Sunday 6 January 2019

Koslet Kerabat

Semakin akrab persahabatan, semakin rentan "selisih faham". Justru yg sering terjadi "selisih faham" itu adalah keakraban hubungan: antar family kekerabatan, bahkan saudara kandung, saudara misan, periparan YG BERDEKATAN. Malah kalau berjauhan, lain kota misalnya, jarang terjadi koslet.

Contoh selisih faham sdh begitu akut.

Ada kerabat yg kunjung (mungkin untuk minta maaf) si sahibul bait tak berkenan menjawab salam apalagi membukakan pintu. Walau diketahui sang tamu, bahwa ybs ada di dlm rumah, dpt dipantau dari mobil parkir di halaman kapnya masih panas.

Salah fahamnya sdh dmkn kuat, pemilik rumah mungkin khawatir mereka tak akan sanggup menahan diri. Belum saatnya untuk ketemu, "hati masih mendidih" jika dipaksa ketemu, koslet akan berakibat "percikan api kebakaran besar". Demi menghadari petaka lbh hebat si tuan rumah pilih dosa ndak jawab salam ketimbang dosa berkelahi. Dg tdk menjawab salam, tidak membuka pintu mrpkn cara PENAMPIK TAMU.

Dlm case ini barangkali sikap yg lebih arif bagi keluarga yg minta maaf dan keluarga yg akan dikunjungi agar nanti si tamu tidak TERTAMPIK si tuan rumah tak berdosa tak menjawab salam adalah:

Bagi Keluarga yg minta maaf.

1. Sebaiknya menggunakan pihak ke tiga sbg mediasi, untuk memberitahukan maksud silaturahim. Bila tlh disepakati barulah dilaksanakan kunjungan.

2. Kalau terlanjur sdh kunjung namun ditampik, maka terimalah dg sabar, karena atas kaidah agama, si penghuni rumah punya hak untuk MENAMPIK tamu. Sementara tamu di anjurkan Allah menerima dg ihlas TAMPIK an tuan rumah:
وَاِنْ قِيْلَ لَـكُمُ ارْجِعُوْا فَارْجِعُوْا ۚ هُوَ اَزْكٰى لَـكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ
"......Dan jika dikatakan kepadamu, Kembalilah! Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."  (An-Nur 28).

3. Dicoba lagi lain waktu dg cara butir 1 guna mendapatkan maaf. Sebab ini penting sekali untuk urusan akhirat. Dosa sesama yg blm terselesaikan di dunia, akan menguras pahala ditransaksikan dimahkamah Allah. Bukan mustahil pahala yg banyak, habis sbg pembayar dosa ke sesama, bahkan kalau tak cukup dosa orang yg terzalimi blm memaafkan di dunia, akan dipikulkan kpd yg menzalimi.

Buat keluarga yg dikunjungi.

1. Sebaiknya ada penghuni rumah yg ditugasi menjawab salam. Sebab menjawab salam adalah wajib. Dpt saja penghuni penjawab salam orang yg tak terlibat "koslet". Misalnya PRT atau siapalah. Sambil sampaikan hak TAMPIK, bahwa penghuni rumah tdk bersedia menerima tamu.

2. Sambil pesankan kpd orang yg ditugasi butir 1 bahwa smg lain kali dpt dicoba lagi kemari. Tak elok bila langsung putus tak mau nerima. Karena ancaman pemutus silaturahim adalah NERAKA Jahanam.
 وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ ۙ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْٓءُ الدَّارِ
"dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh laknat dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam)".
(QS. Ar-Ra'ad ayat 25)
(Yg disambungkan adlh silaturahim).

3. Renungkan yg dlm bahwa Allah maha pengampun. Maka smg dg memaafkan sesama Allahpun mengampuni dosa dan kesalahan kita. Betapapun besar kesalahan orang yg menzalimi, jika diberikan maaf untuk kebaikan bersama dunia dan akhirat.
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia".
(QS. Asy-Syura ayat 43)
Juga dpt dijadikan referensi ttg memaafkan, firman Allah berikut:
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun"
(QS. Al-Baqarah  ayat 263)
dan:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan".
(QS. Ali Imran ayat 134)

Persoalan seperti di atas dpt saja terkena kpd diri kita sendiri atau keluarga kita, baik sebagai orang yg terlanjur tersalah ucap dan tindak kpd pihak lain. Atau boleh jadi orang lain yg berbuat kesalahan kpd kita, atau kpd keluarga kita, kemudian menyadari kesalahan itu dan me mhn maaf.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَم
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment