Thursday, 14 August 2025

PUTUS ASA

No: 1.344.04.08-2025 Disusun: M. Syarif Arbi. Putus Asa adalah keadaan mental atau emosional ketika seseorang merasa kehilangan harapan, semangat, atau kepercayaan diri untuk menghadapi atau menyelesaikan suatu masalah. Pertanda seseorang sedang mengalami Putus Asa terdapat 4 (empat) indikator yang saling berhubungan yaitu: 1. Emosional., 2. Pikiran., 3. Perilaku., dan 4. Spiritual. Tanda Emosional: 1. Merasa tidak berguna atau kehilangan harga diri., 2. Kehilangan harapan bahwa keadaan akan membaik., 3. Selalu sedih, murung, atau putus harapan., 4. Sering menangis tanpa alasan yang jelas., 5. Marah atau mudah tersinggung, bahkan karena hal-hal kecil. Tanda Pikiran: 1. Pikiran negatif terus-menerus seperti "Aku tidak akan pernah bisa," atau "Semuanya sia-sia."., 2. Muncul pikiran ingin menyerah, bahkan pada hal-hal yang dulu penting., 3. Berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. (Ini adalah tanda serius dan butuh bantuan segera.) Tanda Perilaku: 1. Menarik diri dari lingkungan sosial, keluarga, atau teman., 2. Tidak peduli pada penampilan atau kebersihan diri., 3. Tidak punya motivasi untuk bekerja, belajar, atau melakukan kegiatan sehari-hari., 4. Tidur berlebihan atau sulit tidur., 5. Makan terlalu sedikit atau berlebihan. Tanda Spiritual: 1. Merasa jauh dari Allah., 2. Tidak mau berdo’a atau sudah malas beribadah., 3 Merasa dosanya terlalu besar sehingga Allah tak akan mengampuni lagi. Terbatasnya ruang tulis, maka dibatasi bahasan tentang indikator Putus Asa berupa tanda spiritual saja. ad.1. MERASA JAUH DARI ALLAH. Hendaklah setiap insan beriman tidak berputus asa akan nikmat Alah sehingga menjauhkan diri dari Allah. Larangan berputus asa dengan menjauhkan diri dari Allah termuat dalam Al-Qur’an وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ. …………………….” “…………..dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(Yusuf-ayat-87). ad. 2. TIDAK MAU BERDO’A ATAU SUDAH MALAS BERIBADAH. Kenyataan sebenarnya; ditahun 1992 seorang kerabat dari kota kelahiranku datang ke Jakarta dirujuk dari rumah sakit setempat, dengan penyakit hati mengeras sudah hampir 25%. Ketika dihadapkan ke dokter ahli sesuai penyakitnya, diminta mengecek lagi kondisi hati si pasien, ternyata sekarang pengerasannya sudah mendekati 50%. Dokter menginginkan agar dapat memberitahukan hal tersebut kepada keluarganya. Tapi tak seorangpun keluarganya yang bersedia menghadap dokter. Lantas kamilah yang diminta mewakili keluarga. Dokter memberitahukan agar sebaiknya segera pulang saja ke kampung halaman, karena keadaan pasien sudah “tipis harapan untuk hidup”, sebab pengerasan hati yang bersangkutan semakin hari semakin meluas (di rumah sakit asal hampir 25%, kini sudah mendekati 50%). “Ini saya resepkan obat untuk dibawa pulang” ujar dokter. Dengan berat hati anjuran dokter sudah menyuruh pulang itu kami sampaikan, kendati tidak disampaikan bahwa “sudah tipis harapan”. Namun dengan dokter ahli sesuai penyakit tersebut di Jakarta sudah “angkat tangan”, agaknya si pasien faham bahwa harapan kesembuhannya sudah sangat tipis. Yang bersangkutan selama menanti kepulangan ke kampung halaman, kami lihat di rumah kami melakukan dzikir dan shalat. Shalat malam dan shalat dhuha, membaca Al-Qur’an. Begitu pula setibanya di kampung halaman, frekuensi ibadah dan do’a ditingkatkannya. Yang terjadi adalah, 3 bulan kemudian, perasaan badan ybs semakin enak. Setelah di cek kembali di rumah sakit setempat, Alhamdulillah hatinya yang tadinya sudah mengeras 50% itu semakin membaik, dan lambat laun jadi normal kembali. Sampai tulisan ini kuturunkan ketika kami pulang kampung Mei 2025 yang lalu pasien yang tahun 1992 yang lalu dinyatakan sudah “tipis harapan” itu masih sehat afiat dalam arti sehatnya manusia yang sudah usia “seventy up”. Al-Qur’an bagi setiap diri mengalami kesulitan memberikan arahan: “……………. وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ” “Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. ………..” (Al-Baqarah 45) يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٥٣ “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al- Baqarah 153) ad. 3. MERASA DOSANYA TERLALU BESAR. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya, masalah hidup yang menderanya, dikarenakan dosanya terlalu besar sehingga tidak mungkin diampuni Allah lagi. Ybs-pun berputus asa, tidak lagi mau berdo’a dan beribadah serta berikhtiar, karena menganggap dosanya tak mungkin diampuni Allah, karenanya percuma beribadah dan berdo’a. Padahal Allah senantiasa mengampuni dosa hamba-Nya yang datang kepada-Nya untuk memohon ampun dan menyesali dosanya. Tersurat pada Az-Zumar 53, bahkan berputus asa terhadap rahmat Allah termasuk larangan: قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ۝٥٣ “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Demikian, pembaca sekalian, yang sekarang sedang dililit masalah juga yang sedang menderita suatu penyakit, jangan berputus asa, teruslah berikhtiar, beribadah, bertawakal dan berdo’a. Insya Allah bagi yang sedang sakit Allah akan mengangkat penyakitnya, bagi yang bermasalah hidup, Allah memberikan jalan keluar terbaik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 14 Agustus 2025, 19 Safar 1447H.

No comments:

Post a Comment