Wednesday 29 September 2021

Terwujudnya Cita2.

Tak mudah memang, untuk ketahui bakat masing2 diri. Bakat diri sendiripun sebetulnya semula tidak diketahui. Anak balita bila ditanya cita2nya pengen jadi apa. Jawabannya macam2; ada yg tinggi sekali. Ada pula yg rendah sekali. Orang merencanakan cita2 banyak faktor yg mempengaruhi a.l: Bakat, Minat, Kesempatan. Seperti dikemukakan diawal, tak mudah mengenali BAKAT diri, kadang ada orang yg memiliki beberapa bakat. Melalui pelatihan dan percobaan nanti ybs tau bakat yg paling dominan dia miliki. Langkah selanjutnya mewujudkan cita2, menentukan MINAT. Apakah yg bersangutan berminat menekuni BAKAT yg dominan itu, atau lbh minat ke BAKAT lainnya yg juga dimilikinya. Faktor berikut merealisasikan cita2 ialah; adakah KESEMPATAN untuk mengembangkan bakat tersebut, disini kental dipengaruhi situasi dan kondisi. Kesempatan memperoleh pendidikan, kesempatan yg tersedia di lingkungan, dukungan pembiayaan, relasi, dll. Dikarenakan perbedaan Bakat dipengaruhi minat dan kesempatan, masing2 orang di dalam masyarakat terbentuk pembagian tugas dan bidang usaha yg digeluti. Alangkah repotnya andaikan di dunia ini semua menekuni bidang usaha yg sama, profesi yg sama. Di suatu negara saja perlu ada pembagian fungsi. Negara perlu ada yg bertugas khusus menjaga ketertiban dan keamanan, penegak keadilan, perlu tenaga berprofesi memelihara kesehatan, dan aneka profesi lainnya. Tak heran banyak di masyarakat terjadi komunitas tertentu memilih berprofesi khas dari komunitas mereka. Misalnya: suku "A" jadi pedagang, suku "B" jadi penjahit, suku "C" jadi tukang pangkas rambut, suku "D" pengepul besi tua, suku "E", jadi pengacara, suku "F" jadi ............ dll. Itu semua terjadi karena BAKAT terasah oleh KESEMPATAN dan membuat MINAT kuat menekuni professi tertentu tsb. Walau dari suku2 yg disebut, ada juga bbrp orang yg tidak menekuni profesi yg dipilih oleh mayoritas sukunya. Bagi individu yg menekuni professi tertentu akan bahagia lahir dan bathin bila professi yg ditekuninya, tidak saja sesuai BAKAT dan KESEMPATAN serta MINAT; tetapi ybs menyenangi professi tsb. Apa yg ditulis di atas adlh semacam telusuran logika, namun di dunia ini apapun yg terjadi yg menentukan Allah jua. Tidak sedikit pemuda yg bercita-cita jadi dokter misalnya; kemampuan untuk mendukung semua cita2 si pemuda terpenuhi cukup tersedia, tapi realitanya ybs sukses di bidang pertanian. Ada anak muda temanku dulu bercita-cita jadi polisi, kenyataannya ybs sukses sbg pengusaha transportasi. Ada seorang anak ingin meneruskan bakatnya di bidang musik, sampai jadi orang terkenal. Kini jadi pegawai suatu bank. Banyak lagi contoh yg dpt dikemukakan. Tapi yg jelas, apapun bakat kita, seberapapun kesempatan yg hanya tersedia, bgmpun minat kita. Sepanjang masih ada usia kita tetap hrs beraktivitas, bekerja, berusaha. Dasar pemikiran kita mengacu kpd anjuran Allah: وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَا سًا  وَّجَعَلْنَا النَّهَا رَ مَعَا شًا "dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian," "dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan," (QS. 78 = An-Naba' ayat 10-11) dan (QS. 62 = Al-Jumu'ah ayat 10) فَاِ ذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَا نْتَشِرُوْا فِى الْاَ رْضِ وَا بْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَا ذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ "Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." Hidup bukan untuk terus menerus ibadah, harus bekerja setelah beribadah. Hidup bukan juga untuk bekerja-bekerja tanpa ibadah. Beribadahlah, tinggalkan segala aktifitas bila telah saatnya ibadah. يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَا سْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۗ ذٰ لِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan sholat pada hari Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. 62= Al-Jumu'ah ayat 9). Semoga kita menjadi ummat yg seimbang antara ibadah dan bekerja. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Safar 1443 H. 29 September 2021. (848.09.21).

Saturday 25 September 2021

SOALNYA TERBIASA.

Pasien umumnya rela nunggu sblm dpt giliran dipanggil ke ruang periksa. Ibu Siti Maisyaroh merasa diri sdh lanjut usia, jalan sdh lamban bertongkat, telingapun sdh mulai sayup pendengaran. Khawatir bila di panggil tdk segera datang lantaran tak kedengaran, ibu ini ambil posisi duduk pas dekat pintu praktik dokter. Apalagi ini ibu tdk ada yg nemani, anak2 pada kerja semua, tadi ke RS di drop. Nanti bila udh selesai W.A. direncanakan di jemput. Susterpun mulai memanggil pasien, RS tsb. Pemanggilan pasien ngadap dokter tdk menggunakan sistem nomor, tapi memanggil nama. Pasien yg dipanggil berarti status/berkas sudah tersedia di ruang dokter. Ada lagi aturan lain, bila pasien tlh di panggil, bbrp kali blm datang, nanti kalau datang akan di undur stlh 3 (tiga) pasien selesai konsultasi dokter. Stlh selesai pasien ke 5 (lima), susterpun memanggil nama Ibu "Siti Maisyaroh........" berulang bbrp kali. Tapi tak ada pasien yg muncul. Lantas dilewati sampai 3 pasien, suster ngulang lagi "ibu Siti Maisyaroh" untuk ke dokter, bbrp kali panggilan tak ada yg muncul. Langsung proses 3 (tiga) pasien lagi. Kini pasien sdh mulai sepi...... Suster mulai tertarik dg seorang nenek kira2 atas 70an, dari tadi duduk dekat pintu tak bergeming. Suster: "Ibu dari tadi saya lihat duduk di sini, mau berobat??". Dijawab "Iya, ....... tapi dari tadi saya blm dipanggil". Suster: "Nama ibu siapa???". Dengan tegas ibu itu menjawab: " bu IROT suster". Suster masuk ke ruangan dibalik2nya berkas yg masih ada di ruang dokter tak nemukan status pasien bernama "IROT". Diskusi suster ke dokter yg sebentar lagi mau pergi praktik ke RS lain. Dokter katakan coba panggil ibu itu masuk. Dokter nanya si Ibu: "Ibu bawa KTP???". Sibuk si ibu nyari di tasnya, kemudian di serahkannya ke dokter. Di KTP tertulis jelas nama ibu itu persis dg salah satu status yg tinggal 3 berkas lagi di meja dokter. Pengobatanpun diproses. Untuk ke unit Farmasi dokter minta tolong suster mengantarnya. Persoalannya, ibu Siti Maisyaroh, dari kecil terbiasa di panggil dengan nama panggilan "IROT", diangkat dari nama timangan semasa kecil. Asal kata dari "Syaroh" berlanjut dipelesetkan ke "Aroh", lantas jadi enak dg "IROT". Berpuluh tahun terbiasa dg panggilan "IROT", Sampai tua di memori ybs akan merespond bila disebut "IROT". Itulah masalah KebiAsaan mengalahkan KeBISAAN. Siapapun dpt melakukan sesuatu, tapi tdk akan lancar atau otomatis bila tidak latihan, tidak karena TERBIASA. Ibu "IROT" tdk terbiasa di panggil dg "Siti Maisyaroh". Telinga beliau tdk otomatis respond. Jadi ku teringat akan sebuah hadits, bahwa nanti ketika menghadapi syakaratul maut orang yg akhir kalimatnya mengucapkan لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ akan masuk surga. مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ ”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud). Tidak semua orang sanggup mengucapkan kalimat itu di akhir hayat kalau tidak TERBIASA setiap hari mengucapkannya. Kalau diukur bisa, diukur sanggup semua orang sanggup berucap seperti itu. Tapi dalam situasi tertentu, antara lain di waktu kesadaran sdh menurun menghadapi maut yg TERBIASA diucapkanlah akan terucap. Oleh karena itulah latihlah lidah bergerak untuk ucapan لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ Istiwewanya, bergetarnya lidah untuk ucapan ini dpt dilakukan tanpa membuka bibir. Syukurnya paling tidak kita sdh terbiasa melatih diri mengucapkan kalimat ini saban hari, setidaknya dlm shalat wajib. Semoga akhir hayat kita tertutup dengan kalimat لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 Safar 1443 H. 25 September 2021. (847.09.21).

Friday 24 September 2021

Kekuasaan dapat undang musibah dan berkah..

Telah kuturunkan tulisan bahwa musibah itu ada yg datang sendiri, ada yg datang karena diundang. Pengundang musibah: Diri sendiri, masyarakat, suatu bangsa. Tak jarang oleh Penguasa. Serba sedikit, walau tak mendalam, di es em pe dan es em aa dulu kita dpt mata pelajaran sejarah. Bangsa Indonesia dulu pernah jadi bangsa yg besaar. Berbentuk kerajaan terkenal; "Majapahit", "Sriwijaya". Juga kerajaan2 kecil tersebar di Nusantara. Di tulisan singkat ini, ambil saja contoh Kerajaan Majapahit. Negara besar sampai berwilayah ke Madagaskar, ditimpa musibah kehancuran, karena ulah para penguasanya berebut tahta berujung perang "Paregreg". Runtuhnya Majapahit, di Nusantara masih terdpt kerajaan2 kecil, masing2 mereka mrpkn kerajaan berdaulat. Penjajah (bangsa2 eropah) datang, mereka bernegosiasi dg penguasa2 kerajaan itu, bukan berhubungan langsung dg rakyat. Dulu ketika masih es em pe, populer peribahasa "Belanda jangan diberi tanah". Kira2 maksud peribahasa, kalau orang asing diberi tanah, lama2 tanah yg dikuasainya melebar, selanjutnya jadilah penjajah. Yg berwenang "memberi tanah", bukan rakyat, tapi yg memegang kekuasaan. Konon peribahasa itu dilatar belakangi, dulu Belanda minta tanah seluas kulit Sapi yg dibawanya. Raja sbg penguasa tanah tdk keberatan, sebab hanya kecil selebar kulit Sapi. Rupanya kulit sapi itu dibuatnya tali, bgt luasnya tanah diukur dg tali terbuat dari kulit Sapi itu. Tidak seperti di duga si Raja yg memberi tanah; "berapa sih lebarnya kulit sapi". Apakah pemberian tanah2 saat ini kpd para pengusaha2 besar dg HGU perkebunan bgt luas dalam tempo yg cukup lama sekarang ini tak akan sama seperti "Pemberian tanah kepada Belanda" yg akhirnya menjadi musibah buat tanah air kita. Mungkin setara dg dijajah kembali...... Dampaknya sdh mulai banyak terasa, di daerah2 yg tanahnya diberikan kepada pengusaha2 perkebunan, jadilah musim hujan identik dengan musim banjir. Tidak seperti dahulu, hujan airnya diserap hutan, tanah menjadi subur. Bila yg mengundang musibah Penguasa, dampaknya lbh luas dari yg diundang oleh rakyat banyak. Bukan saja sgl bencana alam akan terjadi tetapi dpt berupa berakhirnya suatu Negara. Bgmn model undangan penguasa bagi kedatangan musibah???. Baik dicermati QS: Yunus 23 فَلَمَّاۤ اَنْجٰٮهُمْ اِذَا هُمْ يَبْغُوْنَ فِى الْاَ رْضِ بِغَيْرِ الْحَـقِّ ۗ يٰۤـاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلٰۤى اَنْفُسِكُمْ ۙ مَّتَا عَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۖ ثُمَّ اِلَـيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ "Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di Bumi tanpa (alasan) yang benar. Wahai manusia. Sesungguhnya kezalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri; itu hanya kenikmatan hidup duniawi, selanjutnya kepada Kamilah kembalimu, kelak akan Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." Bahwa bangsa2 di dunia, banyak yg "diselamatkan Allah", dlm wujud kemerdekaan, kebebasan, kemakmuran, maka jika berbuat ke zaliman di muka bumi............bahaya (musibah) akan menimpa. Adapun yg paling berpeluang melakukan kezaliman adalah penguasa, boleh jadi kezaliman itu berselubung kebijaksanaan. Diantara kebijaksanaan memberikan tanah kepada pengusaha2, nota bene bermodal besar. Karena kalau rakyat jelata siapa yg akan dizaliminya, banternya ambil barang orang (mencuri) buat ganjal perut. Yg dirugikan atau bermusibah hanyalah sedikit orang. Tujuan kezaliman menggunakan kekuasaan kadang untuk mendptkan kenikmatan duniawi seperti kemewahan, kemegahan, dicadangkan investasi sampai cucu-cicit, dll. Oleh karena itu maka yg berpeluang besar melaksanakan kezaliman adlh penguasa pengatur negara dan penguasa pengatur perekonomian hajat hidup orang banyak. Jadi bila sdh penguasa mengundang musibah dg model di atas tunggulah musibah akan datang bahkan dlm bentuk yg lbh dahsyat y.i. hancurnya negara seperti disebutkan QS: Al Isra' 16: وَاِ ذَاۤ اَرَدْنَاۤ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu)." Pribadi undang musibah, dg melakukan hal2 tsb di atas, bencana terkena hanya untuk diri, banter untuk keluarga dan orang sekitar. Orang banyak undang musibah, melalui perilakunya, bencana datang bentuk banjir, tanah longsor, rusak eko system, mungkin bencana alam musiman. Bila penguasa mengundang musibah, melalui kezalimannya, akan datang bencana alam tak terduga dan bahkan hancurnya negara. Dmknlah kekuasaaan dpt mengundang musibah, tetapi juga kekuasaan dijalankan dg jujur dan adil, dpt mengundang barokah. Semoga bangsa kita senantiasa mempunyai penguasa2 yg mendatangkan berkah Allah. اَللَّهُـمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوْءِ فِيْ دَارِ الْـمُقَامَةِ وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, teman yang jahat, dan tetangga yang jahat di tempat tinggal tetapku. Dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami" آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Safar 1443 H. 23 September 2021. (846.09.20).

Monday 20 September 2021

Kerukunan

Kerukunan idaman setiap warga, dalam satu kelompok paling kecil seperti sebuah keluarga terdiri Istri-Suami-Anak2. Ke atas; ayah-ibu sendiri dan mertua. Kebawah cucu2, cicit2. Kesamping; saudara2 sepupu, periparan dan besan. Meluas lagi adalah kelompok seiman, sebagai saudara seiman kerukunan harus tercipta sebagaimana Rasulullah S.A.W. ajarkan: عَنْ أَبِي مُسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ. (أخرجه البخاري) Artinya: "abu musa meriwayatkan, nabi S.A.W. bersabda: “kaum mukmin adalah bersaudara satu sama lain ibarat (bagian-bagian dari) suatu bangunan satu bagian memperkuat bagian lainnya.” dan beliau menyelibkan jari-jari disatu tangan dengan tangan yang lainnya agar kedua tangannya tergabung." (HR. Bukhori). Sebagai suatu bangsa yang majemuk kita bermasyarakat bukan hanya dengan yang seiman saja. Karena itu kerukunan di lingkup lebih luas dalam bermasyarakat yaitu: Dengan masyarakat di "Rukun Tetangga" (RT). Bilamana antar warga rukun, merupakan kebahagian warga RT tersebut. Jika RT- RT rukun, maka RW akan rukun, jadinya warga RW menjadi bahagia. Dan seterusnya kelompok RW-RW rukun, membangun kelurahan yang bahagia. Berlanjut kota dan bangsa yang bahagia bila seluruh warganya rukun. Persoalannya bagaimana secara teknis mencapai kerukunan itu. Prinsip dasar dalam Islam memahami tentang kemajemukan. Islam adalah agama yang sangat toleran, menghargai pendapat dan paham sesama umat manusia. Toleran terhadap pendapat dan paham itu dibedakan terhadap 2 (dua) kelompok: 1. Toleran terhadap kelompok intern ummat Islam sendiri. Diketahui kini terdapat beberapa perbedaan paham, misalnya terdapat paham mazhab-mazhab. Namun masing-masing saling hormat, tidak saling meng klim pahamnya yang paling benar. Persaudaraan sesama muslim dijaga dengan baik (didasari atas ukhuwah Islamiyah). Masing2 berpedoman kepada: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ [٤٩:١١] (Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim). 2. Toleran terhadap umat-umat agama lain. Ketika bermasyarakat, dalam pergaulan dengan agama-agama lain, Islam mengedepankan titik persamaan dengan agama lain, bukan mengedepankan perbedaan, karena memang masing-masing agama dan keyakinan itu sampai kapanpun tetap berbeda. Tak benar pernyataan bahwa “semua agama itu sama”. Sebagai dasar toleran tersebut ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran 64: قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ [٣:٦٤] Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Masing2 penganut agama harus dihormati atas keyakinannya bahwa “agamanya lah yang paling benar”. Justru kalau penganut suatu agama tidak meyakini agamanyalah yang paling benar, keimanannya terhadap agamanya mulai goyang. Penganut Islam menyadari betul bahwa di dunia ini terdapat beberapa agama, keyakinan, kepercayaan. Sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَاَ نْزَلْنَاۤ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِا لْحَـقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَا حْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ الْحَـقِّ ۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَا جًا ۗ وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَـكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّلٰـكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَاۤ اٰتٰٮكُمْ فَا سْتَبِقُوا الْخَـيْـرٰتِ ۗ  اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ  "Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan," (QS. 5 = Al-Ma'idah ayat 48) Ayat ini menunjukkan bahwa kemajemukan agama di antara umat manusia merupakan bagian dari kehendak Allah. Dalam sejarah Islam, sikap menghargai atau kerukunan hidup telah lama dipraktikkan Nabi Muhammad S.A.W. Dengan konsep kebersamaannya antara suku di Madinah. Lewat “Konstitusi Madinah” aturan main antarsuku yang bertikai dicarikan titik temunya tanpa merugikan eksistensi masing-masing kelompok yang berbeda-beda. Tradisi yang baik ini diikuti pula oleh Khalifah Umar bin Khattab yang mengeluarkan: “Piagam Aelia” yang mengatur tata hubungan masyarakat Yerusalem. Dalam Islam tidak dibenarkan memaksakan kebenaran kepada umat agama lain (QS. al-Baqarah: 256). Allah menegaskan: لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [٢:٢٥٦] “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ajaran Islam melarang umatnya mempengaruhi siapapun untuk masuk Islam, apalagi dalam bentuk tekanan-tekanan sosial dan politik. Umar bin Khattab sering mempengaruhi budaknya, Astiq non Islam untuk menerima Islam. Akan tetapi ketika budaknya menolak, Umar hanya dapat berucap: “لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ" (tidak ada paksaan dalam agama Islam). Islam juga melarang bahasa yang kasar terhadap umat agama lain, sebagaimana tertuang dalam surat 6 = al-An’am ayat 108, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا بِۢغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ۖ  ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'am 6: Ayat 108) Semoga Allah memberikan kemampuan ummat Islam sebagai pelopor kerukunan dalam beragama, berbangsa dan bernegara. Karena justru Islam ditegakkan untuk mendatangkan kemaslahatan kehidupan ummat manusia. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Safar 1443 H. 20 September 2021. (845.09.21).

Prasangka Baik.

Bertanyalah seorang teman sesama manula sering jumpa di POLI - RS: "Apakah sakit2 saya ini mrpk musibah dari Allah lantaran perbuatan masa muda saya dulu???". Jawabannya tak mudah!!!. Apa iya, sakit2 mutlak karena dosa, atau perbuatan masa lalu?..., kan jamak namanya udah tua ya......... organ2 sdh banyak yg soak. Tapi ndak juga,... ada Prof. atas 70 tahunan, tetap bugar. Ke kampus nyetir sendiri. Berseloroh si Prof padaku: "saya tak pernah sakit". "Bgmn resepnya Prof tanyaku", sambil kami duduk di ruang tunggu dosen. "Saya ndak mau periksa ke dokter atau ke laboratorium pak, karena bila diperiksa ada aja penyakitnya, kita tua nih"....... Jawab si Prof yg punya bbrp anak dan mantu berprofesi sbg dokter itu. Naaah kini ada fakta, usia tua tdk selalu berbanding lurus dg "penyakitan". Setidaknya kalau itu Prof merasa sakit, tentu tak kan tahan dia, akan ke RS juga, mungkin sampai dirawat inap. Ternyata memang tak pernah rawat inap di RS. Nyebrang dikit ke pola hidup,....... .... juga tdk mesti penyebab sakit2an. Tuna wisma, "manusia gerobak", padahal mereka diterpa sembarang cuaca......... Sepertinya mereka tak berlangganan POLI - RS. Dari perspektif iman, segala keadaan dipulangkan kepada kehendak Allah, karena: مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ  "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" (QS. 57 = Al-Hadid ayat 22). Dalam pada itu, orang beriman harus senantiasa berprasangka baik terhadap Allah, karena ancaman orang yg berprasangka buruk kpd Allah: وَّيُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ وَا لْمُنٰفِقٰتِ وَا لْمُشْرِكِيْنَ وَ الْمُشْرِكٰتِ الظَّآنِّيْنَ بِا للّٰهِ ظَنَّ السَّوْءِ ۗ عَلَيْهِمْ دَآئِرَةُ السَّوْءِ  ۚ وَ غَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَاَ عَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا "dan Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan (juga) orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (azab) yang buruk, dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka, serta menyediakan Neraka Jahanam bagi mereka. Dan (Neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. 48 = Al-Fath ayat 6). Sikap seharusnya bagi kita2 yg manula bila termasuk kelompok yg dihiasi penyakit kronis hendaklah berprasangka baik terhadap Allah. Dengan berpenyakitan, diri ini semakin dekat kepada Allah. Karena jadinya selalu mengingat Allah. Juga penyakit menggugurkan dosa: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari no. 5660). Memang sih sangat perlu instrospeksi diri tentang dosa masa lalu dg terus menerus setiap saat dan tempat beristighfar mohon ampunan. Tapi jangan sampai berprasangka buruk kpd Allah bahwa cobaan sakit ini dikarenakan Allah blm ampuni dosa2 kita. Yakinlah bahwa bila kita tlh tobat, tlh minta ampun, Allah tlh ampuni tak usah pakai ngasih penyakit. وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَا دِهٖ وَيَعْفُوْا عَنِ السَّيِّاٰتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَ  "Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan," (QS. 42 = Asy-Syura ayat 25) Berprasangka baiklah kpd Allah bahwa dosa2 kita mesti diampuni: قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ "Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. 39 = Az-Zumar ayat 53) Perlu dipahami bahwa banyak pula yg sampai tua tetap bergelimang dosa, nampaknya malah sehat2 saja. Semakin jelas bahwa bukanlah lantaran dosa penyebab sakit. Tidak pula mutlak karena perbuatan masa lalu yg kini awak berpenyakitan kronis. Tidak pula usia tua faktor dominan membuat orang sakit2an. Yang terpenting dimasa lansia; bila sakit, selagi dapat, berikhtiarlah segera berobat. Selagi masih kuat perbanyak ibadat. Selagi dpt berbuat kebaikan, berbuat baiklah dg harta, tenaga, fikiran ataupun lisan dan tulisan. Selagi diri masih sanggup mengingat, terus bertobat. Karena bila ingatan sdh ditarik alias pikun, jangankan mengingat dosa, diripun mungkin sdh tak ingat. Semoga Allah berikan kekuatan beribadat sampai akhir hayat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 9 Safar 1443 H. 17 September 2021. (844.09.21).

Tuesday 14 September 2021

Musibah; Diundang atau Datang Sendiri.

Musibah itu datang dimungkinkan 2 sebab: Pertama; datang karena di undang melalui: a. Undangan diri sendiri. b. Undangan oleh suatu komunitas masyarakat. c. Undangan suatu negara. d. Undangan oleh seluruh ummat manusia. Kedua; datang sendiri tidak diundang. Ada pepatah "untung tak dpt diraih malang tak dpt ditolak". Di ruang terbatas ini hanya di telusuri musibah; yg "diundang diri sendiri". dan musibah "datang sendiri" Musibah UNDANGan diri SENDIRI. Seseorang mengkonsumsi obat2 terlarang. Musibah dapat saja datang cepat; dapat juga datang setelah lama sebagai pengguna. Musibah obat terlarang dpt juga berupa ketergantungan dan tak jarang musibah berupa sanksi hukum. Seseorang memakan makanan, meminun minuman, yg oleh logika kesehatan kurang baik. Hidup tdk disiplin. Dampaknya berupa musibah, baru datang stlh usia tertentu. Timbul gangguan Paru, muncul darah tingggi, jantung, pencernaan, diabet dll. Walau musibah ini tdk mutlak (semua kembali seizin Allah). مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ ............" "Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; ............" (QS. 64 = At-Taghabun ayat 11) Sebab tak sedikit orang perokok sejak remaja sampai tua aman2 saja paru dan jantungnya. Banyak pula orang yg makan, minum apa saja sepanjang halalan, buatnya tetap thayiban sampai tua, tdk ada keluhan. Hari ini ketika duduk nunggu antrian dokter gigi. Pasien yg sama menunggu menceritakan bahwa dirinya tidak merokok, tidak ngopi, tak pernah minum beralkohol, hidup teratur. Beberapa tahun yg lalu di tengah malam dilarikan ke RS, ternyata kena penyumbatan jantung; esok harinya langsung di RING. Musibah yg diundang diri, bila berperilaku menyimpang. Misalnya ringan tangan, panjang tangan, berlidah tajam, berhati kejam, pendendam. Berakhlaq buruk, berlaku culas, terhias pula dg malas. Insya Allah musibah akan datang lambat atau lekas, bagi diri ybs tak jarang berimbas buat orang lain terutama sanak keluarga. Musibah DATANG SEDIRI. Bila diri tlh menjaga segala kemungkinan terdampak segala musibah lantaran perilaku sendiri: * Menjaga konsumsi makanan minuman....... * Berakhlaq baik, bertutur sopan, menjaga lisan, tidak pendendam, berhati lembut, pemaaf, dermawan, pokoknya tak bercela dlm pergaulan. * Hubungan kpd Allah, Ibadah rajin/istiqamah. Namun dpt musibah juga. Rumah berpagar tinggi, dilengkapi cctv, terkunci rapi, namun masih kemasukan maling juga. * Anak2 dididik agama, bukan hanya diomongi malah si ortu rajin ibadah dg memberikan contoh, diajak ke majelis2 ilmu agama. * Tak jarang ada ortu yg mem pesantrenkan anaknya, namun adakalanya si anak masih "mbeling" juga. Naah kalau sdh begini........... namanya "musibah datang sendiri". Perwujudan dari "يُفْتَـنُوْنَ" musibah dlm artian ujian. Justru kadang terkena ke orang yg kuat imannya. اَحَسِبَ النَّا سُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (QS. 29 = Al-'Ankabut ayat 2). Harapan kita, agar dapat berbenah diri supaya terkondisi tidak mengundang "musibah oleh diri sendiri" melalui sikap tsb di atas. Kalau musibah "datang sendiri", smg dpt bersabar dan berdo'a agar musibah tsb sgr berlalu karena bila lulus dari "يُفْتَـنُوْنَ", maka iman ybs tlh teruji, shg betul2 beriman emas murni 24 karat. Smg Allah selalu memeliharakan iman kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Safar 1443 H. 14 September 2021. (842.09.21).

Sunday 12 September 2021

TABUNGAN AKHIRAT.

Informasi di bawah ini khusus untuk orang2 yg percaya bahwa alam akhirat itu betul2 ada. Bukan buat orang2 yg beranggapan akhirat itu hanya ramalan oleh peramal masa depan yg belum pernah study banding ke sana. Di akhirat nanti dapat disiapkan tabungan layaknya tabungan di dunia. Tabungan adalah simpanan sekarang yang dimaksudkan untuk dipergunakan dimasa mendatang. Di dunia manusia mulai mengenal budaya menabung sudah sejak lama, berabad yang lalu berupa menyimpan kepingan uang di dalam keramik dibuat berupa ayam2an atau sejenisnya. Ketika di (ES ER doeloe. sekarang ES DE) ada slogan motivasi “Muda menabung tua beruntung”. Namun agaknya slogan itu kini sudah tidak valid lagi, bila menabung tersebut diterjemahkan menabung dengan menyimpan dalam bentuk uang. Uang yang ditabung di masa muda katakanlah 20 tahun yang lalu, hari ini nilai daya belinya sudah jauh merosot dibandingkan 20 tahun yang lalu karena tergerus inflasi. Untuk keperluan di akhirat juga diperlukan tabungan, malah sangat-sangat diperlukan tabungan akhirat itu, karena hidup di akhirat kekal dan tidak dapat lagi berikhtiar untuk mencari rejeki, tidak dapat lagi beramal. Justru di dunia inilah saatnya menabung untuk keperluan akhirat. Dari sekian amal kebaikan merupakan investasi akhirat, ada amalan menabung untuk di surga nanti seperti yang dianjurkan Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda kepada Abu Musa Al-Asy’ari: يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لاَحَوْلَوَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ “Wahai ‘Abdullah bin Qais, ucapkanlah ‘Laa hawla wa laa quwwata illa bil-laah’, karena ia adalah satu diantara simpanan-simpanan surga.” (HR. Bukhari). Investasi akhirat ini memang banyak tersedia sarananya, antara lain berupa sedekah. Akan tetapi sedekah lebih besar kemungkinan berpotensi “hilang” bila sedekah itu disengaja atau tidak disengaja di ungkit-ungkit, atau terungkit; merujuk kepada Al-Qur’an surat Al-Baqarah 264: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ ...........: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya........." Sedang tabungan surga berupa dzikir, kemungkinan kecil untuk terungkit atau tercerita kepada orang lain “bahwa awak sering berdzikir” dengan dzikir: لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ dengan demikian Insya Allah akan didapati kelak di akhirat merupakan “Tabungan Surga”. Insya Allah tabungan ini tak akan tergerus inflasi sepanjang ikhlas hanya karena Allah dan tak pula ditarik di dunia ini dg ingin apresiasi manusia bahwa diri awak "akhli dzikir". Semoga Allah selalu menyehatkan jasmani dan rohani kita sehingga tetap mampu berdzikir kepada Allah selama hayat masih dikandung badan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 4 Safar 1443 H. 12 September 2021. (841.09.21)

Thursday 9 September 2021

SURGA ADN.

Terdapat sejumlah type surga tersedia, satu diantaranya adlh surga ADN. Identitas calon penghuni surga Adn adalah: 1. Orang yg mensucikan diri. 2. Sabar karena mengharap keridhaan Allah. 3. Ahli Shalat. 4. Berinfaq sembunyi, terang2an. 5. Tolak kejahatan dengan kebaikan. ad. 1. Mensucikan diri: جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ وَذٰلِكَ جَزَآءُ مَنْ تَزَكّٰى "(yaitu) Surga-Surga 'Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri." (QS. 20 = Ta-Ha ayat 76) Mensucikan diri meliputi jasmani dan rohani: a. Mensucikan diri secara phisik dengan selalu memelihara kebersihan jasmani, khusus ketika akan shalat berwudhu, dlm sikon tertentu bertayamum. b. Mensucikan diri secara bathin berupa bertobat dan menghilangkan segala penyakit2 hati. refer Al-Baqarah 222: "........... ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّا بِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ "............Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri." (QS. 2 = Al-Baqarah ayat 222). ad. 2. Sabar. Sabar dengan tujuan mengharapkan ridha Allah. وَا لَّذِيْنَ صَبَرُوا ابْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ "Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya...." (QS. 13=Ar-Ra'd ayat 22). Yaitu sabar dalam berusaha menghindari setiap hal yang dilarang oleh Allah. Sabar terhadap musibah, sabar dalam setiap menghadapi ujian hidup, terus semangat dan tidak mudah menyerah. "......... ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ "........ Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS.2= Al-Baqarah ayat 153). ad. 3. Ahli Shalat. Semua type surga, syarat memasuki surga2 tsb, shalat mrpkn syarat utama. Dmkn juga untuk dpt "kaveling di Surga Adn" وَاَ قَا مُوا الصَّلٰوةَ (melaksanakan shalat). .........    ۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ ۗ ............" "........ Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. .............." (QS. 29 = Al-'Ankabut ayat 45) Dengan tercegahnya perbuatan keji dan mungkar, maka insya Allah selamat kehidupan di dunia dan di akhirat diganjar pahala karena tlh sanggup bersabar menghindari larangan Allah. Bersabar melaksanakan perintah Allah sejalan dengan butir ad.2. ad. 4. Infaq sembunyi, terang2an. Infaq sembunyi2, ikhtiar menjaga keikhlasan agar tdk terkena peringatan Allah: ".......... ۙ كَا لَّذِيْ يُنْفِقُ مَا لَهٗ رِئَآءَ النَّا سِ وَلَا يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَا نٍ عَلَيْهِ تُرَا بٌ فَاَ صَا بَهٗ وَا بِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ .........." "...., seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya' (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. " (QS. 2 = Al-Baqarah ayat 264). Adakalanya berinfaq dengan terang2an, pasang niat untuk memotivasi terutama anak2 sendiri, saudara2 sendiri dan handai taulan yg berkemampuan untuk tergugah ikut meramaikan bursa infaq. Kedua langkah berinfaq ini mengamalkan: وَاَ نْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَا نِيَةً (menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan) dalam ayat 22 surat Ar-Ra'd. ad. 5. Tolak kejahatan dg kebaikan. Tidak mudah memang bersikap وَّيَدْرَءُوْنَ بِا لْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ (menolak kejahatan dengan kebaikan). Namun itulah salah satu syarat yg masuk surga Adn tertuang di penggal akhir di QS. 13 = Ar-Ra'd ayat 22. Semoga Allah berkenan memasukkan kita di salah satu surga yg tersedia. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Safar 1443 H. 9 September 2021. (840.09.21).

Sunday 5 September 2021

KELUH KESAH.

Ada memang orang yg memandang sesuatu serba salah. Kadang lihat orang lewat aja jadi masalah buatnya, pakaian orang lewat itu menurutnya tak cocok warnanya. Suatu hari disuatu kota diluar Jawa, pas aku potong rambut di tukang pangkas. Baru saja bbrp jurus gunting merayap di rambutku, abang pemotong rambut menghentikan pekerjaannya, kuliat dari cermin ybs tetap memegang sisir dan gunting. Terdiam,....... di tangan kirinya sisir di tangan kanannya gunting, terpanaa....menghela nafas panjang........ matanya menatap ke seberang jalan ke kios minuman. Tak sabaran, kutanya "kenape bang cik???". 😅😅😅😅 Abang potong rambut setelah diam sebentar menyahut "Heran saye bang boleh ndak puas2 nye dari pagi nyetel lagu barat,........... mending lagu dang duut, kite ngerti". Kental dialeg daerah, saya yakin pembaca ngerti maksudnya, mirip persis bahasa kesatuan kita. Sikap 'bang cik pangkas rambut" ini salah satu wujud keresahan, cukup mengganggu dirinya. Apalagi keluh kesah masalah hidup, masalah pekerjaan, masalah pelajaran, masalah rumah tangga, bila diperturutkan akan menyusahkan diri sendiri. Umumnya sifat keluh kesah ini hinggap kpd orang2 tidak berpikir positif, selalu melihat dari sudut negatif, sudut kekurangan. Giliran membaca tulisan orang lain, orang berkepribadian "keluh-kesah" ini, akan ada saja cacatnya tulisan itu. Berangkat pikirannya menyalahkan, lalu di cerini-i nya ketemu aja salahnya, entah salah ketik, entah salah tanda baca bisa jadi salah arti. Walau artinya jika dicermati benar sdh sesuai kontek kalimat. Masih aktif kerja kantoran 1997an, pas diriku ketemu kepala kantor yg super perfect, keseharian memang persis seperti diawal tulisan melihat orang ada saja kurangnya. Ketika koreksi draft surat, ada saja salahnya kadang kata: "jika", "bila", "agar", "supaya", "tanda baca", "kata terpisah", "kata sambung". Jadi bahasan beliau. Pokoknya ribet lah........ Saking bolak-baliknya draft sebuah surat, sampai seketaris si bos komentar "Tahun 2000 jadi ndak surat ini". Ku ingat ketika masih usia 21-an dipercaya jadi redaktur 3 surat kabar mingguan di Jakarta. Sebelum pindah ke Jakarta, usia 19-an setamat =es em aa=, diriku penyelaras redaksi di beberapa koran daerah, dari berita2 yg disetorkan oleh para wartawan. Mungkin berkat ketika sambil sekolah di =es em aa= aku part time di mas media...... Waah kalau jadi redaktur penyelaras redaksi terlalu menjelimet hrs perfect kapan surat kabar terbit. Iyaa sih di koran kalau sekedar salah ketik ada caranya dg "ralat" di penerbitan berikutnya. Penyandang sikap serba tak cocok, keluh kesah ini, selain nyusahkan dirinya sendiri, dlm pergaulan kurang disuka banyak orang. Sebetulnya sifat keluh kesah, kurang puas, serba tidak cocok ini adalah sifat bawaan manusia. Sifat bawaan ini kadarnya saja berbeda setiap orang. Allah pencipta kita tlh menegaskan bahwa sejatinya manusia didesain keluh kesah, seperti dua ayat berikut: اِنَّ الْاِ نْسَا نَ خُلِقَ هَلُوْعًا  "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh." (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 19) اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا  "Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah," (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 20). Kalau keluh kesah, karena kesusahan adalah wajar, terapinya terbentang jalan "berserah diri kpd Allah" untuk menguatkan iman terkenal pantun dari kota khatulistiwa: Pasang Nipah di Batu-layang*). Masak sebiji di ujung tanjung. Hati susah bawa sembahyang. Disitu tempat iman bergantung. *)nama kecamatan tempat berdirinya tugu Khatulistiwa. Yang sulit adalah resah gelisah bukan lantaran susah, tapi sibuk melihat, mengomentari, menilai orang lain. Termasuk mencari kesalahan orang lain. Semoga kita terhindar dari resah-gelisah karena usil dengan urusan orang. Kalaupun resah gelisah karena kesulitan, kesusahan, stlh menyerahkan diri kpd Allah semoga diberikan-Nya jalan keluar. (يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Muharram 1443 H. 4 September 2021. (839.09.21)

Thursday 2 September 2021

BERLEBIH-LEBIHAN.

"Sidikit bubur banyak sendoknya". Begitu pepatah tetuaku dulu untuk mengungkapkan ber-lebih2an dalam menyampaikan sesuatu. Mem-besar2 kan persoalan yg mestinya kecil. Misalnya menceritakan ttg kesuksesan , anaknya dirantau, mestinya tdk sehebat yg diceritakan. Menceritakan kesalahan orang lain, mestinya ndak segitunya......dll. Perilaku ber-lebih2 an dilakukan banyak orang, tak pandang gender, tak pandang profesi. Hanya model ber-lebih2nya yg berbeda. Ada yg berlebihan dalam berita, informasi. Ada berlebihan dalam perbuatan. Ada yg ber-lebih2an makan. Ada pula yg ber-lebih2an berpakaian. Dan........banyak lagi bentuk ber-lebih2an. Ternyata manusia itu suka berlebih-lebihan. Walau sebetulnya Allah tak suka kepada orang yg ber-lebih2an. Diatur jelas pada Al-An'am ayat 141 dan Al 'Araf ayat 31. اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.". Allah tak suka kepada orang ber-lebih2an karena cukup banyak dampaknya a.l.: 1. Menyusahkan diri sendiri. Misalnya a.l.: Berlebihan makan, perut ndak enak. Berlebihan berpakaian jadinya ribet, apalagi bila berlebihan itu perhiasan, resiko dikuntit penjahat. Berlebihan cerita sukses, sulit membuktikannya. dll. 2. Memicu kecemburuan sosial. Misalnya berlebihan menampakkan harta. 3. Membuat takabur. Menganggap diri lebih dari orang lain, biasanya diikuti berbangga diri. Padahal itu jelas dilarang agama, termaktub di An-Nisa ayat 36, Al-Qasas ayat 76, Luqman ayat 18 dan Al-Hadid ayat 23; ".....اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرٍ  "....... Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." Namun memang manusia sdh di desain sbg mahluk yg ber-lebih2 an. كَلَّاۤ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَيَطْغٰۤى  "Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas," (QS. 96 Al-'Alaq ayat 6). Tidak seperti mahluk hidup lainnya. Ambil contoh hewan, Harimau bgt sdh kenyang ya sudah, walau Rusa liwat di depan hidungnya ndak di apa2 kan. Tidak ada niat makan berlebihan. Atau mumpung, banyak Rusa terkam dan bunuh dulu untuk simpan besok lusa. Lain manusia, mumpung betul2 di aji dg "aji mumpung". Mumpung lagi.........dstnya. Berbahagialah orang yg tau diri, menyadari akan kelemahan manusia yg memang di desain suka ber-lebih2an, dg begitu lalu berusaha untuk mengurangi perangai ber-lebih2an itu, karena tdk disukai Allah. Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yg tdk ber-lebih2an. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Muharram 1443 H. 1 September 2021. (838.09.21)