Saturday, 2 August 2025
Sayembara khusyuk
No: 1.342.02.08-2025
Dirangkum: M. Syarif Arbi
Konon kisah ini berawal, saat Rasulullah ﷺ tengah duduk-duduk di teras masjid Nabawi bersama para sahabat menanti waktu shalat tiba. Di tengah perbincangan, datanglah seorang suku Badui bertanya pada Rasulullah ﷺ, soal dirinya shalat yang tidak khusyuk, sering tercampuraduk dengan pikiran diluar shalat. Lalu orang itu pun bertanya pada Rasulullah ﷺ bagaimana cara supaya shalat menjadi khusyuk. *Kisah ini diceritakan Ustadz Muksin Matheer yang kemudian diterjemahkan A.R. Shohibul Ulum dalam buku Ali bin Abi Thalib.
Jujur kita akui, bahwa pertanyaan seorang suku Badui ini, mewakili sebagian besar problem dari diri kita masing2 ketika shalat. Kadang sudah diupayakan demikian rupa konsentrasi agar khusyuk, masih juga masuk hal2 diluar shalat. Kadang justru sesuatu yang tadinya dalam keadaan sebelum shalat sulit mengingatnya (misalnya lupa kunci tadi tertaroh dimana), lantas ketika shalat lalu terbayang, kemana tadi melangkah selanjutnya apa yang dilakukan, lantas ingatlah si kunci diletakkan dimana.
Pertanyaan orang Arab pedalaman (suku Badui) yang diajukan di majelis Rasulullah itu, sebelum Rasulullah ﷺ menjawab, Ali bin Abi Thalib (yang juga hadir di sana) berkata dengan tegas, "Shalat yang seperti itu tidak akan diterima Allah, dan Allah tidak akan memandang shalat seperti itu,"
Mendengar komentar Ali, Rasulullah ﷺ pun bertanya pada Ali: "Wahai Ali, apakah engkau mampu mengerjakan shalat 2 (dua) rakaat karena Allah semata tanpa terganggu dengan segala kesusahan, kesibukan, dan bisikan-bisikan yang melalaikan?" Ali menjawab dengan yakin: "Aku mampu melakukannya, Ya Rasulullah,"
Rasulullah ﷺ mempersilahkan Ali shalat 2 (dua) rakaat, sebelum Ali mengambil air wudhu untuk bersiap shalat, Rasulullah ﷺ tersenyum dan berkata: "Wahai Ali, jika engkau mampu melakukan shalat dengan khusyuk, aku akan memberimu surbanku kepadamu. Engkau bisa memilihnya, yang buatan Syam atau Yaman." Sebagaimana diketahui, kedua sorban tersebut dikenal memiliki kualitas terbaik.
Semua yang hadir, termasuk orang Badui tersebut, hampir yakin bahwa Ali memperoleh hadiah dari Rasulullah ﷺ. Sesudah Ali shalat, Rasulullah ﷺ pun bertanya, "Wahai Abu Hasan dan Husain, bagaimana pendapatmu? Bisakah engkau mengerjakannya dengan khusyuk dan sempurna?"
Ali menjawab: "Demi kebenaranmu, ya Rasulullah ﷺ," jawab Ali dengan murung. "Sesungguhnya aku telah melakukan rakaat pertama tanpa sedikitpun diganggu oleh kesibukan, kesusahan, dan bisikan apapun. Tetapi, ketika berada pada rakaat kedua, aku teringat akan janji engkau dan aku membatin, seandainya Rasulullah ﷺ memberikan sorban Yaman itu, tentulah lebih baik daripada sorban Syam itu,'"
"Demi hakmu, ya Rasulullah," katanya lagi. "Tidak seorang pun yang dapat mengerjakan shalat 2 (dua) rakaat dengan benar-benar murni karena Allah semata, dan ingatannya selalu terfokus kepada Allah,"
Mendengar itu, Rasulullah ﷺ menjawab dengan penuh kelembutan, "Wahai Abu Thurab (julukan Ali), sesungguhnya hal itu terjadi pula dengan yang lain. Sebab khusyuk itu diukur oleh sebatas kesempurnaan manusia. Terpenting, ketika pikiran terbawa pada urusan lain, cepat kembalikan pada shalatmu lagi,"
Terdapat beberapa kisah perihal pertanyaan tentang cara shalat khusyuk ini di kala Rasulullah masih ada, umumnya jawaban beliau adalah bahwa sangat sulit untuk melaksanakan shalat yang khusyuk seutuhnya 100% dari mulai takbir sampai salam.
Rasulullah ﷺ memberi petunjuk umum untuk khusyuk dalam shalat: "Dalam mengerjakan shalat, memang hendaknya seakan-akan kita mampu melihat dan berbicara dengan Allah. Tetapi kalaupun tidak mampu, asalkan ingat bahwa Allah melihat kita, itu sudah memadai," Rasulullah ﷺ bersabda:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tak melihat-Nya, (yakinlah) bahwa Dia (Allah) menyaksikanmu”. (HR. Bukhari & Muslim).
Mending kita masih tetap shalat walaupun disana-sini masih terlintas pikiran tentang hal2 diluar shalat. Daripada kita lantas memutuskan tidak shalat karena khawatir nanti terganggu pikiran2 diluar shalat, sehingga shalatnya tidak khusyuk. Bila keputusan kita tidak shalat karena khawatir tidak khusyuk, itulah yang ditunggu Setan, kerena keadaan tidak shalat ini Setan menjadi pemenang.
Dari waktu ke waktu masing2 diri berusaha untuk semakin baik dalam artian khusyuk beribadah kepada Allah, karena bila mengingat Allah (termasuk shalat) tidak khusyuk berlangsung begitu lama, maka lambat laun hati akan menjadi keras………. seperti diingatkan Allah dalam surat Al-Hadid Ayat 16:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua dalam beribadah termasuk shalat, menjadi khusyuk semaksimal mungkin, sesuai kemampuan kita sebagai manusia yang penuh dengan aneka problematika kehidupan.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 2 Agustus 2025, 8 Safar 1447H.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment