Wednesday 29 June 2022

Jalan ke Masjidil Aqsha

Garis lurus adlh jarak terpendek yg menghubungkan 2 titik. Andaikan jalan dari htl tempat kami nginap menuju masjid Aqsha, jalan dilalui "Lurus" mungkin hari kedua diriku pulang ndak ikut rombongan dari Aqsha tidak tersesat. Jalan kami dari htl ke Aqsha ber-kelok2 masuk gang2. Andaikan mrpkn garis lurus, tidak bgt jauh. Rombongan kami dari htl, belok ke kanan berjalan lurus cari gerbang "Herodes". Masuk gang jalan menurun. Kondisi jalan diselang seling; ada dikirinya pakai trap, dikanannya landai dpt dilalui motor atau mobil kecil, kursi roda. Ada yg dikanannya pakai trap dikirinya jalan landai. Waktu tempuh: pergi k.l. 20 menit jalan menurun. Waktu tempuh pulang k.l. 30 menit jalan mendaki. Ketika pergi; stlh belok kanan dari hotel, berjalan bbrp menit ketemu gerbang "Hetodes", masuk gerbang berjalan lurus, selanjutnya ada jalan ke kiri (nampak tulisan arab gundul menunjukkan arah ke aqsha. Ikuti jalan itu kemudian belok lagi kanan. Dari kejauhan, tampak polisi Israel bersenjata laras panjang. Serem jg, subuh kedua masuk di antri sepuluh2. Bukan main: negeri Islam, masjid orang Islam, orang muslim masuk ke masjidnya untuk ibadah harus di kontrol tentara Israel. Inilah konsekwensi tanah Islam dikuasai kaum non muslim. Ingin bertanya kpd guide, ketika di Mesir dan Israel, ttg kenapa negara2 Arab yg banyak dalam bilangan, terkenal bersemangat jihad kok kalah dg bangsa yg hanya kecil. Namun pertanyaan tsb, atas bbrp pertimbangan tak berani kutanyakan di Mesir dan Israel. Stlh di Jordan kutanyakan kpd guide di dalam bis. Ybs lama tdk menjawab, kemudian meletakkan dua matanya ke sandaran kursi. Agaknya beliau yg mantan serdadu Jordan itu menangis. Usai beliau mengendalikan emosinya, lantas beliau mengisahkan......(nanti kan ku kisahkan stlh di tanah air; insya Allah). Kembali kisah nyasarnya aku pulang dari Aqsha usai shalat Maghrib dan Isya hari kedua ku di Aqsha tgl 24 Juni 2022 itu. Pergi sprt kusebut di atas kami bertiga lancar. Pulangnya ku janjian dg istri titik kumpul di bangunan disamping kubah emas. Usai shalat kumenuju tempat yg dijanjikan. Sdh kutunggu lebih dari 15 menit istriku tdk dtg ke titik kumpul. Pimpinan rombongan dan bbrp orang pulang, aku tdk ikut karena komit dg janji. Stlh orang yg lewat tinggal satu2 kuputuskan lbh baik pulang. Perjalananku pulang sendiri itu, aku masuk ke persimpangan yg salah, masuk kampung jalannya mengecil dg trap2 tangga terjal, -antara anak tangga angkat kaki harus lebar. Kubertanya dg anak muda yg kutemui, dg menunjukkan kertas kecil yg kukantongi dari kamar hotel memuat alamat hotel tempat kami menginap. Anak muda itu jg tdk tau. Di tengah keletihan mendaki jalan2 kecil itu. Dibelakangku ada serombongan keluarga (bangsa lain, bukan ASEAN), kutunggu rombongan itu. Lelaki setengah baya agaknya kepala keluarga rombongan itu. Kuajak berbasa-basi sekedarnya, kukatakan aku tersesat mau ke hotel St. George Jerusalem, 6 Amr Al A'as St. Bapak itu berbaik hati menunjukkan jalan diriku menuju gerbang Herodes. Usai mengantarkanku dianya kembali kerombongannya menuju ke tempat lain..... Dari gerbang itu aku sdh paham menuju hotel. Karena salah satu petunjuk jalanku dari gerbang Herodes ke hotel, disebelah kanan jalan ada toko namanya "SABAYA", ingatan ku melekat kuat dg kata "Sabaya" sebab mirip dg kata "Surabaya", di kota ku pernah bertugas 12 tahun "Surabaya". Suasana masjid Aqsha jauh sekali beda dengan Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah. Beda utamanya: 1. Aqsha dari hotel tidak nampak, terlindung oleh bangunan2. Malah dari jauh Aqsha terlihat jelas kubahnya. Baitullah dan Nabawi terlihat dari tempat penginapan kemana arah menuju. 2. Jalan menuju Aqsha melalui gang2 kecil. Sedangkan Baitullah dan Nabawi, bila qt tinggal di gang2 kecil, menuju kedua masjid itu, jalan semakin meluas. 3. Saban masuk waktu, orang2 ber-duyun2 ke masjid, qt tinggal ikut arus. 4. Semua orang kpd siapapun qt bertanya semuanya muslim. Jika di Jerusalem, ada Yahudi, Nasrani. 5. Di jalan2 menuju Baitullah dan masjid Nabawi tdk ada serdadu atau polisi berseragam, siap dg senjata api laras panjang. Menuju Aqsha penuh dg serdadu di gerbang2 dan sudut2 gang berseragam dan bersenjata api laras panjang. Kepada para serdadu ini kami dipesankan oleh tour guide agar tdk membuka percakapan dg para serdadu itu. Jika ditanya Muslim atau diberi salam jawab. Tapi kalau ditanya lain2 berlagak tidak ngerti. Jika dijawab bisa2 urusannya jadi panjang. Kini rombongan kami sdg menuju pulang ke tanah air, sblm ke bandara tlh melihat pohon SAHABI dan Gua Al-Kahfi. Alhamdulillah Selasa pkl 19 WIB, Saya dan Istri tiba kembali ke rumah, dg kaki dan betis membesar mungkin karena banyak berjalan, terakhir yg banyak jalan kaki adlh ke Petra. Semoga peristiwa ini memicu semangat kita di tanah air untuk shalat berjamaah. Sebab di Aqsha masuk masjid dg perjuangan ekstra, dijaga pula oleh tentara Israel dg senjata laras panjang terhunus. Orang muslim dari seluruh dunia sanggup lakukan. Awak di negeri sendiri aman2 saja pergi ke masjid saban waktu, kenapa tdk dimanfaatkan. Semoga Allah membantu rakyat Palestina dan ummat Islam dunia membebaskan masjidil Aqsha khususnya dan Palestina umumnya dari penjajahan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Di susun di Amman Jordan 27 Dzulkaidah 1443 H. 27 Juni 2022. Di publish 29 Dzulkaidah 1443 29 Juni 2022 (979.06.22).

No comments:

Post a Comment