Sebagai orang tua, kesal memang, kalau anak yang
sudah dididik dan dibesarkan sejak dua jari telapak kakinya, setelah dewasa
tidak berbhakti kepada orang tua, menyusahkan hati dan merong-rong.
Agama mengisyaratkan bahwa anak bagi orang tuanya
berpotensi bermacam-macam yaitu:
a) Anak
berpotensi menjadi finah atau cobaan, seperti dimuat dalam surat Al Anfal ayat
28 dari Al-Qur’an:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.
Kata pepatah orang jawa “Anak polah
Bopo kepradah”, maksudnya bila anak bertingkah laku yang tidak baik, orang tua
akan terkena imbasnya. Misalnya; seorang anak yang tidak sopan, tidak ramah
terhadap tetangga, tidak ramah terhadap sanak family lain yang berkunjung ke
rumah, acuh, sombong dan macam-macam lagi perilaku negatif si anak. Orang lain
akan mengkaitkan kepada orang tuanya. “Dasar orang tua tidak tau mendidik
anaknya” demikian kira-kira umpatan dan gunjingan orang. Bukankah hal ini
menjadikan fitnah, padahal tak kurang-kurang ibu dan bapak telah menurunkan
nilai-nilai kebaikan kepada anak keturunannya, tapi memang kadang ada saja
penyimpangan. Bukan sedikit anak ustadz yang
murtadz, tidak jarang anak pak haji dan bu haji perbuatannya keji. Tak kurang
pula anak pak guru dan bu guru yang perilakuknya tak patut ditiru. Ini barang
kali ilutrasi penjelasan dari isyarat Allah di atas tentang anak-anak akan
menjadi cobaan atau fitnah. Semoga tentunya anak-anak kita tidak terkelompok
menjadi sumber fitnah.cobaan tersebut.
b) Anak
berpotensi menjadi musuh seperti
dimuat di dalam Al-Quran surat
At-Tagabun ( surat 64) ayat 14.
Hai
orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada
yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka)
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Diantara
peringatan Allah di atas mengenai anak bahwa, anak berpotensi menjadi musuh,
oleh karena itu hendaklah bersikap berhati-hati atau waspada terhadap mereka.
Selanjutnya dalam mendidik harus mengedepankan pendidikan dengan persuasive bukan dengan memarahi dan penuh maaf.
Tidak
sedikit kita baca di media cetak, dengar dan lihat di layar kaca bahwa seorang
anak tega menyakiti dan bahkan sampai membunuh orang tuanya, hanya lantaran si
orang tua tak sanggup memenuhi permintaannya si anak akan sesuatu. Beginilah
potret seorang anak yang setelah besar/dewasa menjadi musuh.
c. menjadi
investasi amal seperti disebutkan di dalam surat yasin 12
Sesungguhnya
Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Tentu harapan kita semua, agar anak kita kelak
menjadi investasi amal setelah kita meninggal dunia dan menjadi penyejuk mata
penentram hati selama kita masih hidup didunia.
yang akan dibawa mati adalah amal yang pernah dibuat
selama hidup, amal buruk akan diterima pembalasan berupa keburukan pula.
Demikian perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan pula. Selanjutnya selama
hidup ada bekas-bekas yang kita tinggalkan didunia hasil perbuatan kita semasa
hidup. Salah satu bekas tersebut adalah anak keturunan kita. Anak keturuan yang
baik, anak keturunan yang shaleh akan berdampak dan mengalir terus kebaikan itu
untuk menambah amal kita meskipun jasad kita sudah kembali menjadi tanah, atau
lamaaaa di dalam kubur.
Apakah kita tergolong orang yang bernasib mempunyai
anak keturunan kelompok menjadi finah, atau anak keturunan dengan kelompok
menjadi musuh atau beruntung mempunyai anak keturunan yang menjadi investasi.
Upaya atau ikhtiar yang harus dilakukan adalah:
a.
Memberikan pendidikan yang baik terutama
tentang iman, ahlaq dan nilai keagamaan kepada anak sejak dini.
b.
Menciptakan kondisi keluarga dan
lingkungan yang baik untuk tempat anak-anak kita bergaul bermasyarakat sejak
anak-anak, remaja sampai beranjak dewasa.
c.
Ditengah tulisan ini saya kemukakan
bahwa tidak sedikit terjadi penyimpangan meskipun sudah dilakukan upaya “a” dan
“b, di atas, makanya untuk itu jangan lupa terus menerus setiap waktu, setiap
sesudah shalat berdoa seperti yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an surat Al Furqan ayat 74. seperti dibawah ini:
"Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut sebab pada
akhirnya ketentuan Allah jua yang berlaku ditengah usaha kita.
Satu lagi yang perlu diperhatikan, untuk anak-anak
kita semasa mulai dapat ber-aktifitas sekitar umur lebih setahun dan
selanjutnya, jangan sampai dipamerkan kepada orang bahwa si anak “nakal” si
anak “cerewet” dan kata-kata yang mewakili perilaku yang tidak baik. Disamping
ucapan orang tua merupakan do’a, juga bagi si anak terekam dalam memorinya,
bahwa dirinya “nakal”, dirinya “cerewet”, dirinya “bandel” dan lain-lain yang
tidak baik dan ketidak baikan itu dilegalisir dan bahkan dibanggakan oleh orang
tuanya. Ini menyebabkan setelah tumbuh menjadi anak remaja yang bersangkutan
cenderung untuk membuktikan bahwa dianya “nakal”, “cerewet” , “bandel” dan
segala hal yang tidak baik pernah di capkan terhadap dirinya.
No comments:
Post a Comment