Tuesday, 2 September 2025
KUALITAS AMAL
No: 1.349.01.09-2025
Disusun: M. Syarif Arbi
Kualitas amal sangat penting, bukan hanya kuantitasnya. 6 (enam) sikap yang senantiasa harus dipelihara untuk menjaga kualitas amal yaitu: 1. Niat yang ikhlas., 2. Mengikuti Sunnah Rasulullah., 3. Menghindari Riya’ dan Ujub., 4. Menjaga Konsistensi dalam Beramal., 5. Memperbaiki Amal Secara Berkala., 6. Berusaha Menghindari Dosa dan Kesalahan.
Mempersingkat tulisan, di nomor ini focus pada sikap pertama; “Niat yang Ikhlas”. Sikap2 penentu kualitas amal lainnya agar tatap dapat mempertahankan makna judul artikel, di singgung serba sedikit.
PERTAMA: Niat Yang Ikhlas.
Semua amal harus dimulai dengan niat yang tulus karena Allah. Jika amal dilakukan untuk tujuan selain Allah, seperti riya' (pamer), maka amal tersebut kehilangan nilai dan pahala. Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907
Dalam kontek Niat Ikhlas, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an bahwa amal perbuatan yang baik itu harus disertai dengan niat yang ikhlas (Surah Az-Zumar ayat 2):
فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ. ………….”
-------------"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan (mengikhlaskan) ketaatan kepada-Nya”.
Ayat ini memerintahkan manusia untuk menyembah dan beribadah dengan niat yang murni hanya kepada Allah SWT. Dalam Surah Al-Bayyinah Ayat 5 Allah juga menekankan tentang keikhlasan
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ٥
“Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)”.
KEDUA: Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.
Setiap amal ibadah atau perbuatan baik harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dan contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Ini termasuk cara beribadah, berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam hal-hal kecil seperti berbicara dan bertindak.
Allah menciptakan manusia untuk ibadah. Ibadah itu mesti mengikuti contoh Rasulullah, sebagaimana hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718).
Dalam riwayat lain disebutkan:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).
KETIGA: Menjaga Konsistensi dalam Beramal
Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan amal secara konsisten, meskipun sedikit, selama itu dilakukan dengan ikhlas dan sesuai syariat. Rasulullah bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin dilakukan meskipun sedikit”. (HR. Riwayat Bukhori dan Muslim)
KEEMPAT: Menghindari Riya’ dan Ujub
Agar amal tidak kehilangan kualitasnya, penting untuk selalu memeriksa diri agar tidak terjerumus dalam riya' (amal untuk dilihat orang lain) dan ujub (merasa bangga dengan amal sendiri). Allah menegaskan dalam Al-Qur'an agar kita tidak mengharapkan pujian manusia dalam beramal.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ١٨
“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri”. (Lukman ayat 18)
KELIMA: Memperbaiki Amal Secara Berkala.
Menjaga kualitas amal juga berarti terus-menerus memperbaiki niat, cara beramal, dan keikhlasan dalam melakukan amal. Ini bisa dilakukan dengan muhasabah (introspeksi diri) secara rutin agar amal yang dilakukan lebih baik dari waktu ke waktu. Umar radhiallahu anhu mengatakan:
وَإِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا
“Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” [HR. Tirmidzi].
KEEMAN: Berusaha Menghindari Dosa dan Kesalahan.
Agar amal diterima oleh Allah, kita juga harus berusaha menjauhi dosa dan selalu memohon ampunan kepada-Nya, agar amal yang dilakukan tidak ternoda dengan dosa. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6308.
Semoga Allah menjadikan kita semua dapat meningkatkan kualitas amal kita.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 2 September 2025, 9 Rabiul Awal 1447H.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment