Saturday 22 June 2024

Maut belum MENATAP sebelum REZEKI habis TERSANTAP.

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.255-06-6.2024 Kini menjelang lahiran, bukan saja jenis kelamin calon bayi, bahkan hari kelahirannya sudah dapat diprediksi. Sedangkan hari kematian sampai saat ini belum ada seorang ahlipun dapat memastikannya. Selama hidup, manusia perlu makan-minum dan ini lazim disebut dengan rezeki, walau sesungguhnya yang dimaksud dengan rezeki bukan saja makan-minum, tetapi; kesehatan, kesempatan dan segala sesuatu kenikmatan. Tulisan ini membatasi rezeki hanya pada apa yang dimakan dan apa yang diminum. Rezeki manusia yang dimakan-diminum, telah ditentukan sejak lahir sampai mati, karena sebelum rezeki tersebut habis dinikmati, manusia tidak akan mati. Dalam konteks ini Allah berfirman: وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا. ۗ “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. …………….” (QS Ali Imran ayat 145). Jika “jatah” rezeki telah habis dikonsumsi seseorang akan mati. Seseorang tidak mungkin mati sampai sempurna rezekinya, dan berakhir pula amalannya. Dari Jabir bin ‘Abdillah ra, Nabi Saw bersabda, أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ “Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Ibnu Majah). Dalam pada itu dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi Saw bersabda: إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ “Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR Musnad Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani) Di ayat lain, Al-Qurán menyebutkan: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34) Ketika diriku masih remaja dulu sering kulihat Nenek-Kakek, porsi makannya sangat sedikit. Kini setelah diri sendiri berusia tujuhpuluhan merasakan sendiri, bahwa tidak sanggup lagi makan seperti muda dulu. Bahkan banyak makanan yang dulu jadi makanan favorit, minuman wajib mesti harus ada di meja kalau pulang kerja, sudah tidak dapat diminum lagi. Makanan favorit kalau dimakan juga jadi alergi, minuman kopi misalnya yang dulunya menjadi minuman wajib, sekarang kalau diminum jadi penyakit. Dari petunjuk ayat dan hadits diantaranya dikutip diatas, mengertilah agaknya kita, bahwa; bagi pribadi tertentu, rezeki berwujud makanan dan minuman, yang sekarang sudah membuat alergi, atau berdampak penyakit, itu artinya jatah buat rezeki jenis makanan dan minuman jenis itu sudah hampir habis atau mungkin sudah habis buat diri awak. Untuk jenis lain masih ada yang masih tersisa, jatah nasi sudah hampir habis lantaran masa muda makannya sekali makan rata2 dua piring. Jadi masa tua harus dimakan se-dikit2, jatah kentang masih tersisa. Jatah gula pasir sudah habis, karena masa muda dulu kalau menyedu kopi segelas, gulanya 2 sendok makan, sekarang tersisa rezeki pemanis “Tropicana”. Harap makluuum. Kalau sudah jatah rezeki itu sama sekali habis, kadang ada manusia yang sudah tidak dapat lagi dimasukkan makanan/minuman secara normal dari mulut. Teknologi ikhtiar dibidang kesehatan sekarang jika rezeki orang tersebut belum benar2 habis-bis, lalu disalurkan melalui selang. Jika rezeki memang masih ada si pasien tak akan mati, setelah itu malah sembuh dari penyakit dan dapat makan minum normal kembali, untuk menghabiskan jatah rezekinya. Dengan demikian: Malaikat maut belum sudi MENATAP. Bila REZEKI belum habis TERSANTAP. Semoga kita selalu diberikan Allah rezeki yang halalan, tetap thayyiban serta barakatan sampai akhir hayat dikandung badan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 16 Dzulhijjah 1445 H. 23 Juni 2024

Monday 17 June 2024

KEKASIH ALLAH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.254-06-5.2024 Hampir setiap tempat ketika shalat Idul Adha, khatib menyampaikan khutbah mengenang pengorbanan nabi Ibrahim, telah melaksanakan perintah Allah untuk berkurban yang luar biasa yaitu diperintah Allah menyembelih anaknya; nabi Ismail. Kepatuhan Nabi Ibrahim inilah merupakan salah satu dari beberapa sebab Nabi Ibrahim A.S. mendapat gelar “Khalilullah” وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا “……Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya)." (QS. An-Nisa': 125)” Gelar ini diberikan sebagai pengakuan dan penghargaan Allah atas kesetiaan dan kepatuhan nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. boleh dirinci sbb: PERTAMA: Tak goyah imannya ketika akan dibakar oleh raja Namrudz. Dua malaikat mendatangi Nabi Ibrahim AS sebelum dianya dipelantingkan ke kobaran api. Atas izin Allah malaikat Mikail AS datang dan berkata, “Hai Ibrahim, apabila engkau menginginkan agar aku menurunkan hujan memadamkan api ini tentu pada saat ini juga aku melakukannya.” Ibrahim AS menjawab, “Aku tidak membutuhkanmu.” Selanjutnya malaikat Jibril AS datang dan berkata, “Wahai Ibrahim, apakah engkau perlu bantuan?” Ibrahim menjawab, “Adapun kepadamu, maka aku tidak membutuhkannya. Cukuplah bagiku Allah mengetahui keadaanku.” Nabi Ibrahim AS hanya berdo’a termuat di Ali-Imran ayat 173, حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. (cukuplah Allah, se-baik2 penolong) Pertolongan Allah datang dengan berfirman kepada api قُلْنَا يٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلٰمًا عَلٰىٓ إِبْرٰهِيمَ "Kami (Allah) berfirman, "Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim,"" (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 69) Dari sisi Nabi Ibrahim AS, Allah mengalirkan air yang dingin, dari sisi api ada pohon delima, dan Nabi Ibrahim diberi ranjang (tempat tidur) dari surga yang di atasnya ada hamparan dari sutra, mahkota dan perhiasan, yang keduanya dipakai oleh nabi Ibrahim AS. Dia duduk di atas ranjang dalam keadaan yang paling nyaman semenjak dia dilemparkan ke dalam api. Pada saat itu, Namrudz pergi ke suatu tempat yang tinggi. Dia ingin melihat bagaimana jadinya Ibrahim. Tiba-tiba ada percikan api mengenai baju Namrudz dan membakar ke semua bajunya kecuali badannya. Dia tidak terbakar oleh api agar tahu bahwa api tidak akan membahayakan siapapun kecuali dengan seizin Allah, tetapi semua itu tidak dijadikan bahan pelajaran oleh Namrudz. Ketika Namrudz melihat itu, dia berkata kepada Ibrahim AS, “Pergilah engkau dari tanah kami agar engkau tidak merusak agama kami.” KEDUA: Baru saja mendapat anak di usia 86 tahun setelah berdo’a sekian lama, nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah untuk berdakwah ketempat lain. Demi melaksanakan perintah Allah anak dan istri ditinggalkan, disuatu tempat yang gersang dan sunyi. Tercatat peristiwa itu didalam Al Qur’an dimana sebelum meninggalkan anak dan istrinya nabi Ibrahim AS berdo’a: رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ "Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim 14: Ayat 37) KETIGA: Tawakal yang tak ada bandingnya terhadap Allah SWT sehingga mampu meninggalkan anak dan istri di lembah sunyi dan gersang, yakin akan keselamatan mereka, karena dia meninggalkan mereka atas perintah Allah SWT. وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. ……………….” (QS Ali Imran ayat 145). Adapun perkara rezeki bagi istri dan anaknya yang ditinggalkannya lantaran menjalankan perintah Allah SWT itu, nabi Ibrahim AS dengan penuh keyakinan Allah akan menjaminnya. KEEMPAT: Kemudian ketika nabi Ibrahim AS pulang dari berdakwah dia melihat putranya Ismail sudah menjadi anak yang belia. Namun Allah SWT lagi-lagi menguji keimanan nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya tersebut melalui mimpi. Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah surat Ash-Shoffat [37] ayat 99-111 : Keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, itulah yang kemudian diabadikan dalam bentuk perintah berkurban (dalam bentuk hewan) pada Idul Adha. وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. As-Saffat 37: Ayat 107) Untuk nabi Muhammad SAW dan ummatnya disyariatkan berkurban dengan hewan ternak dilaksanakan terkait dengan hari raya Idul Adha atas perintah Allah SWT dalam surat 108 (Al-Kautsar) ayat 2: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." Renungan kepatuhan, ketawakalan dan kerelaan berkurban nabi Ibrahim AS ini, hendaknya sanggup menggugah hati bagi kita yang mampu untuk berkurban yang hanya berwujud mengeluarkan harta untuk menyembelih hewan kurban. Bagi yang telah melaksanakannya sesudah shalat Idul Adha, semoga kurbannya diterima oleh Allah SWT. Sedangkan bagi yang belum sempat menyembelih sesudah shalat Idul Adha, masih punya kesempatan melaksanakannya di hari2 tasyrik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 11 Dzulhijjah 1445 H. 18 Juni 2024

Thursday 13 June 2024

DO’A BUMERANG

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.253-06-4.2024 Sepertinya tak seorangpun orang normal dalam hidupnya tak pernah berdo’a, memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk sesuatu keinginan. Banyak orang, makin sering, makin khusu’ berdo’a apabila dalam keadaan kesulitan, dalam keadaan kritis. Tak jarang pula orang berdo’a apabila merasa disakiti orang lain, tetapi tidak berdaya untuk melawan atau membela diri. Dalam terminology agama disebut sebagai orang terzalimi. Terdapat penegasan dalam agama (Islam), hadits riwayat Ahmad, ada tiga orang yang doa mereka tidak terhalang atau tidak tertolak. Hadits tersebut dihasankan Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab shahih keduanya. Berikut bunyi haditsnya: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا فَوْقَ الْغَمَامِ وَتُفَتَّحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزَّتِي لأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan do’a orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Di artikel yang terbatas ruang baca ini, tertarik menyoal tentang “do’a orang yang terzalimi”, karena do’anya makbul. Perlu didefinisikan, bentuk penzaliman sesama manusia itu seperti apa, supaya jelas telah terjadi penzaliman, sehingga sudah pantas si terzalimi berdo’a dialamatkan kepada penzalim. Jangan sampai orang yang menganggap dirinya dizalimi, padahal sebenarnya dia bukan dizalimi orang lain, tetapi malah dialah yang menzalimi dirinya sendiri. Bentuk kezaliman sesama manusia ialah: mencela, memfitnah, menyiksa, mengambil harta tanpa hak, berlaku kejam, dan berlaku tidak adil. Lebih khusus kasus “zalim” diangkat di artikel ini adalah kisah seorang karyawan yang merasa dizalimi atasannya kemudian berdo’a, kalaulah dianya benar dizalimi maka do’anya mustajab. Dari bentuk kezaliman yang mungkin dilakukan oleh atasan kepada karyawannya: 1. Boleh jadi atasan mencela yang bersangkutan apabila karyawannya berkinerja tidak baik melaksanakan tugas, tidak memenuhi standar yang telah diatur dalam job description. Hal ini tentu bukan ke zaliman sepanjang sudah diberikan tegoran, selanjutnya dibuat catatan ketika menentukan kondite. 2. Memfitnah, kezaliman ini kecil kemungkinan dilakukan atasan terhadap bawahannya, kalaupun terjadi bisa saja menceritakan kepada karyawan lain agar tidak ikut melakukan kesalahan2 seperti yang dilakukan teman kerjanya itu. Diikuti himbauan agar karyawan yang diberi cerita itu menasihati rekannya. Dapat juga diceritakan kepada staf atasan langsung karyawan ybs untuk membina bawahannya. Yang demikian bukanlah pula menzalimi. 3. Menyiksa, berlaku kejam, berlaku tidak adil tentu di suatu isntansi formal yang sudah terbentuk aturan tentang hak dan kewajiban karyawan tidak mungkin atasan berpeluang menzalimi. 4. Mengambil harta tanpa hak, kalaulah ini terjadi ada aturan main dalam suatu institusi, misalnya pemotongan upah lantaran karyawan tidak memenuhi standard performance. Inipun bukan menzalimi. Andaikan sudah terjadi pelanggaran berat ketentuan2 suatu institusi, maka berujung seorang karyawan di PHK. Dalam hal PHK dilakukan setelah memenuhi proses dan prosedur yang telah disepakati yang semestinya diketahui oleh pihak karyawan, maka institusi yang memberhentikannya tidaklah terkelompok melakukan kezaliman. Seorang karyawan diberhentikan, dianya tidak di zalimi, diukur dari model standard kezaliman tersebut di atas, malah dia sendirilah yang menzalimi dirinya sendiri dengan melakukan pelanggaran ketentuan institusi. Maka tidak berlakulah “do’a nya sebagai orang terzalimi”. Bahkan DO’ANYA AKAN JADI BUMERANG. Umpama karyawan terpecat tersebut sampai mengucapkan do’a yang buruk dialamatkannya kepada atasannya, ditujukannya kepada institusi tempat semula dia bekerja, maka do’a yang buruk itu akan kembali terkena dirinya sendiri. Mari lihat hadits riwayat Muslim, dari Jabir bin Abdullah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: لاتدعوا على انفسكم ولا تدعوا على اولادكم ولا تدعوا على اموالكم لا توافقوا من الله ساعة يساءل فيها عطاء فيستجيب لكم “Janganlah kalian berdoa buruk terhadap dirimu sendiri, janganlah kalian berdoa buruk terhadap anak-anakmu, dan janganlah kalian berdoa buruk terhadap harta bendamu. Janganlah (berdoa buruk karena bisa saja) kalian menepati suatu saat di mana Allah diminta memberikan sesuatu pada saat tersebut lalu Allah mengabulkan permintaan kalian itu.” Rasulullah SAW secara terang-terangan juga melarang do’a untuk perbuatan dosa dan do’a untuk memutus silaturahim kepada sesama. Rasulullah menegaskan bahwa do’a seperti itu tidak akan dikabulkan Allah SWT. لا يزال يستجاب العبد ما لم يدع باءثم او قطيعة رحم ما لم يستعجل …. الحديث رواه مسلم عن ابى هريرة رضى الله عنه “Doa seorang hamba itu akan selalu dikabulkan selama ia tidak berdo’a untuk berbuat dosa atau memutus tali kasih sayang (persaudaraan/persahabatan), selama ia tidak terburu-buru (mau segera terkabul)…” Rasulullah berulangkali memberi contoh mengesankan bahwa beliau selalu mendo’akan baik, bahkan kepada yang menyakiti dan menghinanya. Saking tidak pernahnya Rasulullah SAW mendo’akan keburukan kepada orang-orang yang bersikap buruk kepadanya, Malaikat sampai bersedih. Malaikat justru menyatakan siap membinasakan penduduk Thaif jika Rasulullah mau memohon do’a kepada Allah SWT. Apalagi jika orang atau barang yang kita anggap jelek, ternyata tidak seperti itu di hadapan Allah SWT. Do’a buruk tadi malah bisa berbalik kepada pengirim do’a. ما من عبد مسلم يدعو لاخيه بظهر الغيب الا قال الملك : ولك بمثل. رواه مسلم عن ابى الدرداء رضي الله عنه “Tidaklah seorang hamba muslim yang mendo’akan saudaranya di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) kecuali malaikat berkata,” Dan do’a yang sama untukmu.” (HR Muslim dari Abu Darda’ RA). Seorang Muslim yang mendo’akan saudaranya dengan penuh kebaikan, maka kebaikan pula yang akan kembali kepadanya. Hal yang sama juga berlaku jika seorang Muslim mendo’akan buruk kepada saudaranya, maka keburukan pula akan kembali kepadanya. Apa yang dicontohkan Rasulullah SAW itu adalah keagungan akhlak luar biasa. Maka, kalau kita mengaku sebagai umat Muhammad dan menjadikan Nabi sebagai suri teladan yang baik, tidak semestinya kita mengumbar do’a buruk kepada siapapun dan apapun. Melantunkan do’a-do’a kebaikan adalah wujud kebaikan hati dan kemuliaan budi. Do’a-do’a jelek yang muncul dari diri kita sebenarnya hanya letupan nafsu amarah akibat lepas kendali. Do’a-do’a buruk berlandaskan hawa nafsu, amarah, serakah, ingin berkuasa, angkara murka seperti itu tidak layak kita mintakan kepada Allah SWT. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: لَّا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوٓءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا "Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 148) Dalam kasus yang diangkat di atas, ternyata karyawan ter PHK tersebut tidak dizalimi, maka ybs seharusnya tidaklah pantas berdo’a yang buruk2. Do’a buruknya akan jadi BUMERANG buat dirinya. Semoga Allah menuntun kita semua berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Rasulullah Muhammad, yaitu selalu ber do’a untuk kebaikan sekalipun terhadap orang yang telah berbuat tidak baik kepada diri kita, karena penilaian manusia belum tentu benar. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 7 Dzulhijjah 1445 H. 14 Juni 2024

Sunday 9 June 2024

TIGA ritual QURBAN

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.252-06-3.2024 Ritual Qurban yang pertama kali dilakukan oleh manusia dilaksanakan dua orang anak Nabi Adam yaitu “Habil dan Qabil”. Dua bersaudara ini disuruh berkurban oleh bapak mereka, Nabi Adam, sebagai media untuk Nabi Adam memutuskan sengketa calon istri. Siti Hawa melahirkan anak hanya sekali yang tunggal, yaitu saat melahirkan Nabi Syits, yang lahir menggantikan Habil karena dibunuh saudaranya sendiri, Qabil. Semua anaknya terlahir kembar “fraternal” atau “dizigotik” yaitu seorang bayi lelaki dan seorang bayi perempuan disuatu kali kelahiran, kedua bayi itu disebut saudara sekandung. Ketentuan di zaman Nabi Adam, karena belum ada manusia lain, maka anak2 mereka dinikahkan silang sesaudara, dengan aturan anak2 kembar sekandung tidak boleh menikah. Qabil lahir bersama dengan saudari satu kandung yang bernama Iqlima. Konon, Iqlima terlahir sebagai wanita berparas cantik rupawan. Sementara Habil lahir dengan saudari kandung bernama Labuda, tidak secantik Iqlima. Sesuai aturan yang berlaku, maka Qabil harus menikah dengan Labuda. Sementara Habil menikahi Iqlima. Qabil tidak terima. Ia hanya mau menikahi saudari satu kandungnya, Iqlima, yang memiliki paras cantik rupawan. Menyikapi sengketa itu, Nabi Adam as mengadakan semacam sayembara kepada kedua putranya itu dengan memerintahkan untuk berqurban. Barang siapa yang qurbannya diterima oleh Allah swt, dia lah yang lebih berhak menikah dengan Iqlima. Ketika itu sebagai tanda qurban diterima, apabila material yang diqurbankan disambar oleh api yang turun dari langit. Al-hasil ritual qurbanpun dilaksanakan; Qabil yang seorang petani berqurban dengan hasil kebun miliknya. Sementara Habil yang hidup sebagai peternak berqurban dengan seekor kambing terbaik yang ia miliki. Qurban Habil diterima Allah swt, sedangkan qurban Qabil tertolak lantaran Qabil berqurban dengan hasil tanaman yang buruk. Di kisah ini diketahui bahwa material qurban ketika itu belum ditetapkan berupa hewan, agaknya sesuai dengan kepemilikan hasil usaha masing2. Dari persembahan qurban yang dikeluarkan masing-masing Qabil dan Habil, dapat dinilai, mana yang benar-benar ikhlas, dan mana yang tidak ikhlas. Ditolaknya qurban Qabil mengindikasikan bahwa Qabil bukanlah seorang yang ikhlas dan bertakwa serta taat kepada Allah swt. Usai qurbannya tertolak sempat terjadi dialog Habil dan Qabil, diabadikan di surat Al Ma’idah ayat 27: Qabil berkata: لَأَقۡتُلَنَّكَۖ إِ = sungguh aku akan membunuhmu. Habil menjawab: إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ = sesungguhnya Allah hanya menerima qurban dari orang yang taqwa. Ritual Qurban yang kedua; ialah qurban Nabi Ibrahim mengorbankan putranya Nabi Ismail. Ritual kurban pertama, dilaksanakan oleh putera nabi Adam: 1. Atas perintah nabi Adam, untuk menentukan pilihan istri, 2. Sekaligus juga untuk membuktikan ketaqwaan kepada Allah. 3. Material yang diqurbankan sesuai apa hasil usaha yang dimiliki masing2. Sedangkan ritual qurban yang kedua; Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail: 1. Atas perintah langsung dari Allah, melalui mimpi يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" (As-Saffat 102) 2. Material yang dikurbankan adalah anak semata wayang. Dimana nabi Ismail yang akan diqurbankan menjawab ayahnya: يَـٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (As-Saffat 102) 3. Sama dengan ritual qurban yang pertama qurban Ibrahim dan Ismail ini juga sebagai ujian ketaqwaan, justru kepada kedua nabi Allah Ibrahim dan Ismail. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat (37) Ayat 102-108. (untuk memperpendek artikel) silahkan lihat di kitab Al-Qur’an. Giliran kita di zaman now, beberapa hari lagi akan melaksanakan qurban ritual ke tiga; dasarnya adalah: 1. Atas perintah Allah mengacu kepada surat Al-Kausar ayat 2, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." 2. Yang diqurbankan juga adalah harta diwujudkan hewan qurban, sapi, kambing, domba, unta. وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنۢ بَهِيمَةِ الْأَنْعٰمِ ۗ فَإِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ فَلَهُۥٓ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ "Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)," (QS. Al-Hajj 22: Ayat 34) 3. Tujuan berqurban juga sama dengan ritual qurban pertama dan kedua yaitu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah untuk menuju taqwa. لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ ۚ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 37) Semoga qurban yang kita laksanakan mendapat nilai yang terbaik disisi Allah swt. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 3 Dzulhijjah 1445 H. 10 Juni 2024

Thursday 6 June 2024

KECENDERUNGAN INSANI

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.251-06-2.2024 Tiga makhluk kasat mata hidup di alam semesta ini yaitu: Manusia, Hewan dan Tumbuh2an. Di dalam diri manusia terdapat ketiga sifat bawaan dari semua makhluk tersebut. Selain membawa sifat bawaan manusia itu sendiri, manusia juga bertumbuh seperti tumbuh2an. Sejak dari janin, bayi, anak2 jadi orang dewasa melalui pertumbuhan, namun pertumbuhan itu berbatas, sampai besar tertentu, sampai tinggi tertentu. Sulit dibayangkan kalau tumbuh itu tidak berbatas, berat badan terus bertambah, tubuh tinggi terus bertambah tinggi tak berhenti, keadaan demikian tidak normal malah jadi penyakit. Manusia juga mempunyai kecenderungan2 hewani yang bermacam-macam, yang bersumber dari insting-insting yang terdapat dalam dirinya. Manusia butuh kepada berbagai macam makanan dan minuman, mempunyai rasa lapar dan haus, merasa lezat dengan makan dan minum, merasa lezat dengan berbagai kelezatan seksual dan mencarinya, membutuhkan pakaian dan tempat tinggal, yang dengannya ia dapat menjaga dirinya dari panas dan dingin dan berbagai macam bahaya. Kebutuhan2 hidup manusia persis seperti hewan, hanya saja makanan, pakaian dan tempat tinggal hewan bersifat sederhana dan alami; sementara makanan, pakaian dan tempat tinggal manusia bermacam-macam dan kebanyakannya tidak alami. Dengan memanfaatkan pengalaman dan ilmunya, alam, manusia menciptakan berbagai macam jenis makanan, kuliner, pakaian dengan model dan mode, tempat tinggal, supaya lebih dapat memaksimalkan kelezatan darinya. Inilah yang dimaksud Allah: وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 70) Bukan saja berupa berbagai fasilitas yang istimewa diberikan Allah buat manusia, juga dalam hal paras, kelengkapan phisik dan indera manusia dilebihkan Allah dari dua makhluk kasat mata lainnya (hewan dan tumbuh2an) seperti ditegaskan Allah. لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS. At-Tin 95: Ayat 4) Akan tetapi, kecenderungan2 hewani tidak mengenal batas dan ingin memenuhi kebutuhan2nya secara bebas tanpa batas dan syarat. Jika kecenderungan2 hewani ini bebas lepas, ia akan merasuk ke diri manusia, maka akan menjerumuskan manusia ke dalam lembah kesengsaraan dan kehancuran. Ada diantara manusia ketika menjalani kehidupan, terkadang keluar dari koridor yang ditetapkan Allah, dalam pemenuhan hasrat seksual, tidak sedikit manusia telah keluar dari kebutuhan alaminya yaitu untuk melahirkan dan memperbanyak keturunan, sebagaimana halnya hewan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan seksual banyak yang telah berubah ke dalam bentuk pemujaan syahwat. Diikuti lagi seperti sifat rakus, memuja harta, memuja kesenangan, zalim dan tidak adil, permusuhan, agresif, merampas harta orang lain, mencuri, menghina, meremehkan, hasud, dendam, sombong, memuja kedudukan, membunuh dan puluhan sifat-sifat buruk lainnya yang bersumber dari sifat egois. Bila dilengkapi lagi dengan sifat2 hewani, maka manusia akan jatuh ke tempat yang seburuk2nya seperti disebutkan Allah: ثُمَّ رَدَدْنٰهُ أَسْفَلَ سٰفِلِينَ "kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya," (QS. At-Tin 95: Ayat 5) Semoga Allah membimbing kita semua agar senantiasa menjadi orang2 beriman dan mengerjakan kebajikan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 29 Dzulkaidah 1445 H. 6 Juni 2024

Tuesday 4 June 2024

MAKMUR setelah NIKAH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.250-06-1.2024 Ada beberapa penyebab karunia kemakmuran dan kebahagian yang diberikan Allah kepada manusia diantara melalui jalur menikah. Alkisah Abdurrahman bin Auf ra, salah seorang muhajirin sahabat utama nabi Muhammad saw. Di Madinah dipersaudarakan dengan Saad bin Ar-Rabi Al-Anshari. Ketika itu Saad Al-Anshari memiliki dua orang istri dan memang ia terkenal sangat kaya. Lantas ia menawarkan kepada Abdurrahman bin Auf untuk berbagi dalam istri dan harta. Artinya, salah satu istri Saad akan diceraikan lalu diserahkan kepada Abdurrahman setelah iddahnya, juga diberikan sejumlah harta. Abdurrahman bin Auf dengan sopan menolak, seraya berdo’a: بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِى أَهْلِكَ وَمَالِكَ ، دُلُّونِى عَلَى السُّوقِ “Semoga Allah memberkahimu dalam keluarga dan hartamu. Cukuplah tunjukkan kepadaku di manakah pasar.” Setelah diberitahukan lokasi pasar, Abdurrahman bin Auf bergegas ke pasar dan menanyai para pengunjung tentang kebutuhan mereka datang ke pasar. Mengetahui apa saja yang diperlukan oleh masyarakat guna membaca segmen pasar. Atas dasar survey pasar, Abdurrahman bin Auf simpulkan bahwa kebutuhan pasar yang tidak tercukupi saat itu adalah unta. Langkah berikut, Abdurrahman bin Auf mencari informasi siapa saja pemilik unta di Madinah yang bersedia menjual untanya, sebagai supplier. Abdurrahman bin Auf bernegoisasi untuk menjualkan unta-unta mereka. Para pemilik unta setuju untuk memberikan kesempatan para Abdurrahman bin Auf untuk menjualkan unta-unta mereka. Singkat cerita setelah semuanya siap; Abdurrahman bin Auf mulai berbisnis dengan menjualkan unta. Yang menarik adalah harga unta yang dijual tidak lebih dari harga yang ditetapkan oleh pemilik unta. berarti Abdurrahman bin Auf tidak mendapatkan keuntungan 1% pun dari penjualan unta. Lantas dari mana ia mendapatkan keuntungan? ternyata beberapa hari sebelumnya Abdurrahman bin Auf sudah membuat tali tambang dari pelepah kurma yang tidak terpakai. Dia menjual tali tambang itu kepada para pembeli untanya. Karena pembeli unta akan kesulitan menuntun unta yang dibelinya untuk membawa pulang bila tidak dilengkapi tali, beliau mendapatkan keuntungan dari penjualan tali tambang. Dengan demikian sesungguhnya pure bisnis Abdurrahman bin Auf hanya menjual tali untuk unta. Dalam status sebagai “produsen sekaligus penjual tali unta”, beliau berani menikah. Tersebutlah dalam kisahnya suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat pada Abdurrahman ada bekas warna kuning pada pakaiannya (bekas wewangian dari wanita yang biasa dipakai ketika pernikahan). Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas mengatakan, "Apa yang terjadi padamu wahai Abdurrahman?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, saya telah menikahi seorang wanita Anshar." Rasul shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, "Berapa mahar yang engkau berikan kepadanya?" (karena nabi tau keadaan ybs belum berharta). Abdurrahman menjawab, "Aku memberinya mahar emas sebesar sebuah kurma (sekitar lima dirham)." Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata ketika itu, أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ “Lakukanlah walimah walaupun dengan seekor kambing.” (HR. Bukhari, no. 2049, 3937 dan Muslim, no. 1427. Lihat Syarh Shahih Muslim, 7:193). Sekali lagi; karena nabi tau keadaan Abdurrahman bin Auf yang masih tidak berpunya, jadi berwalimah yang sederhana saja. Sahdan, setelah menikah Abdurrahman bin Auf menjadi terkenal di seluruh Madinah sebagai pebisnis Unta dan jaringan bisnisnya berlanjut kepada peternakan. Akhirnya singkat cerita Abdurrahman bin Auf menjadi saudagar kaya yang dermawan dalam perjuangan Islam. Abdurrahman bin Auf pada masa Nabi SAW bersedekah dengan setengah hartanya, yaitu 4 ribu dinar. Tidak lama kemudian ia bersedekah dengan 40 ribu dinar, selanjutnya ia bersedekah lagi dengan 40 ribu dinar. Jumlah ini sungguh besar di zamannya, yakni berkisar Rp 4,5 milyar. Tidak hanya itu, ia juga menyedekahkan 500 kuda untuk keperluan transportasi. Kemudian menambahkan 500 unta untuk berperang di jalan Allah. Kebanyakan harta yang dimiliki Abdurrahman bin Auf berasal dari perdagangan. Abdurrahman juga dijelaskan memerdekakan ribuan budak. Abdurrahman meninggalkan banyak harta setelah meninggal dunia, termasuk emas yang dipotong-potong dengan kapak sehingga membuat tangan orang-orang menjadi lelah. Emas yang sangat banyak itu, ia bagikan ke masyarakat yang luas. Sumber harta Abdurrahman, seperti yang yang telah disebutkan, berasal dari peternakan yang dia miliki. Dia memiliki 1.000 unta, 100 kuda, dan 3.000 domba yang digembalakan di Baqi'. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki sejumlah besar hewan ternak yang diurus dan dipelihara untuk mendapatkan keuntungan. Menikah sebagai salah satu cara mendapatkan rezeki dalam Islam. Sebagai contoh; Abdurrahman bin Auf yang awalnya hanya seorang penjual tali untuk unta, menjadi pengusaha besar setelah menikah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَأَنْكِحُوا الْأَيٰمٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِۦ ۗ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ "Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS. An-Nur 24: Ayat 32) Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, اِلْتَمِسُوا الغِنَى فِي النِّكَاحِ “Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Diriwayatkan dari Ibnu Jarir). Imam Al-Baghawi menyatakan pula bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu pula. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:533. Semoga kiranya, Allah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, yang belum menikah enteng jodohnya, segera menikah, yang sudah menikah SAMAWA, serta melimpah rezeki. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 26 Dzulkaidah 1445 H. 3 Juni 2024

Wednesday 29 May 2024

BANGUN – JATUH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.249-5.05.2024 Sambil nunggu panggilan menghadap dokter di RS kontrol rutin bulanan di suatu poli, kutulis artikel ini, agar waktu tunggu tak terasa panjang. Bocah belajar berjalan, sekitar usia antara 11-15 bulan diawali dari bangun, kadang jatuh. Selanjutnya bangun lagi dan jatuh, berulang-ulang. Baru lancar berjalan setelah beberapa kali bangun dan jatuh. Alhamdulillahnya anak manusia belajar berjalan seusia belasan bulan, jikapun jatuh, jaraknya tidak terlalu tinggi. Paling menyulitkan kalau sudah tua, lama menderita sakit misalnya, lalu belajar berjalan kembali, maka ya ampun jika jatuh demikian sakit, bisa jadi berakibat vatal, karena jaraknya tinggi. Tamsil “bangun dan jatuh”, ketika anak manusia masih bocah belajar berjalan ini, juga melekat kepada kehidupan manusia sepanjang hidup, meliputi; bergerak dibidang usaha, berkarier dalam pekerjaan, berprestasi dalam masyarakat, termasuk berkecimpung dibidang politik. Berbeda dengan hewan berkaki empat, begitu lahir beberapa saat kemudian dalam hitungan menit lalu dapat berdiri, lalu dapat berjalan. Hewan berkaki empat diciptakan tidak mengenal “bangun dan jatuh”, mereka hanya menjalani; lahir, bangun, berdiri berjalan, menjalani hidup sesuai kondisi alam dimana dia ditaqdirkan Allah hidup. Allah mengajak kita berpikir tentang kejadian hewan (berkaki empat) diantaranya tentang kejadian “Unta” اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ۝١٧ “Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan”? Unta diciptakan dengan kondisi tubuh yang mampu menghadapi kondisi alam dimana mereka diciptakan. Sedangkan manusia hidup penuh tantangan dan persaingan, serta permasalahan interaksi sesama manusia. Ketika berusaha, manusia harus bekerja keras, tidak seperti hewan tidak begitu keras usaha untuk bertahan hidup. Sebagian hewan dihidupkan Allah di lingkungan yang sudah tersedia matarantai makanan untuk mendukung kehidupanya, serta sesuai kondisi alamnya dimana mereka dihidupkan. Lain lagi dengan jenis hewan ungas, itupan beda ayam dengan burung. Ayam tak lama setelah menetas langsung turun dari sarangnya, diiring induknya mencari makan. Sedangkan burung, belum langsung terbang perlu waktu, makanannya masih harus disuapi ortu mereka. Sungguh bila di amati ayat2 kauniyah yang diperlihatkan Allah didunia ini demikian luar biasa, benarlah apa yang disebutkan Allah dalam Al-Kahfi 109: قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا "Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."" Masalah “bangun dan jatuh” buat anak manusia ketika belajar berjalan, juga merupakan ayat kauniyah, sebagai tamsil bagi manusia dalam menjalani hidup ini. Di artikel terbatas ini, ke ruang baca anda dibatasi hanya tentang manusia “bangun dan jatuh” dibidang usaha, adapun bidang lainnya tidak di bahas di artikel ini. Manusia dalam berusaha mengenal pasang surut dibidang apapun usaha itu digeluti. Untuk berusaha manusia memerlukan modal, tenaga, pikiran, teknik mensiasiti usaha, peralatan kerja serta pemasaran hasil produk. Faktor2 tsb. ada yang menyingkat dengan “6 M”. M pertama = “Modal” , M kedua “man” manusia atau tenaga kerja, M ketiga pemikiran = “manajeman”, M keempat teknik menyiasati usaha = “method”, M kelima “mesin” peralatan kerja, M keenam “marketing”, menjual hasil produk. Kadang ketika orang tengah asik menikmati kesuksesan usahanya melupakan “M” yang ketujuh yaitu; Memohon keberkahan, memohon keredhaan, memohon perlindungan Allah. Hal tersebutlah yang di sindir Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 32 sampai dengan 43. Di artikel ini agar tak terlalu panjang hanya di kutip 3 ayat yaitu saja: 35, 39 dan 42. Selebihnya mohon pembaca berkenan kiranya membuka dari kitabnya langsung. وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هٰذِهِۦٓ أَبَدًا "Dan dia memasuki kebunnya dengan sikap merugikan dirinya sendiri (karena angkuh); dia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya," (QS. Al-Kahf 18: Ayat 35) وَلَوْلَآ إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ إِنْ تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا "Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan "Masya Allah, la quwwata illa billah" (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 39) وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَآ أَنْفَقَ فِيهَا وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يٰلَيْتَنِى لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّىٓ أَحَدًا "Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (para-para) lalu dia berkata, "Betapa sekiranya dahulu aku tidak menyekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun."" (QS. Al-Kahf 18: Ayat 42) Tanpa “M” ketujuh tersebut, bukan sedikit petani yang gagal panen, pabrik yang gagal produksi, hasil produksi tak laku, kalah bersaing. Tidak sedikit terjadi seorang pengusaha yang bermodal sangat besar, mempunyai tenaga kerja yang ahli pada bidangnya, dikelola dengan baik melalui pemikiran dari orang2 yang berpengamalan, produk sangat dibutuhkan pasar, namun gulung tikar, lantaran tertipu. Tak jarang perusahaan menderita rugi kerena tidak sanggup memenuhi kontrak sehingga terkena penalty yang merugikan bukan saja berwujud materiil juga nama baik. Demikian sekedar renungan bagi kita dalam berusaha guna menjalani kehidupan sebagai manusia yang memang sudah dari sejak bocah mulai tertatih-tatih belajar berjalan di mulai dengan “Bangun dan Jatuh”. Semoga Allah senantiasa memberkati setiap usaha kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 21 Dzulkaidah 1445 H. 29 Mei 2024

Friday 24 May 2024

Rezeki FASIF dan Rezeki AKTIF

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.248-4.05.2024 Rezeki adalah kenikmatan, keberkahan, karunia yang diberikan Allah Swt pada hamba-Nya. Jenis rezeki, antara lain: Rezeki umum: segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. Seperti: rumah, harta, kesehatan, kendaraan, dan lain sebagainya yang didapatkan baik secara halal maupun haram. Rezeki bukan hanya berkaitan dengan harta dan materi. Namun, rezeki jauh lebih luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, termasuk waktu, kesehatan, kebijaksanaan, hubungan dengan sesama, dan banyak hal lainnya. Perkara rezeki, sesungguhnya dijamin Allah akan diberikan kepada semua makhluk وَمَا مِنْ دَآ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ "Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (QS. Hud 11: Ayat 6) Contoh; Ulat di dalam batu mendapat rezeki. Bagaimana ceritanya seeokar ulat kok berada dalam batu. Semulanya dia belum menjadi ulat, tentulah tadinya mahluk ini begitu halusnya, sehingga dapat masuk ke pori-pori kecil dari sebuah batu besar. Kebetulan di dalam batu besar itu ada rongga yang kemudian makhluk cikal bakal ulat itu dapat mukim. Sejak dari makhluk halus sampai menjadi ulat mendapatkan rezeki. Rezeki model ini adalah REZEKI FASIF atau rezeki yang dijamin oleh Allah. Tidak kecuali, semua makhluk yang bergerak dan yang tidak bergerak menerima rezeki pasif ini. Kenyataan setiap makhluk hidup didarat menerima oksigen sebagai rezeki yang diterimanya untuk bernafas. Semua mahluk di daratan dan dipermukaan lautan menikmati sinar Matahari. Selama masih belum dapat berkegiatan sendiri, manusia masih dikandungan ibu menerima rezeki fasif melalui ibu. Setelah lahir kedunia masih lemah, manusia juga menerima rezeki fasif dari susu ibu. Makan disuapi begitu besar sedikit, setelah mampu nyuap sendiri dstnya. Bila sudah dewasa sanggup mencari rezeki sendiri, untuk mendapat rezeki sudah harus mulai berusaha, tidak lagi hanya mengandalkan rezeki pasif. Dengan demikian manusia memperoleh dua jenis rezeki dianugrahkan Allah yaitu; rezeki PASIF dan rezeki AKTIF. Rezeki aktif, diperoleh manusia dengan ikhtiar, akan sejalan dengan usaha yang dilakukan. Mari kita simak 3 ayat dari surat An-Najm berikut ini tentang rizki aktif diberikan Allah setelah berusaha. وَأَنْ لَّيْسَ لِلْإِنْسٰنِ إِلَّا مَا سَعٰى "dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya," (QS. An-Najm 53: Ayat 39) وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرٰى "dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)," (QS. An-Najm 53: Ayat 40) ثُمَّ يُجْزٰىهُ الْجَزَآءَ الْأَوْفٰى "kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna," (QS. An-Najm 53: Ayat 41) Rezeki aktif untuk dapat menerimanya harus dengan usaha yang sungguh-sungguh. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai bidang kegiatan. Manusia diberikan kebebasan pula untuk meraih rezeki yang diterima secara aktif ini dengan upaya apa saja, boleh berlomba-lomba. Disinilah peran agama dan anturan undang-undang untuk memberikan batasan pencari rezeki aktif ini guna menentukan bagaimana memilih cara yang diperkenankan dan bagaimana yang tidak dibolehkan. Dalam pada itu manusia berpotensi FUJUR dan TAQWA (QS: 91 Asy-Syams ayat 8), dapat saja mencari rezeki dengan cara yang tidak halal, tetapi tak kurang juga banyaknya yang memilih jalan mencari rezeki yang halal. Perlu dipahami bagi orang yang beragama bahwa ikhtiar yang dilakukan disamping harus dengan cara halal, juga ada kadar yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t. jadi orang dengan lapangan usaha yang sama, ada yang sukses, sementara ada yang kurang sukses. Semua itu telah ditentukan kadarnya oleh Yang Maha Kuasa. Rezeki yang harus dicari secara aktif ini, telah diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat 45 Al Jatsiah ayat 22. وَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ "Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan." Selanjutnya tentang banyak sedikitnya rezeki yang kita peroleh: اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْأَاخِرَةِ إِلَّا مَتٰعٌ "Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat." (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 26). Semoga Allah senantiasa memberikan rezeki yang halalan, tayiban dan berkah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 16 Dzulkaidah 1445 H. 25 Mei 2024

Monday 20 May 2024

LALAT

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.247.05.2024 Jenis lalat sangat banyak tidak kurang dari 20 spesies, di negeri kita saja sekurangnya ada 7 jenis lalat: Lalat rumah, Lalat hijau, Lalat pasir, Lalat buah, Lalat limbah, Lalat daging, Lalat kuda. Hampir semua lalat ini keberadaannya merisaukan, sebagian besar penyebar penyakit. Bagaimanapun lalat adalah makhluk ciptaan Allah, dimana tak seorangpun manusia sanggup menciptakan makhluk serupa lalat. “ ………… إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُۥ …….” “………..Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya…………..” (potongan Al-Hajj ayat 73) Ambil saja lalat rumah (Musca dometica) berwarna abu-abu sampai hitam, dengan empat garis gelap memanjang di toraks, badan yang sedikit berambut, dan sepasang sayap membran. Lalat rumah memiliki mata berwarna merah yang terpisah lebih jauh dengan badannya. Lalat betina biasanya kawin hanya sekali dan menyimpan sperma untuk digunakan nanti. Lalat betina bertelur sekitar 100 butir (begitu kecil2nya telur itu) pada materi organik yang membusuk seperti sisa makanan, bangkai, atau feses. Telur segera menetas menjadi larva putih tanpa kaki, yang dikenal sebagai belatung. Setelah 2 hingga 5 hari perkembangan, belatung bermetamorfosis menjadi pupa berwarna coklat kemerahan, panjangnya sekitar 8 mm. Lalat dewasa biasanya hidup selama 2 hingga 4 minggu, tetapi dapat berhibernasi selama musim dingin. Lalat dewasa memakan berbagai zat cair atau semicair, serta benda padat yang telah dilunakkan oleh air liurnya. Lalat rumah mengontaminasi makanan, dan berkontribusi pada transfer penyakit yang ditularkan melalui makanan. Ukuran lalat rumah dewasa biasanya panjangnya 6 sampai 7 mm dengan lebar sayap 13 sampai 15 mm. Betina cenderung bersayap lebih besar daripada jantan, sementara jantan memiliki kaki yang relatif lebih panjang. Kepala lalat rumah sangat cembung di depan serta rata dan sedikit berbentuk kerucut di belakang. Sepasang mata majemuk besar hampir bersentuhan pada jantan, tetapi lebih terpisah pada betina. Lalat rumah memiliki tiga mata dan sepasang antena pendek. Kehebatan lalat memproses informasi visual sekitar tujuh kali lebih cepat daripada manusia, memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dan menghindari upaya untuk menangkap atau memukulnya, karena lalat secara efektif melihat gerakan manusia dalam gerakan lambat dengan laju fusi flicker yang lebih tinggi. Pokoknya begitu rumit tentang penciptaan Lalat ini, dari kakinya yang kita lihat sering di-gosok2kannya, mulutnya, alat cernanya dan seterusnya cukup banyak halaman kertas bila ditulis kajiannya. Ini semua menyadarkan kita betapa banyaknya ayat2 “Kauniyah” yang diturunkan Allah di muka bumi ini. Bab Lalat saja sudah luar biasa. Benarlah firman Allah di surat Al-Kahfi ayat 109. قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا "Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."" Mengenai Lalat ini terdapat peringatan Allah buat kita semua di surat Al-Hajj 73 يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُۥٓ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُۥ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَّا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ "Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah." Ayat ini mengingatkan: Bahwa manusia takkan sanggup menciptakan lalat (telah di ulas di awal tulisan), begitu ruwet dan rumit anatomi tubuhnya. Bahwa lalat yang demikian kecil itu punya kesanggupan untuk merampas harta manusia, melalui penyakit yang dia tebarkan. Bila terkena sakit tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan, kadang harus menjual harta benda untuk berobat. Tak jarang harta benda yang telah “dirampas” lalat itu kita tidak dapat merebutnya Kembali. Demikian renungan kita tentang LALAT, salah satu ciptaan Allah, semoga dapat menyadarkan diri ini, betapa lemahnya manusia terhadap kekuasaan Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 12 Dzulkaidah 1445 H. 20 Mei 2024

Sunday 12 May 2024

NYAMUK

Dirangkum: M. Syarif Arbi No: 1.246.05.2024 Begitu banyak permisalan diungkapkan Allah di dalam kitab suci Al-Qur’an guna memberikan petunjuk kepada manusia. Antara lain disebutkan dua hewan kecil yaitu nyamuk dan lalat. Demikian banyak jenis nyamuk ada di bumi ini, juga lalat pun beraneka macam. Kedua hewan kecil ini diciptakan Allah tidak sia2. Ayat2 kauniyah di alam terbentang menjadi sarana bagi orang2 yang beriman untuk selalu mengingat Allah dalam segala keadaan seperti terungkap dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala: الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيٰمًا وَقُعُودًا وَعَلٰى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بٰطِلًا سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (Ali 'Imran ayat 191) Terbatasnya ruang baca, di kesempatan ini dirangkumkan tulisan hanya tentang nyamuk tidak termasuk tentang lalat (disinggung di atas). Dalam kaitan “mengingat/memikirkan ciptaan Allah” khusus Nyamuk; seekor hewan kecil berkepala bulat, di kepala yang kecil itu terdapat otak dan dua mata majemuk yang dilapisi lensa kecil disebut ommatidia, ditambah mata fotosensitif, oselus, yang mendeteksi variasi cahaya. Mata nyamuk memiliki ratusan lensa kecil yang membantu nyamuk melakukan tugas diantaranya seperti menghisap darah. Begitu hebat ciptaan Allah, di tubuh kecil itu terpasang segala organ tubuh yang rumit dan ekstra kecil. Akan terlalu panjang tulisan ini jika diungkap juga bagaimana; dada nyamuk, perut nyamuk, kemampuan nyamuk memilih darah yang disukainya. Ternyata hanya nyamuk betina mengambil darah dari manusia dan hewan. Sedangkan nyamuk jantan hidup dengan konsumsi nectar tumbuhan. Nyamuk betina melalui tabung panjang seperti jarum yang disebut “belalai” menghisap darah. Belalai berisi enam jarum individu (ditutupi oleh sarung pelindung) dan berfungsi seperti pisau. Jarum ini memiliki ujung bergerigi yang tajam untuk memotong kulit agar darah tidak menggumpal sehingga nyamuk betina dapat mengambil darah sebanyak yang dapat ditampungnya. Darah digunakan nyamuk untuk menghasilkan telor meneruskan keturunan. Perihal nyamuk (betina) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ اللَّهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرًا وَيَهْدِى بِهِۦ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا الْفٰسِقِينَ "Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?" Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik," (Al-Baqarah ayat 26). Menurut ustadz yang mengajar terjemahan Al-Qur’an “perkata” bahwa di ayat 26 Al-Baqarah tersebut, nyamuk disebutkan dengan kata; “ba’uudatan” terjemahannya adalah nyamuk betina. Demikian hebatnya Al-Qur’an, ternyata memang nyamuk betinalah yang menyedot darah manusia dan menyebabkan berbagai penyakit, seperti: “malaria”, “demam berdarah” yang setiap tahun tidak sedikit memakan korban jiwa. Nyamuk yang demikian kecil itu sanggup menguras harta kekayaan manusia, mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk obat2an dan perawatan. Benar sekali pernyataan ayat 26 Al-Baqarah ini, bahwa dengan Allah ciptakan nyamuk, banyak sekali orang dapat diberi petunjuk selain makin kuat imannya juga diberi petunjuk untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang medis. Ditemukan upaya2 untuk menanggulangi penyakit2 yang ditimbulkan gigitan nyamuk berupa obat2an. Ditemukan ikhtiar menghindari berkembang biaknya nyamuk penyebar penyakit. Dalam pada itu orang2 yang tidak beriman kepada Allah akan melihat perumpamaan penciptaan nyamuk malah bertanya: فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ اللَّهُ بِهٰذَا مَثَلً…………….ا ………….” berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?" Semoga kita semua menjadi hamba2 Allah yang sanggup membaca seluruh permisalan yang diciptakan Allah, menjadikan makin bertambah kuat iman dan taqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 4 Dzulkaidah 1445 H. 12 Mei 2024

Monday 6 May 2024

RIWAYAT-MU TELEVISI

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.245.05.2024 Sudah cukup lama TV ditemukan manusia, tahun 1884; ditemukan oleh Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa berusia 23 tahun di Jerman. Di negeri kita ini siaran pertama TV, 17 Agustus 1962 menyiarkan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 17. Pemirsa baru terbatas penduduk Jakarta dan sekitarnya. Diriku ketika itu baru tamat SR (Sekolah Rakyat, sekarang SD) di kampung kelahiranku, sama sekali kala itu belum punya bayangan seperti apa itu TV, radio saja belum banyak rumah yang punya. 17 Februari 1938, pertama kali didemonstrasikan TV berwarna di Ingrris oleh John Logie Baird, seorang penemu Skotlandia yang dikenal sebagai "Bapak Televisi". Baird sebelumnya telah membuat sejarah dengan melakukan siaran televisi pertama di dunia pada tahun 1925. Kehadiran siaran televisi berwarna di Indonesia, mulai sejak 1977, secara penuh siaran berwarna pada semua siaran TVRI sejak 1 September 1979. Riwayat TV berjalan terus, di Indonesia siaran televisi di wilayah NKRI dari sistem analog ke sistem digital mulai 2 November 2022. Bahwa sebetulnya siaran televisi yang pertama kali telah terjadi didunia ini telah ada 1.263 tahun sebelum ditemukan oleh Paul Gottlieb Nipkow tahun 1884. Pada tahun 621M. Pertama kali terjadi siaran televisi diperuntukkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Usai perjalanan Isra’ Mir’aj; dimana saat itu Rasulullah berusia 51 tahun. Atau jika dalam kalender masehi, terjadi pada tahun 621. Rasulullah saw sampai di Makkah menjelang waktu subuh. Diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra' ayat 1: سُبْحٰنَ الَّذِىٓ أَسْرٰى بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِى بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ "Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." Pagi sepulang Isra’ Mi’raj itu, Abu Jahal berjumpa Rasulullah. Dengan nada mengejek, Abu Jahal bertanya, “Apakah ada berita yang ajaib, Muhammad?!” “Iya,” Jawab Rasulullah. “Apa itu,” tanya Abu Jahal penasaran. “Aku telah di-isra’kan tadi malam,” jawab Rasulullah. “Ke mana?” tanya Abu Jahal. “Ke Baitul Maqdis,” jawab Rasulullah. “Loo……looo…. kok, sepagi ini sudah berada di sini?” tanya Abu Jahal semakin penasaran. Bagaimana mungkin perjalanan sejauh itu ditempuh hanya dalam satu malam. “’Iya,” jawab Rasulullah. Abu Jahal tidak mengingkari apa yang diucapkan Rasulullah. Jika diingkarinya, ia khawatir Rasulullah akan ogah bercerita lagi. Justru ini kesempatan baginya untuk mempermalukan Rasulullah di depan kaumnya. “Kalau Muhammad menceritakan kisah tidak masuk akal ini pada masyarakat, pasti banyak yang tidak percaya,” pikir Abu Jahal. “Wahai Muhammad! Bagaimana menurutmu, jika aku undang kaummu? Apakah kamu bersedia untuk menceritakan pada mereka tentang apa yang kau ceritakan padaku tadi?” Tawar Abu Jahal. “Ya, saya mau,” jawab Rasulullah. Abu Jahal berpendapat di alam angannya, bahwa pengikut Muhammad, yang tadinya sudah beriman tidak akan mempercayainya lagi, lantaran kisah yang sangat-sangat tak masuk akal ini. Singkat cerita, orang-orang berdatangan mendengar seruan Abu Jahal tadi. “Wahai Muhammad! Ceritakan pada kaummu, apa yang baru saja kau ceritakan padaku,” desak Abu Jahal. Rasulullah pun mulai bercerita, “Sesungguhnya tadi malam saya telah di-isra’kan.” “Ke mana?” orang-orang penasaran. “Ke Baitul Maqdis.” “Lalu, sepagi ini engkau sudah berada di tengah-tengah kami?” “Iya, benar.” Mendengar keganjilan itu, orang-orang mulai gaduh. Tampaknya rencana Abu Jahal mulai berhasil. Sebentar lagi kaumnya tidak mempercayainya lagi. Salah seorang dari mereka yang bernama Muth’im bin ‘Adi berkata, “Wahai Muhammad! Sebelum ini, semua ceritamu biasa-biasa saja. Tapi sekarang tidak lagi,” ungkap Muth’im mengungkapkan keraguannya. “Saya bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu itu bohong dan memang dasar pembohong. Kami saja pergi ke Baitul Maqdis dengan mengendarai unta butuh waktu satu bulan baru sampai. Apa mungkin kamu bisa sampai Baitul Maqdis hanya dalam satu malam?! Demi Latta dan Uzza, kami tidak mempercayainya!” lanjut Muth’im berusaha memprovokasi masyarakat. Selanjutnya mereka menguji Rasulullah untuk menceritakan bentuk detail Baitul Maqdis (mereka mengetahui bahwa Rasulullah belum pernah ke Baitul Maqdis). Rasulullah menuruti permintaan kaumnya dan menjelaskan dengan detail bentuk Baitul Maqdis seperti apa; arsitekturnya, jaraknya dari gunung, dan hal-hal lainnya. Namun sesaat beliau terhenti tidak dapat menyebutkan berapa jumlah pintu Baitul Maqdis. Atas kuasa Allah, Nabi Muhammad diperlihatkan gambar Baitul Maqdis dengan mengirimkan gambar Baitul Maqdis tersebut dari berbagai arah, LAYAKNYA SIARAN TELEVISI BERWARNA sekarang, sehingga dengan mudah Nabi Muhammad menghitung jumlah pintu2 Baitul Maqdis itu. Atas peristiwa itu dimana Nabi Muhammad dapat menerangkan lengkap tidak meleset sedikit pun. Banyak diantara mereka semakin kufur, tidak percaya, semuanya dianggap sihir. Peristiwa ini juga menjadi ujian keimanan bagi orang muslim; mereka yang tulus beriman, semakin bertambah keimanannya. Sekedar ilustrasi diriku tahun 2022 di bulan Juni tgl 22-25 pernah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis), tapi terus terang tak dapat menghitung jumlah pintunya. Untung kuberhasil meminta “peta denah kompleks masjidil Aqsha” dari petugas, jadi dapat mengetahui semua pintu2 gerbang masuk kompleks masjidil Aqsha. Ketika masuk ke lokasi “Dome of the Rock”, ada naik tangga, lalu menyusuri jalan mendatar selanjutnya turun tangga menuju masjid Qibli tempat shalat berjamaah. Pernah tangganya kuhitung, karena tidak dicatat kini lupa lagi. Betapa mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada Nabi-Nya sanggup menceritakan detail Baitul Maqdis, padahal tak membawa catatan. Para penemu; dapat diduga mereka menjadikan peristiwa Isra’Mi’raj menjadi inspirasi menemukan pesawat terbang, kini tidak mustahil lagi perjalanan dari Makkah ke Masjidil Aqsha dalam tempo hanya beberapa jam dengan pesawat terbang (jarak Makkah ke Aqsha 1.477,1 KM). Begitu juga gambar Baitul Maqdis dikirim Allah, menginspirasi penemuan bahwa gambar dapat dikirim dari tempat yang jauh, ditemukanlah televisi. Alhamdulillah kini kita dapat saksikan pertandingan sepak bola di belahan dunia lain, padahal disana siang hari, sedangkan kita disini larut malam. Bukan mustahil disuatu saat nanti ditemukan teknologi TV tidak saja berwarna tapi juga dapat mengirimkan “aroma”, sehingga tayangan orang makan Duren di Medan dapat tercium di siaran televisi. Semoga Allah terus menerus memberikan inspirasi yang lebih bermanfaat lagi berupa penemuan untuk kemaslahatan kehidupan manusia. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 27 Syawal 1445 H. 7 Mei 2024

Tuesday 23 April 2024

TAFSIR & KEPENTINGAN

Oleh: M. Syarif Arbi. No: 1.244.04-10.2024 Sekitar tahun 70an listrik untuk penerangan rumah, jangankan di desa, di kota besar saja di pinggiran kotanya rumah2 penduduk masih diterangi lampu templok (nempel di dinding energi minyak tanah). Sesekali diawal malam, pakai lampu Strongking atau Petromak. Bila lampunya meredup, padahal minyaknya masih cukup, tandanya tu lampu kurang angin di tengkinya. Lampu diturunkan dari gantungan untuk di pompa. Jika dipompa di gantungan, resiko bergetar khawatir kaos lampunya sobek karena terbuat dari bahan yang gampang rontok. Setelah lampu turun di lantai barulah di pompa dengan posisi menjengking. Sering ku plesetkan lampu “strom – king” karena di stroom sambil menjengking. Di Era “strom king” seorang pemuda perantau mengontrak rumah di pinggiran kota sebutlah kota besar ke 2 di Indonesia, selama 4 tahun. Ketika itu “uang masih besar”, nilai kontrak Rp 20 ribu untuk empat tahun atau Rp 5 ribu setahun. Dapat 17 bulan kontrak dijalani ada program LMD (listrik masuk desa). Si pemuda menghubungi pemilik rumah, minta izin memasukkan listrik atas biaya sendiri. Al kisah listrikpun menyala, nyetel TV tidak usah pake AKI lagi, tetanggapun senang dapat ikutan nonton TV, termasuk pemilik rumah yang sekaligus merupakan tetangga. Kurang lebih 2 bulan menikmati listrik, pemilik abis nonton TV (waktu itu TV belum siaran semalam suntuk), minta waktu untuk ngomong. Setelah berbasa basi sejenak tentang kenikmatan listrik, inti pembicaraan; pemilik rumah minta agar si pemuda membayar lagi tambahan harga kontrak yang tersisa 2 tahun. Argumentasi pemilik rumah: “Nilai harga kontrak rumah yang sudah ada listriknya, lebih tinggi dari nilai rumah yang belum ada aliran listriknya”. Pemuda pengontrak merasakan apa yang dikemukakan oleh pemilik rumah; adalah tidak adil karena: 1. Pemasangan listrik sudah atas persetujuan pemilik rumah, tanpa syarat kalau nanti rumah sudah berlistrik harga kontrak akan naik. 2. Biaya pemasangan listrik ditanggung oleh si pemuda pengontrak. Selanjutnya si pemuda pengontrak berpendapat: Pertama; “seharusnya waktu kontraklah yang diperpanjang secara proporsional dengan biaya yang dikeluarkan untuk memasukkan listrik”. Namun pihak si pemuda sengaja tidak mengajukan syarat tersebut ketika minta izin. Menganggap sudahlah…….. kan untuk kenyamanan sendiri. Tak repot lagi ngurus “lampu templok” dan “Pelita”. Tak usah disibukkan ngecas Aki untuk nonton TV. Kedua; “kalaulah ingin menaikkan tarif kontrak, hendaknya diberlakukan masa kontrak yang akan datang setelah habis masa kontrak 4 tahun,…….. bolehlah diberlakukan tarif rumah yang sudah berlistrik”. Perbedaan penafsiran ini, tak putus oleh dua pihak yang berbeda tafsir ini, maka dibawalah persoalan ke ketua RT setempat. Keputusan ketua RT, sependapat dengan pemilik rumah kontrakan, sambil mengungkapkan data beberapa rumah di wilayahnya dengan kondisi ada penerangan listrik yang setara luasnya dengan rumah yang di kontrak si pemuda; harga kontraknya lebih tinggi. Kebenaran di dunia ini sangat amat tergantung dari siapa yang menafsirkan dipengaruhi kepentingan pihak penafsir. Pengaruh keakraban si pemilik kontrakan yang belakangan diketahui masih kerabat dekat ketua RT, ikut menentukan kemana ketua RT berpihak. Sedangkan si pemuda pengontrak adalah pendatang, perantau yang se waktu2 akan pindah. Kebenaran di dunia ini nisbi, kadang dapat diputar balik “yang benar bisa saja jadi dipersalahkan, sebaliknya yang salah bisa saja dibenarkan”. Makanya Allah mengingatkan janganlah menentukan kebenaran hanya lantaran memperturutkan hawa nafsu, tidak mengikuti petunjuk Allah, berakibat akan binasalah langit dan bumi ini serta semua isinya. Surat Al-Mu'minun (23) Ayat 71: وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَـٰهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. Setiap diri mau tidak mau dalam hidup ini sering dihadapkan kepada masalah, semoga ketika menafsirkan sesuatu kasus yang dihadapi, kita senantiasa dalam petunjuk Allah, tidak berkiblat kepada hawa nafsu, agar tidak terkena ancaman Allah tsb. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Syawal 1445 H. 24 April 2024.

Sunday 21 April 2024

MENGADILI KECURANGAN

Oleh: M. Syarif Arbi. No: 1.243.04-9.2024 Ketika artikel ini kutulis, akan diumumkan keputusan sidang perkara dua pihak; dimana salah satu pihak menggugat pihak lain “curang”, sedang pihak yang digugat, tentu membantah pihaknya sama sekali tidak melakukan “kecurangan”. Di Zaman Rasulullah Muhammad ﷺ pernah mengadili perkara kecurangan di Madinah, atas perkara dua orang mencurangi wasiat dari seorang niagawan yang meninggal dalam perjalanan bisnis. Niagawan "Budail bin Abu Maryam" dari bani Sahm, dengan dua orang beragama bukan Islam. "Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada". Mereka pergi berniaga ber-sama2 menuju Syam. Dalam perjalanan bisnis dari Madinah ke Syam itu, Budail menderita sakit, lalu dia menulis surat wasiat dan ia memasukkan surat itu ke dalam barang-barang dagangannya. Kepada dua orang tadi, Budail berwasiat agar menyampaikan barang dagangannya kepada keluarganya. Budail pun meninggal dunia dalam perjalanan. Budail berwasiat ketika terasa akan kedatangan maut, ter-abadi-kan peristiwa ini, bahkan menjadi sebab turunnya ayat 106 surat Al-Maidah. يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا شَهَا دَةُ بَيْنِكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْـنٰنِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ اَوْ اٰخَرَا نِ مِنْ غَيْـرِكُمْ اِنْ اَنْـتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَ رْضِ فَاَ صَا بَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ الْمَوْتِ ۗ تَحْبِسُوْنَهُمَا مِنْۢ بَعْدِ الصَّلٰوةِ فَيُقْسِمٰنِ بِا للّٰهِ اِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا وَّلَوْ كَا نَ ذَا قُرْبٰى ۙ وَلَا نَـكْتُمُ شَهَا دَةَ ۙ اللّٰهِ اِنَّاۤ اِذًا لَّمِنَ الْاٰ ثِمِيْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang (di antara) kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan (agama) dengan kamu. Jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian, hendaklah kamu tahan kedua saksi itu setelah shalat, agar keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu, Demi Allah kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini, walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah; sesungguhnya jika demikian tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa." Sebelum barang diterima oleh keluarga Budail, dua orang berlainan agama tadi membuka ikatan barang-barang tsb. dan mengambil Sebagian dari barang titipan Budail. Setelah itu dibungkus kembali dan diserahkan kepada keluarga Budail. Keluarga Budail terkejut ketika bungkusan dibuka, jumlah barang tidak sesuai dengan daftar barang2 di dalam surat yang ditulis Budail, yang diletakkan di dalam bungkusan tanpa diketahui oleh kawan Budail yang dititipi tadi. Dua orang kawan Budail tadi tidak mengakui dan berdalih tidak mengetahui barang dalam bungkusan itu berkurang. Untuk menyelesaikan kasus tsb. keluarga Budail mengadu kepada Rasulullah ﷺ. (referensi; tafsir Al-Azhar Prof. Dr. Hamka Juzu 7 hal 78-84). Perkarapun digelar, pengadilan dipimpin Rasulullah ﷺ di dalam masjid sesudah shalat Ashar dengan mendengarkan tuntutan keluarga Budail dan kesaksian dua orang penerima amanah. Dibawah sumpah setelah mereka sembahyang menurut agamanya, kedua pembawa amanah menyangkal telah menggelapkan sebuah peti kecil yang dituntut keluarga Budail. Nabi Muhammad ﷺ memutuskan perkara, beliau percaya dan berpegang teguh akan sumpah dan saksi. Dua orang beragama lain teman seperjalanan niaga, almarhum Budail dalam kesaksian dibawah sumpah menurut agama mereka dalam sidang. Nabi Muhammad ﷺ memutuskan tuntutan keluarga Budail tidak dikabulkan, karena tidak cukup bukti, keputusan atas dasar kesaksian DIBAWAH SUMPAH pemegang AMANAH. Setelah beberapa lama, ditemukan Peti itu di pemilik terakhir di Makkah, mengaku membelinya dari "Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada", seharga 1.000 dirham. Atas dasar fakta baru itu keluarga Budail melaporkan kepada Rasulullah. Ketika ditanyakan Rasulullah kepada kedua penerima amanah, mereka menjelaskan bahwa betul mereka menjual peti itu, tetapi peti itu sudah dibelinya dari Budail sebelum meninggal. Makapun tak ada alasan untuk memenuhi tuntutan keluarga Budail. Dikabarkan akhir hidup pemegang amanah masuk Islam, pada th ke 9 setelah penaklukan Makkah. Uang hasil penjualan peti perak bersalut emas itu secara sukarela diserahkan kepada ahli waris melalui mediator 'Amr bin 'Ash. Mereka masuk Islam karena kagum atas keadilan penegakan system hukum Islam yang: * menghormati pengakuan kesaksian dibawah sumpah (walau sumpah menurut agama lain). * Setelah ada bukti baru, tetap percaya pengakuan, karena sudah dibawah SUMPAH. Demikian pengadilan Rasulullah Muhammad ﷺ menghargai SUMPAH dan kesaksian, ternyata dikemudian hari diketahui bahwa “kecurangan” itu benar adanya. Dalam kaidah agama Islam kedudukan SUMPAH dalam kesaksian begitu sangat penting. Lantaran sumpah, seorang tertuduh dapat terhindar terlaksananya suatu sanksi hukum. Merifer pada Al-Qur’an surat An-Nur ayat 6 sampai ayat 9 tuduhan perzinaanpun dapat batal karena sumpah. Begitu penting di dalam agama Islam Nilai SUMPAH dalam KESAKSIAN disuatu penyelesaian peradilan. Bagi yang memberikan kesaksian palsu di bawah sumpah diancam dengan laknat Allah (Al- Qur’an surat An Nur 6 sampai 9). Do’a kita selalu; semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada para hakim2, sehingga dapat memutuskan se-adil2nya. Juga kita do’akan semoga semua pihak berserah diri kepada Allah, dengan berkeyakinan bahwa kebenaran, cepat atau lambat akan tetap berada diatas kebhatilan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Syawal 1445 H. 22 April 2024

SUDUT PANDANG

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.242.04-8.2024 Perbedaan pendapat, biasanya terjadi karena perbedaan "sudut pandang". Secara kodrati manusia terlahir berbeda, termasuk berbeda memandang sesuatu...... Justru menusia berbeda membuktikan kekuasaan Allah Maha Pencipta. Manusia yang pernah hidup di dunia ini, entah sudah berapa milyar, dan sampai hari kiamat nanti akan hidup berapa milyar lagi. Sejak Nabi Adam???, sampai orang terakhir, tiap individu memiliki identias sendiri, tidak satupun yang sama, kendati terlahir kembar identik. Manusia satu berbeda dengan manusia lain. Identitas diri membedakan setiap individu yang paling utama, adalah"sidik jari". Fakta bahwa Sidik Jari tidak berubah dan dapat digunakan sebagai identitas seseorang baru diketahui pada akhir abad ke -19. Ternyata bahwa tiap individu berbeda “sidik jari”-nya, tidak ada dua orang atau lebih yang sama “sidik jari”nya. Sebelumnya, “sidik jari”, hanya dilihat sebagai guratan-guratan tanpa arti apa2, padahal Allah menyatakan dalam surat Al-Qiyamah ayat 4 sebagai berikut: بَلٰى قٰدِ رِينَ عَلٰىٓ أَنْ نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ "(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna." Dengan menyadari bahwa sejatinya antar individu tidak sama alias berbeda, maka sangat dimaklumi bahwa terjadilah pengelompokan manusia berdasarkan perbedaan sudut pandang. Sekelompok orang yang memiliki sudut pandang yang mirip2 atau hampir sama (sama persis tidaklah mungkin) bergabunglah dalam kelompok tertentu. Dalam hal kesamaan sudut pandang itu di bidang keyakinan spiritual mengelompok dalam suatu agama. Orang2 yang bersudut pandang yang sama dalam paham mengatur kehidupan masyarakat, pemerintahan, terbentuklah organisasi politik. Demikian seterusnya orang2 yang mempunyai sudut pandang bahwa dirinya cocok untuk bidang usaha/pekerjaaan tertentu, kita saksikan dalam masyarakat berbagai bidang keahlian dan profesi. Bahwa karena perbedaan sudut pandang, banyak terjadi sampai suatu masalah dibawa ke pengadilan. Dimana masing2 pihak yang berbeda sudut pandang menyerahkan penentuan sudut pandang siapakah yang benar, melalui keputusan pengadilan. Dalam rumah-tangga, suami istri saja kadang terjadi perbedaan sudut pandang. Jika perbedaan sudut pandang itu meruncing bukan mustahil terjadi perselisihan. Dalam skala kecil, suami-istri saja apabila terjadi sengketa Allah memberikan petunjuk penyelesaiannya melalui surat An-Nisa ayat 35 sebagai berikut: وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ اَهْلِهٖ وَحَكَمًا مِّنْ اَهْلِهَا ۚ اِنْ يُّرِيْدَآ اِصْلَاحًا يُّوَفِّقِ اللّٰهُ بَيْنَهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا “Jika kamu khawatir terjadi persengketaan di antara keduanya, utuslah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya bermaksud melakukan islah (perdamaian), niscaya Allah memberi taufik kepada keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”. Apalagi dalam skala besar, perbedaan sudut pandang antara dua kubu dalam sengketa PEMILU, maka sudah benar jalan yang di tempuh melalui pengadilan. Di pengadilan, bila mendengarkan argumentasi dari para pihak yang berbeda sudut pandang itu, masing2 pihak menyatakan bahwa sudut pandang merekalah yang paling benar. Begitu besar peran para hakim, agar dapat memberikan keputusan yang se-adil2nya. Ditegaskan di ayat di atas bahwa jika para hakim bermaksud melakukan islah nicaya Allah memberikan taufik. Sungguh mulia tugas hakim, namun berisiko tinggi karena hakim menurut Rasulullah Muhammad terbagi menjadi tiga kategori, sebagaimana dalam Hadits : عن بريدة قال قال رسول الله صلئ الله عليه وسلم قال : القضاة ثلاثة اثنان في النار وواحد في الجنة . رجل عرف الحق فقضي به فهو في الجنة . ورجل عرف الحق فلم يقض به وجار في الحكم فهو في النار ورجل لم يعرف الحق فقضي للناس علي جهل فهو في النار “Dari Buraidah r.a. menceritakan Rasulullah SAW bersabda: ada tiga golongan hakim, dua dari padanya akan masuk neraka dan yang satu akan masuk surga, yaitu (yang pertama) hakim yang mengetahui mana yang benar lalu memutuskan hukuman dengannya, maka ia akan masuk surga, (yang kedua) hakim yang mengetahui kebenaran, tapi ia tidak menjatuhkan hukuman atas kebenaran tersebut, maka ia akan masuk neraka, (yang ketiga) hakim yang tidak mengetahui kebenaran, lalu ia menjatuhkan hukuman atas dasar kebodohannya, maka ia masuk neraka”. (H.R. Imam Empat yang dinyatakan shohih oleh Al-Hakim). Semogalah para hakim yang sedang diuji untuk memutus perkara PEMILU yang sedang berlangsung, diberikan Allah taufik, sehingga berhasil menjadi hakim2 dalam kelompok pertama dalam hadits dikutip di atas. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 12 Syawal 1445 H. 21 April 2024

Friday 19 April 2024

GELISAH

Oleh : M. Syarif Arbi No: 1.241.04-7.2024 Diriku belum memperoleh data rinci sejak usia berapa anak manusia mulai merasakan apa yang dinamakan “gelisah”. Cucuku ketika umur delapan tahunan dulu, pernah bilang bahwa dianya pernah susah tidur. Menjawab pertanyaanku penyebab dia jadi susah tidur dia manjawab: “teringat yang lalu2 datuk !!!”. Kesimpulan sementaraku bahwa “gelisah” itu dapat saja datang dini buat anak manusia, tidak nunggu usia dewasa. Hanya saja hal yang membuat gelisah itu berbeda dengan orang dewasa. Mungkin saja bila anak2 dibawah 10 an tahun pemicu kegelisahan bila: 1. Terlalu banyak dibebani PR, dibebani les macam2 ketrampilan. 2. Bagi anak pada keluarga kurang mampu harus membantu orang tua mencari nafkah, atau membantu pekerjaan rumah tanggga. Orang dewasa persoalan yang menyebabkan “gelisah” semakin kompleks, mulai dari persoalan perekonomian, keharmonisan rumah tangga, interaksi dengan masyarakat, dan banyak lagi faktor penyebabnya. Pikiran gelisah berpotensi dialami siapa saja. Sepanjang jiwanya masih sehat, pokoknya semua kelompok manusia berpeluang alami gelisah. اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh". (Q.S. Al-Ma'arij ayat 19) Namun, karena begitu besarnya kasih sayang Allah terhadap manusia, disamping diberikan-Nya sifat gelisah, namun juga disediakan-Nya pula OBAT penangkal gelisah. Mari kita lihat OBAT penangkal gelisah yang diajarkan Allah melalui Al-Qur'an surat Ar-Ra'ad ayat 28. Selanjutnya kita terapi ke-gelisah-an di diri kita masing2. اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ; ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". Ini obat gelisah resep dari Allah pencipta manusia. Allah mengerti betul akan manusia ciptaanNya. Dengan menggunakan obat berdzikir, Insya Allah ke-GELISAH- an akan berakhir. اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ (Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram). Obat ini tentunya dapat digunakan oleh orang dewasa dimana di dirinya masih terdapat seberkas iman. Bagaimana jika kegelisahan diderita anak2. Untuk case “1” bagi orang tua masih punya anak2 utamanya yang masih dibawah umur dewasa, harus memantau kondisi anaknya, tidak usah dibebani sesuatu yang sekiranya terlalu berat. Untuk case “2” disinilah diharapkan peran serta pihak berwenang untuk mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan kehidupan seluruh anak bangsa. Mari dipraktekkan OBAT ini, bila GELISAH pikiran menghampiri anda. Semoga berhasil. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Syawal 1445 H. 19 April 2024

Sunday 14 April 2024

Hasil puasa HEWAN dan MANUSIA

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.240.04-6.2024 Berbicara puasa, Allah informasikan kepada kita bahwa umat terdahulu juga berpuasa. “……………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………..” “……….. sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu………..” Kenyataannya sampai sekarang dapat disaksikan umat agama lain juga berpuasa, dengan tata cara yang berbeda dengan umat Islam. Hewan juga berpuasa diantaranya di artikel ini diangkat puasa Ular, Ayam, Ulat dan Elang. Semua puasa hewan2 tersebut memperoleh hasil. Puasa ular hasilnya berganti kulit baru. Puasa ayam hasilnya datangnya generasi baru ayam. Puasa Ulat hasilnya dari menjijikkan jadi indah menyenangkan. Puasa Elang hasilnya bertambah kuat dan gesit dengan tenaga baru. Seyogianya puasa manusia menjadikan meningkatnya ketaqwaan, dengan kematengan spiritual dan kepekaan sosial……..“لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ”…….. Ular; juga berpuasa. Hasil yang diperoleh ular setelah berpuasa, tubuh ular menjadi lebih panjang dan besar, kulit berganti baru lebih mulus. Ular berpuasa untuk tidak makan dan minum selama 21 hari. Ayam kampung; berpuasa dalam pengeraman telor. Ayam betina dewasa bertelor sampai hari ke (13, 15 ada juga sampai hari ke 20). Telor, selanjutnya dierami selama 21 hari. Kurun waktu pengeraman, ayam berpuasa dengan tidak makan dan minum. Dengan puasa itu keluarlah energi panas dari tubuhnya yang beguna menghangatkan telor sehingga stabil agar menetas. Pada hari ke 13 ayam baru keluar dari sarang untuk menstabilkan tubuh. Berbuka puasa sejenak, minum sekedarnya. Saat keluar itu ayam betina tidak tergiur walau dirayu ayam jantan mengajak melepas rindunya untuk bersenang-senang. Ayam betina kemudian melanjutkan proses pengeramannya tanpa makan dan minum hingga hari ke 21 (sampai telor-telor menetas). Hasil puasa Ayam betina, merubah telor menjadi anak ayam penerus generasi. Burung Elang juga berpuasa. Seekor elang yang berumur 40 tahun, untuk bertahan hidup dan memperpanjang umur, dengan berpuasa. Untuk melakukan ritual puasa, Elang terbang jauh ke hutan atau gua dan menetap di sana untuk sementara waktu. Elang mencabut seluruh bulunya dan mencabut semua cakarnya, dengan paruhnya. Elang juga mengketok-ketok batu untuk melepaskan paruhnya. Setelah semua terlepas, Elang berlindung di satu tempat dan bertahan tidak makan dan minum selama 150 hari. Usai puasa tubuh elang berubah. Bulu-bulu dan cakar-cakarnya tumbuh kembali. Bagian tubuh menjadi baru semua. Elang kemudian bisa terbang dalam kondisi tua, tetapi seakan menggunakan mesin terbang yang baru. Elang memiliki kekuatan dan semangat baru dan punya kesempatan untuk hidup 30 tahun lagi. Ulat juga berpuasa. Ulat ber-metamorphosis, semula dari telor kupu2 nempel di daun. Di dedaunan tempat menempel, daun dimakan selama berhari-hari. Setelah membesar, ulat berhenti makan, ulat membuat kepompong dari air liurnya. Selanjutnya ulat dalam kepompong “berpuasa” 15 sampai 20 hari menggantung di ranting atau daun. Hasil puasa itu, ulat berubah sangat drastis, dari hewan yang menjijikkan menjadi hewan indah menawan. Illustrasi di atas sebagai tahapan puasa hewan. Perintah puasa kepada manusia, diwajibkan Allah dalam bentuk ayat “kauliyah” (termaktub di Al-Baqarah 183). Dalam pada itu untuk membuka pemikiran manusia, Allah juga menunjukkannya melalui ayat kauniyah. Hewan-hewan dicontohkan di atas untuk menyadarkan manusia betapa setiap perintah Allah sedikit pun tidak ada yang sia-sia. Ular berpuasa selama 21 hari, hasilnya jadi lebih besar, lebih panjang dan kulit berganti. Akan lebih cekatan lagi dengan profesinya sebagai pemangsa. Ayam berpuasa juga sekitar 21 hari, menghasilkan generasi baru penerus kehidupan, untuk memberikan kontribusi bagi kemaslahatan umat manusia. Elang berpuasa selama 5 bulan (150) hari hasilnya menambah kekuatan dan memperpanjang umur, mengganti organ tubuh yang sudah soak. Dengan begitu akan lebih gesit ketika menyambar mangsa. Ulat berpuasa 15 sampai 20 hari, merubah diri, dari hewan menjijikkan menjadi hewan yang indah dipandang mata. Manusia berpuasa lebih lama dari Ayam, lebih lama dari Ular dan lebih lama dari Ulat tetapi lebih singkat ketimbang Elang, diharapkan menjadi hamba Allah yang lebih baik. Pantas dijadikan “‘I’tibar”, Ayam dan Ulat, hasil puasanya bernilai positifnya bukan saja buat dirinya, tetapi buat kesenangan makhluk lainnya. Populasi Ayam bertambah sebagai hasil puasanya Ayam. Kupu2 hewan indah dipandang, hasil dari ulat berpuasa. Puasa bukan sekedar untuk keperkasaan diri, seperti Ular dan Elang. Ular usai puasa akan bertambah ganas sebab tambah panjang dan besar. Elang tambah gagah hasil berpuasa, juga tambah gesit dan cekatan ketika memangsa. Di alam terbentang luas ini, demikian banyak ayat2 kauniyah berupa: tumbuh2an, fenomena alam dan hewan, diantaranya 4 hewan di atas. Kalau kita tidak mampu membaca ayat2 kauniyah yang diturunkan Allah maka dikhawatirkan akan terjadi seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut: وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُولٰٓئِكَ كَالْأَنْعٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُونَ "Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 179) Semoga Allah menerima puasa kita, sekaligus diberikan kekuatan untuk mampu memahami ayat2 “kauliyah” dan arif mengambil ‘‘I’tibar” ayat2 “Kauniyah”. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 6 Syawal 1445 H. 15 April 2024.

Saturday 13 April 2024

DUNIA maju lantaran ILHAM

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.239.04-5.2024 Sejak dari dulu sampai sekarang burung membuat sarang tetap saja dari rumput dan ranting, dengan model yang sama. Sementara manusia dulu berumah di dalam batu atau gua, sekarang batu-batu dibuat rumah dan bahkan sekarang sedang dikembangkan botol plastic dibuat dinding rumah (hemat dan tahan gempa). Burung membuat sarang adalah ilham yang diberikan Allah. Manusia membuat rumah sejak manusia purba sampai modern, juga karena ilham dari Allah. Mengapa burung tetap saja sarangnya dari dulu sampai sekarang “sama”, sedangkan manusia terus menerus berubah. Karena manusia tidak saja mendapatkan “ilham tetap” dalam hal membangun rumah, akan tetapi ilhamnya terus bertambah disebabkan manusia diberi akal untuk terus menerus menuju kepada yang lebih baik. Sehingga di dunia ini kemajuan dengan pesat kita rasakan hingga kini, insya Allah tak akan berhenti sampai hari kiamat. Kini dirasakan kemajuan teknologi berbagai bidang, mulai dari komunikasi, informasi, transportasi, arsitektur, industri tempur/pertahanan keamanan dan sebagainya bertujuan untuk kemudahan, kenyamanan, keamanan kehidupan umat manusia. Ini berkat “ILHAM” yang mengalir terus dilimpahkan Allah. Agaknya kalau boleh dibagi, ilham dapat dibagi tiga: Pertama; Jenis ilham yang diperoleh setelah dengan susah payah berikhtiar untuk menyelesaikan suatu masalah. Contoh para seniman mendapat ilham menciptakan sesuatu karya yang semula belum ada orang lain menciptanya. Si seniman akan mencoba dan mencoba berulang, sampai akhirnya menemukan ciptaannya. Lahirlah lirik lagu enak didengar dengan lantunan yang merdu, beda dengan lagu2 lain, lantaran belum pernah diciptakan orang lain. Begitu juga seniman senirupa, seni lukis seni pahat dll. Untuk mendapatkan ilham setelah berusaha, berpikir sungguh2. Termasuk pengarang mendapatkan ilham dalam menuangkan buah pikirannya di atas kertas, tidak langsung jadi, harus di buat draft, di kaji sebelum tersaji, dari segala segi; termasuk etika, moral dan diusahakan maksimal agar minimal orang tersinggung. Contoh artikel ini saja 3 hari baru jadi. Kedua; Ilham yang diperoleh melalui permintaan (do’a) khusus kepada Allah. Dalam hal ini agama menganjurkan, apabila seseorang akan mengambil suatu keputusan (terutama yang strategis menyangkut masa depan yang Panjang) maka haruslah ber-istikharah memohon petunjuk Allah. Dari Jabir bin Abdillah: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ Artinya: "Rasulullah saw mengajari kami (para sahabat) untuk shalat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, 'Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat ..."' (HR Bukhari). Ilham “atas permintaan”, bila dilakukan dengan khusuk dan penuh harap menggantungkan diri kepada Allah maka petunjuk Allah kadang datang melalui mimpi. Atau petunjuk Allah berupa gerak hati memilih salah satu dari alternatif yang dihadapi. Salah satu wujud ketaqwaan seorang hamba Allah adalah semua persoalan dimintakan pertimbangan kepada Allah. Janji Allah akan memberikan jalan keluar kepada hambanya yang bertaqwa. وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا………………….” “……………….Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya," (QS. At-Talaq 65: Ayat 2) Meminta petunjuk kepada Allah, justru malah sangat dianjurkan: “……………. وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. ………………"" (QS. Ghafir 40: Ayat 60) Ilham ketiga; berupa firasat. Manusia diberikan Allah “firasat”, sejak lahir. Bayi bangun dari tidurnya mendapat firasat rasa lapar, lalu menangis. Ibunya paham benar, bayinya menangis karena apa. Karena lapar, atau menangis karena usai buang air besar atau kencing. Model firasat yang jelas dimiliki oleh setiap orang, terasa tanda2 akan buang air besar, atau buang air kecil. Kalaulah tidak ada firasat alangkah repotnya, tiba2 di-tengah2 rapat misalnya; tiba2…….. “langsung keluar ditempat”. Dengan firasat, punya jeda waktu untuk ke toilet. Dalam hal firasat sesuatu yang akan terjadi kita simak hadits berikut ini: عن ابن عمر رضي الله عنه قال :قال صلى الله عليه و سلم : اتقوا فراسة المؤمن فاءنه ينظر بنور الله . Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: ”Hati hatilah kalian dari firasatnya orang mukmin , karena mereka memandang kalian dengan nur cahaya allah”. Diharapkan ketiga sumber “Ilham” tersebut di atas untuk kedamaian, keamanan dan kenyamanan kita hidup di atas dunia ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa: “……………. ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; ……………..." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 41) Semoga Allah memberikan “ilham” kepada umat manusia untuk memajukan peradaban, memudahkan kehidupan. Bukan justru untuk kehancuran, untuk melakukan kerusakan di darat dan dilaut sebagaimana ayat di atas. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 4 Syawal 1445 H. 13 April 2024.

Thursday 11 April 2024

Shalat Ied Mbludag

Disusun : M. Syarif Arbi No: 1.238.04-4.2024 Ramadhan 1445 H baru saja berlalu, kemarin shalat Idul Fitri digelar dimana-mana, ada dilapangan, ada di masjid sampai luber ke halaman sehingga dibuat garis untuk menyamakan baris arah qiblat. Di Jakarta banyak masjid sampai harus menutup jalan raya. Kalau pas di prosesi shalat Idul Fitri itu awak bertugas shalat di masjid yang jauh dari kediaman, misalnya beda kecamatan saja, maka harus berangkat dari rumah usai shalat subuh, bila tidak mau terlambat sampai di lokasi. Jalan yang biasa ditempuh ditutup tak boleh dilintasi. Untuk ke tujuan jadinya melalui gang2 sempit. Anak yang mengantarkanku menuju ke suatu lokasi, di hari biasa berjarak tempuh 20 menit, bertanya: ”apa sebenarnya sebab di saat Idul Fitri orang shalat jadi mbludag” padahal sambung anak itu: “kan hampir separoh penduduk Jakarta sudah mudik sejak H min 5”. Sambil menyusuri gang sempit (kadang hanya muat sebuah sepeda motor) kujawab pertanyaan, untuk meredakan kecemasan khawatir tidak sampai tujuan: “di shalat Idul Fitri, orang yang tak biasa shalatpun ikutan shalat”. Belum ada sih data resmi tentang prosentase umat Islam YANG SHALAT dari yang muda sampai yang tua. Mengutip hasil survey LSI tahun 2010 bersama Goethe Institute hanya terdapat “data shalat” pemuda Islam: 1. Pemuda yang SELALU shalat 5 waktu (28,7 persen), 2. Pemuda yang SERING salat 5 waktu (30,2 persen), 3. Pemuda yang KADANG-KADANG salat 5 waktu (39,7 persen), 4. Pemuda yang TIDAK PERNAH salat 5 waktu (1,2 persen). Dari data di atas, agaknya boleh dikomentari bahwa: Pemuda kelompok “1” kurang dari sepertiga dari populasi pemuda Islam Indonesia, yang shalat. Umumnya kelompok ini berusaha untuk shalat berjamaah di masjid2. Mereka pantas disebut “ahli shalat” Pemuda kelompok “2” lebih dari sepertiga, biasanya mereka masih shalat tapi tidak 5 kali sehari semalam, kadang rutin ikutan shalat Jum’at. Terindikasi pada saban shalat Jum’at banyak masjid2 yang penuh. Alhamdulillah, banyak diantara kelompok “2” ini, kalau pas sekali waktu khatib berkhutbah materinya menyentuh qalbu ybs, bisa bergeser ke kelompok “1”. Diriku punya saksi yang pernah hidup menjadi taat shalat, semulanya hanya ikutan Jum’atan saja. Pemuda kelompok “3”, mendekati 40%, shalatnya “belang-bonteng”, kelompok ini condong mengabaikan shalat. Banyak diantaranya cenderung akan masuk ke kelompok “4” Bersyukur kita bahwa kelompok “4” populasinya hanya sedikit yaitu 1,2%. Akan tetapi bila kelompok “3” pindah ke kelompok “4”, maka yang terjadi kelompok 4 akan berjumlah 40,9% (39,7% + 1,2%) dibulatkan 41%. Mereka ini antara lain yang meramaikan shalat Idul Fitri, wajar jadinya “mbludag”, sampai masjid2 dan lapangan hampir tak muat, walau sudah lebih separoh penduduk Jakarta mudik. Mereka yang 41% inilah yang disebut “shalat tahunan” Sehingga dalam hal perilaku shalat jadinya terbagi menjadi 4 model: Pertama; “shalat harian”, diwakili oleh kelompok “1”. Mereka mengimani betul bahwa shalat bermanfaat dunia akhirat seperti tertuang dalam Al-Qur’an, surat Al-Ankabut ayat 45: إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Juga mendasarkan diri pada hadits: Dari Mu'adz bin Jabal, Nabi SAW bersabda: رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ. Artinya: "Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya yang merupakan shalat." (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no, 3973.) Dengan demikian kalau meninggalkan shalat akan merapuhkan tiangnya agama. Kedua; “Shalat Pekanan”, yaitu sekali sepekan diwakili oleh kelompok “2”, yaitu yang saban shalat Jum’at berusaha untuk hadir, setidaknya berusaha untuk jangan sampai tidak hadir di Jum’atan 3 kali berturut-turut. Agaknya untuk kelompok ini salah satu tauziah ustadz berhasil yaitu membawakan hadits: . من ترك ثلاث جمعات من غير عذر كتب من المنافقين “ Siapa saja yang meninggalkan tiga kali ibadah shalat Jumat tanpa uzur, niscaya ia ditulis sebagai orang kafir nifaq/munafiq” (HR At-Thabarani). Ketiga; “Shalat belang-bonteng”, yaitu tempo2 shalat, tempo2 tidak shalat, diwakili kelompok 3. Kolompok ini, ada yang mengatakan, “aku mengakui bahwa shalat itu penting, tapi hati ini masih belum tenang, percuma nanti shalat tidak khusuk”. Kelompok ini, bila kesibukan reda, waktu luang diapun shalat. Keempat; “Shalat tahunan”, yaitu 2 kali setahun pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, biasa yang condong menjadi model ke empat ini adalah kelompok “3” dan “4” yang populasinya tidak kurang dari 41%. Khusus kelompok empat, dari hasil penelitian yang kita petik tak pernah shalat 5 waktu. Sebetulnya kolompok yang meninggalkan shalat ini sudah dapat digolongkan “murtad”. Cuma “murtad” masih terbagi pula dua type: Pertama “Murtad beralasan”, dalam hal dia tidak mendirikan shalat beralasan, sekarang masih terlalu sibuk pekerjaan, badan tidak bersih termasuk alasan hati belum tenang, tapi ybs tidak menolak bahwa shalat itu wajib. Kedua “Murtad sungguhan”, kalau diingatkan shalat, diajak shalat malah marah: “shalat saja situ, biar saya siap masuk neraka, orang shalat yang keadaannya ya begitu2 aja” dsbnya yang menunjukkan penolakan akan kewajiban shalat. Oleh karena itulah mungkin sekali lagi mungkin; shalat Idul Fitri dan Idul Adha bertambah kurang lebih 41% jumlah orang yang shalat (dari kelompok 3 & 4) sehingga “mbludag”, contoh di Jakarta walau sudah separoh penduduk mudik. Kalau di daerah “mludag”, lantaran orang mudik ikutan shalat, mungkin semua kelompok diatas ikutan shalat. Wallahu ‘alam bishawab. Semoga kita termasuk ahli shalat, selanjutnya shalat serta seluruh amal ibadah kita diterima Allah. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 2 Syawal 1445 H. 11 April 2024.

Sunday 7 April 2024

CELAKA Sesudah RAMADHAN

Disajikan: M. Syarif Arbi No.1.237.04-3.2024 Sebagai masukan menilai diri menjelang berpuasa hari ini, (hari ke 28 atau ada pembaca hari ke 27) di bulan Ramadhan 1445 H, ijin menyajikan tentang dapat saja kalau ada di antara kita “Celaka setelah Ramadhan” Mengacu kepada sebuah hadits Rasulullah ; قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ Artinya : “Nabi bersabda: Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya).” (HR. Tirmidzi). Terbatas ruang baca anda, ijin artikel hanya komentar: وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ ……….” “……… ……..“dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan,” ……….. Seharusnya Ramadhan sebagai media untuk mendapatkan ampunan Allah. Tetapi justru ada orang yang "Celaka" sesudah Ramadhan berlalu, karena tidak mendapat pengampunan Allah. Beberapa penyebab ybs tidak mendapatkan ampunan Allah: Pertama; Ybs membiarkan Ramadhan datang dan berlalu, tidak mengisinya dengan berpuasa dan ibadah2 lainnya, tanpa alasan syari'e. Padahal puasa adalah diwajibkan bagi orang beriman. كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ Kedua; Berpuasa dilakukan bukan dasar iman dan mengharap pahala dari Allah. Padahal ada jaminan Rasulullah ﷺ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760) Dari Abu Hurairah. Ketiga; Berpuasa masih saja melaksanakan hal2 yang dilarang Allah. Karena tidak sedikit orang yang berpuasa hanya memperoleh: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i). Berpuasa misalnya masih saja: Berdusta, bergunjing, dan hal2 yang dilarang Allah sebab Rasulullah ﷺ bersabda: لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالَّرَفَث “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1996 dan tahqiq Syaikh Al-A’zami berkata, ”Shahih”) Dulu juga ada orang yang tahan berpuasa, tetapi tidak melaksanakan shalat. Selain itu ada orang yang shalat namun tak kuat berpuasa. Apakah Berpuasa minus shalat dan shalat minus puasa termasuk juga dalam kelompok "celaka", dimaksud hadits di atas ? Wallahu 'alam bishawab. Kalau (berpuasa minus shalat dan shalat minus puasa) termasuk kelompok orang yang juga "celaka" berarti jadinya ada 4 kelompok orang sesudah Ramadhan berlalu tidak mendapat pengampunan dosa2nya dari Allah. Semoga puasa kita diterima Allah menyebabkan ampunan Allah setelah Ramadhan berlalu. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 28 Ramadhan 1445 H. 7 April 2024.