-cita setinggi mungkin, dimana ada kemauan selalu terbentang jalan. Kadang ada dongeng yang memberi nasihat agar bercita-citalah yang realistis. Terdapat juga dongeng membuktikan kejujuran pasti terbukti membawa keberuntungan. Ada juga dongeng yang menunjukkan bahwa arogansi berujung kehinaan. Dongeng “Kancil” agaknya membuat banyak pribadi yang cerdik tapi licik.

No comments:

Post a Comment