Sunday, 10 August 2025

TAWAKAL dan PASRAH

No: 1.343.03.08-2025 Disusun: M. Syarif Arbi. Tawakal (توكل) berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah, setelah melakukan usaha (ikhtiar) semaksimal mungkin. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa melakukan apa-apa, melainkan: Melakukan usaha yang wajar dan sesuai kemampuan. Setelah itu, menyerahkan hasilnya kepada Allah, karena Allah yang menentukan segala sesuatu. Misalnya; Seorang pelajar belajar sungguh-sungguh untuk ujian, lalu berdo’a dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Seorang pedagang memulai berdagang sepagi mungkin, jujur, berdo’a, selanjutnya berserah diri kepada Allah atas hasil penjualannya. Seorang petani bercocok tanam sesuai Teknik yang terbaik, pemupukan yang benar, berdo’a lalu dia serahkan keberhasilan pertaniannya kepada Allah. Secara singkat dapat didefinisikan “Tawakal adalah Ikhtiar ditambah do’a dan pasrah pada ketentuan Allah” Dengan demikian orang yang benar-benar bertawakal kepada Allah: Mengutamakan ikhtiar maksimal dan berdo’a, sebelum menyerahkan diri segalanya kepada Allah. Tidak hanya pasrah tanpa usaha. Ia berusaha sekuat tenaga dengan cara yang halal dan terbaik, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Bertawakal menerima apapun hasilnya dengan lapang dada, karena percaya semua yang Allah tetapkan pasti ada hikmahnya. Tidak menggantungkan harapan kepada manusia atau benda, tapi hanya kepada Allah. فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ۝١٥٩. …………………” “……………………., apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal”. (Ali Imran 159). Pasrah dalam bahasa Indonesia berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada sesuatu, biasanya kepada Tuhan atau kekuatan yang lebih besar, dengan penerimaan dan keyakinan bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai kehendak-Nya. Pasrah juga dapat diartikan sebagai sikap menerima takdir atau keadaan dengan lapang dada, tanpa adanya penolakan atau perlawanan, serta disertai dengan keyakinan bahwa hasil akhirnya akan baik. Tawakal berbeda dengan “Pasrah” atau “Pasrah tanpa reserve” yaitu seseorang dari awal orang yang “pasrah tanpa reserve” itu sudah menyerah dengan keadaan, tidak diikuti ikhtiar, mungkin saja ybs ber do’a, kemudian berserah diri terima apapun yang terjadi. Dengan kalimat “yang terjadi terjadilah”. Mungkin kira2 persamaan “Pasrah tanpa reserve” samalah dengan "Pasrah bongkokan" dalam bahasa Jawa adalah idiom yang berarti menyerahkan diri sepenuhnya atau berserah diri secara total kepada orang yang dipercaya, terutama dalam menghadapi suatu masalah atau problem yang rumit. Ini bukan hanya sekedar menyerah, tetapi lebih pada sikap mempercayakan sepenuhnya hasil akhir kepada pihak lain yang dianggap mampu. Berserah diri tanpa usaha atau “Pasrah tanpa reserve” dianggap sebagai bentuk kemalasan dan tidak sesuai dengan ajaran agama. Agama mengajarkan keseimbangan antara berusaha semaksimal mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ. …………….” “………………..Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Raad-ayat-11). Peringatan di Ar-Raad 11 ini, tentunya ditujukan kepada kelompok manusia yang kesulitan hidup, harus berikhtiar maksimal serta berdo’a, jangan pasrah saja menerima nasib. Sedangkan buat kelompok manusia yang kini keadaannya serba berkecukupan, kini sedang menerima nikmat yang besar dari Allah, maka juga diingatkan Allah agar berikhtiar berusaha mempertahankan keadaan kehidupannya dengan berhemat, hidup yang wajar tidak berfoya-foya, selalu taat kepada perintah Allah, jangan sombong dan takabur. seperti firman Allah berikut: ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ “(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anfal-ayat-53). Dari uraian diatas jelaslah bahwa ternyata senang dan susah, kaya dan miskin adalah permainan hidup di dunia. Oleh karena itu mudah2an Allah selalu membimbing kita semua, dalam keadaan apapun kondisi kita tetap dalam bingkai taqwa, dalam artian melaksanakan perintah Allah untuk tetap berikhtiar, berdo’a dan berserah diri kepada Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 11 Agustus 2025, 16 Safar 1447H.

No comments:

Post a Comment