Saturday 22 June 2024

Maut belum MENATAP sebelum REZEKI habis TERSANTAP.

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.255-06-6.2024 Kini menjelang lahiran, bukan saja jenis kelamin calon bayi, bahkan hari kelahirannya sudah dapat diprediksi. Sedangkan hari kematian sampai saat ini belum ada seorang ahlipun dapat memastikannya. Selama hidup, manusia perlu makan-minum dan ini lazim disebut dengan rezeki, walau sesungguhnya yang dimaksud dengan rezeki bukan saja makan-minum, tetapi; kesehatan, kesempatan dan segala sesuatu kenikmatan. Tulisan ini membatasi rezeki hanya pada apa yang dimakan dan apa yang diminum. Rezeki manusia yang dimakan-diminum, telah ditentukan sejak lahir sampai mati, karena sebelum rezeki tersebut habis dinikmati, manusia tidak akan mati. Dalam konteks ini Allah berfirman: وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا. ۗ “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. …………….” (QS Ali Imran ayat 145). Jika “jatah” rezeki telah habis dikonsumsi seseorang akan mati. Seseorang tidak mungkin mati sampai sempurna rezekinya, dan berakhir pula amalannya. Dari Jabir bin ‘Abdillah ra, Nabi Saw bersabda, أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ “Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Ibnu Majah). Dalam pada itu dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi Saw bersabda: إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ “Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR Musnad Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani) Di ayat lain, Al-Qurán menyebutkan: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34) Ketika diriku masih remaja dulu sering kulihat Nenek-Kakek, porsi makannya sangat sedikit. Kini setelah diri sendiri berusia tujuhpuluhan merasakan sendiri, bahwa tidak sanggup lagi makan seperti muda dulu. Bahkan banyak makanan yang dulu jadi makanan favorit, minuman wajib mesti harus ada di meja kalau pulang kerja, sudah tidak dapat diminum lagi. Makanan favorit kalau dimakan juga jadi alergi, minuman kopi misalnya yang dulunya menjadi minuman wajib, sekarang kalau diminum jadi penyakit. Dari petunjuk ayat dan hadits diantaranya dikutip diatas, mengertilah agaknya kita, bahwa; bagi pribadi tertentu, rezeki berwujud makanan dan minuman, yang sekarang sudah membuat alergi, atau berdampak penyakit, itu artinya jatah buat rezeki jenis makanan dan minuman jenis itu sudah hampir habis atau mungkin sudah habis buat diri awak. Untuk jenis lain masih ada yang masih tersisa, jatah nasi sudah hampir habis lantaran masa muda makannya sekali makan rata2 dua piring. Jadi masa tua harus dimakan se-dikit2, jatah kentang masih tersisa. Jatah gula pasir sudah habis, karena masa muda dulu kalau menyedu kopi segelas, gulanya 2 sendok makan, sekarang tersisa rezeki pemanis “Tropicana”. Harap makluuum. Kalau sudah jatah rezeki itu sama sekali habis, kadang ada manusia yang sudah tidak dapat lagi dimasukkan makanan/minuman secara normal dari mulut. Teknologi ikhtiar dibidang kesehatan sekarang jika rezeki orang tersebut belum benar2 habis-bis, lalu disalurkan melalui selang. Jika rezeki memang masih ada si pasien tak akan mati, setelah itu malah sembuh dari penyakit dan dapat makan minum normal kembali, untuk menghabiskan jatah rezekinya. Dengan demikian: Malaikat maut belum sudi MENATAP. Bila REZEKI belum habis TERSANTAP. Semoga kita selalu diberikan Allah rezeki yang halalan, tetap thayyiban serta barakatan sampai akhir hayat dikandung badan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 16 Dzulhijjah 1445 H. 23 Juni 2024

Monday 17 June 2024

KEKASIH ALLAH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.254-06-5.2024 Hampir setiap tempat ketika shalat Idul Adha, khatib menyampaikan khutbah mengenang pengorbanan nabi Ibrahim, telah melaksanakan perintah Allah untuk berkurban yang luar biasa yaitu diperintah Allah menyembelih anaknya; nabi Ismail. Kepatuhan Nabi Ibrahim inilah merupakan salah satu dari beberapa sebab Nabi Ibrahim A.S. mendapat gelar “Khalilullah” وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا “……Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya)." (QS. An-Nisa': 125)” Gelar ini diberikan sebagai pengakuan dan penghargaan Allah atas kesetiaan dan kepatuhan nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. boleh dirinci sbb: PERTAMA: Tak goyah imannya ketika akan dibakar oleh raja Namrudz. Dua malaikat mendatangi Nabi Ibrahim AS sebelum dianya dipelantingkan ke kobaran api. Atas izin Allah malaikat Mikail AS datang dan berkata, “Hai Ibrahim, apabila engkau menginginkan agar aku menurunkan hujan memadamkan api ini tentu pada saat ini juga aku melakukannya.” Ibrahim AS menjawab, “Aku tidak membutuhkanmu.” Selanjutnya malaikat Jibril AS datang dan berkata, “Wahai Ibrahim, apakah engkau perlu bantuan?” Ibrahim menjawab, “Adapun kepadamu, maka aku tidak membutuhkannya. Cukuplah bagiku Allah mengetahui keadaanku.” Nabi Ibrahim AS hanya berdo’a termuat di Ali-Imran ayat 173, حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. (cukuplah Allah, se-baik2 penolong) Pertolongan Allah datang dengan berfirman kepada api قُلْنَا يٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلٰمًا عَلٰىٓ إِبْرٰهِيمَ "Kami (Allah) berfirman, "Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim,"" (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 69) Dari sisi Nabi Ibrahim AS, Allah mengalirkan air yang dingin, dari sisi api ada pohon delima, dan Nabi Ibrahim diberi ranjang (tempat tidur) dari surga yang di atasnya ada hamparan dari sutra, mahkota dan perhiasan, yang keduanya dipakai oleh nabi Ibrahim AS. Dia duduk di atas ranjang dalam keadaan yang paling nyaman semenjak dia dilemparkan ke dalam api. Pada saat itu, Namrudz pergi ke suatu tempat yang tinggi. Dia ingin melihat bagaimana jadinya Ibrahim. Tiba-tiba ada percikan api mengenai baju Namrudz dan membakar ke semua bajunya kecuali badannya. Dia tidak terbakar oleh api agar tahu bahwa api tidak akan membahayakan siapapun kecuali dengan seizin Allah, tetapi semua itu tidak dijadikan bahan pelajaran oleh Namrudz. Ketika Namrudz melihat itu, dia berkata kepada Ibrahim AS, “Pergilah engkau dari tanah kami agar engkau tidak merusak agama kami.” KEDUA: Baru saja mendapat anak di usia 86 tahun setelah berdo’a sekian lama, nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah untuk berdakwah ketempat lain. Demi melaksanakan perintah Allah anak dan istri ditinggalkan, disuatu tempat yang gersang dan sunyi. Tercatat peristiwa itu didalam Al Qur’an dimana sebelum meninggalkan anak dan istrinya nabi Ibrahim AS berdo’a: رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ "Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim 14: Ayat 37) KETIGA: Tawakal yang tak ada bandingnya terhadap Allah SWT sehingga mampu meninggalkan anak dan istri di lembah sunyi dan gersang, yakin akan keselamatan mereka, karena dia meninggalkan mereka atas perintah Allah SWT. وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. ……………….” (QS Ali Imran ayat 145). Adapun perkara rezeki bagi istri dan anaknya yang ditinggalkannya lantaran menjalankan perintah Allah SWT itu, nabi Ibrahim AS dengan penuh keyakinan Allah akan menjaminnya. KEEMPAT: Kemudian ketika nabi Ibrahim AS pulang dari berdakwah dia melihat putranya Ismail sudah menjadi anak yang belia. Namun Allah SWT lagi-lagi menguji keimanan nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya tersebut melalui mimpi. Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah surat Ash-Shoffat [37] ayat 99-111 : Keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, itulah yang kemudian diabadikan dalam bentuk perintah berkurban (dalam bentuk hewan) pada Idul Adha. وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. As-Saffat 37: Ayat 107) Untuk nabi Muhammad SAW dan ummatnya disyariatkan berkurban dengan hewan ternak dilaksanakan terkait dengan hari raya Idul Adha atas perintah Allah SWT dalam surat 108 (Al-Kautsar) ayat 2: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." Renungan kepatuhan, ketawakalan dan kerelaan berkurban nabi Ibrahim AS ini, hendaknya sanggup menggugah hati bagi kita yang mampu untuk berkurban yang hanya berwujud mengeluarkan harta untuk menyembelih hewan kurban. Bagi yang telah melaksanakannya sesudah shalat Idul Adha, semoga kurbannya diterima oleh Allah SWT. Sedangkan bagi yang belum sempat menyembelih sesudah shalat Idul Adha, masih punya kesempatan melaksanakannya di hari2 tasyrik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 11 Dzulhijjah 1445 H. 18 Juni 2024

Thursday 13 June 2024

DO’A BUMERANG

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.253-06-4.2024 Sepertinya tak seorangpun orang normal dalam hidupnya tak pernah berdo’a, memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk sesuatu keinginan. Banyak orang, makin sering, makin khusu’ berdo’a apabila dalam keadaan kesulitan, dalam keadaan kritis. Tak jarang pula orang berdo’a apabila merasa disakiti orang lain, tetapi tidak berdaya untuk melawan atau membela diri. Dalam terminology agama disebut sebagai orang terzalimi. Terdapat penegasan dalam agama (Islam), hadits riwayat Ahmad, ada tiga orang yang doa mereka tidak terhalang atau tidak tertolak. Hadits tersebut dihasankan Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab shahih keduanya. Berikut bunyi haditsnya: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا فَوْقَ الْغَمَامِ وَتُفَتَّحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزَّتِي لأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan do’a orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Di artikel yang terbatas ruang baca ini, tertarik menyoal tentang “do’a orang yang terzalimi”, karena do’anya makbul. Perlu didefinisikan, bentuk penzaliman sesama manusia itu seperti apa, supaya jelas telah terjadi penzaliman, sehingga sudah pantas si terzalimi berdo’a dialamatkan kepada penzalim. Jangan sampai orang yang menganggap dirinya dizalimi, padahal sebenarnya dia bukan dizalimi orang lain, tetapi malah dialah yang menzalimi dirinya sendiri. Bentuk kezaliman sesama manusia ialah: mencela, memfitnah, menyiksa, mengambil harta tanpa hak, berlaku kejam, dan berlaku tidak adil. Lebih khusus kasus “zalim” diangkat di artikel ini adalah kisah seorang karyawan yang merasa dizalimi atasannya kemudian berdo’a, kalaulah dianya benar dizalimi maka do’anya mustajab. Dari bentuk kezaliman yang mungkin dilakukan oleh atasan kepada karyawannya: 1. Boleh jadi atasan mencela yang bersangkutan apabila karyawannya berkinerja tidak baik melaksanakan tugas, tidak memenuhi standar yang telah diatur dalam job description. Hal ini tentu bukan ke zaliman sepanjang sudah diberikan tegoran, selanjutnya dibuat catatan ketika menentukan kondite. 2. Memfitnah, kezaliman ini kecil kemungkinan dilakukan atasan terhadap bawahannya, kalaupun terjadi bisa saja menceritakan kepada karyawan lain agar tidak ikut melakukan kesalahan2 seperti yang dilakukan teman kerjanya itu. Diikuti himbauan agar karyawan yang diberi cerita itu menasihati rekannya. Dapat juga diceritakan kepada staf atasan langsung karyawan ybs untuk membina bawahannya. Yang demikian bukanlah pula menzalimi. 3. Menyiksa, berlaku kejam, berlaku tidak adil tentu di suatu isntansi formal yang sudah terbentuk aturan tentang hak dan kewajiban karyawan tidak mungkin atasan berpeluang menzalimi. 4. Mengambil harta tanpa hak, kalaulah ini terjadi ada aturan main dalam suatu institusi, misalnya pemotongan upah lantaran karyawan tidak memenuhi standard performance. Inipun bukan menzalimi. Andaikan sudah terjadi pelanggaran berat ketentuan2 suatu institusi, maka berujung seorang karyawan di PHK. Dalam hal PHK dilakukan setelah memenuhi proses dan prosedur yang telah disepakati yang semestinya diketahui oleh pihak karyawan, maka institusi yang memberhentikannya tidaklah terkelompok melakukan kezaliman. Seorang karyawan diberhentikan, dianya tidak di zalimi, diukur dari model standard kezaliman tersebut di atas, malah dia sendirilah yang menzalimi dirinya sendiri dengan melakukan pelanggaran ketentuan institusi. Maka tidak berlakulah “do’a nya sebagai orang terzalimi”. Bahkan DO’ANYA AKAN JADI BUMERANG. Umpama karyawan terpecat tersebut sampai mengucapkan do’a yang buruk dialamatkannya kepada atasannya, ditujukannya kepada institusi tempat semula dia bekerja, maka do’a yang buruk itu akan kembali terkena dirinya sendiri. Mari lihat hadits riwayat Muslim, dari Jabir bin Abdullah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: لاتدعوا على انفسكم ولا تدعوا على اولادكم ولا تدعوا على اموالكم لا توافقوا من الله ساعة يساءل فيها عطاء فيستجيب لكم “Janganlah kalian berdoa buruk terhadap dirimu sendiri, janganlah kalian berdoa buruk terhadap anak-anakmu, dan janganlah kalian berdoa buruk terhadap harta bendamu. Janganlah (berdoa buruk karena bisa saja) kalian menepati suatu saat di mana Allah diminta memberikan sesuatu pada saat tersebut lalu Allah mengabulkan permintaan kalian itu.” Rasulullah SAW secara terang-terangan juga melarang do’a untuk perbuatan dosa dan do’a untuk memutus silaturahim kepada sesama. Rasulullah menegaskan bahwa do’a seperti itu tidak akan dikabulkan Allah SWT. لا يزال يستجاب العبد ما لم يدع باءثم او قطيعة رحم ما لم يستعجل …. الحديث رواه مسلم عن ابى هريرة رضى الله عنه “Doa seorang hamba itu akan selalu dikabulkan selama ia tidak berdo’a untuk berbuat dosa atau memutus tali kasih sayang (persaudaraan/persahabatan), selama ia tidak terburu-buru (mau segera terkabul)…” Rasulullah berulangkali memberi contoh mengesankan bahwa beliau selalu mendo’akan baik, bahkan kepada yang menyakiti dan menghinanya. Saking tidak pernahnya Rasulullah SAW mendo’akan keburukan kepada orang-orang yang bersikap buruk kepadanya, Malaikat sampai bersedih. Malaikat justru menyatakan siap membinasakan penduduk Thaif jika Rasulullah mau memohon do’a kepada Allah SWT. Apalagi jika orang atau barang yang kita anggap jelek, ternyata tidak seperti itu di hadapan Allah SWT. Do’a buruk tadi malah bisa berbalik kepada pengirim do’a. ما من عبد مسلم يدعو لاخيه بظهر الغيب الا قال الملك : ولك بمثل. رواه مسلم عن ابى الدرداء رضي الله عنه “Tidaklah seorang hamba muslim yang mendo’akan saudaranya di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) kecuali malaikat berkata,” Dan do’a yang sama untukmu.” (HR Muslim dari Abu Darda’ RA). Seorang Muslim yang mendo’akan saudaranya dengan penuh kebaikan, maka kebaikan pula yang akan kembali kepadanya. Hal yang sama juga berlaku jika seorang Muslim mendo’akan buruk kepada saudaranya, maka keburukan pula akan kembali kepadanya. Apa yang dicontohkan Rasulullah SAW itu adalah keagungan akhlak luar biasa. Maka, kalau kita mengaku sebagai umat Muhammad dan menjadikan Nabi sebagai suri teladan yang baik, tidak semestinya kita mengumbar do’a buruk kepada siapapun dan apapun. Melantunkan do’a-do’a kebaikan adalah wujud kebaikan hati dan kemuliaan budi. Do’a-do’a jelek yang muncul dari diri kita sebenarnya hanya letupan nafsu amarah akibat lepas kendali. Do’a-do’a buruk berlandaskan hawa nafsu, amarah, serakah, ingin berkuasa, angkara murka seperti itu tidak layak kita mintakan kepada Allah SWT. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: لَّا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوٓءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا "Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 148) Dalam kasus yang diangkat di atas, ternyata karyawan ter PHK tersebut tidak dizalimi, maka ybs seharusnya tidaklah pantas berdo’a yang buruk2. Do’a buruknya akan jadi BUMERANG buat dirinya. Semoga Allah menuntun kita semua berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Rasulullah Muhammad, yaitu selalu ber do’a untuk kebaikan sekalipun terhadap orang yang telah berbuat tidak baik kepada diri kita, karena penilaian manusia belum tentu benar. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 7 Dzulhijjah 1445 H. 14 Juni 2024

Sunday 9 June 2024

TIGA ritual QURBAN

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.252-06-3.2024 Ritual Qurban yang pertama kali dilakukan oleh manusia dilaksanakan dua orang anak Nabi Adam yaitu “Habil dan Qabil”. Dua bersaudara ini disuruh berkurban oleh bapak mereka, Nabi Adam, sebagai media untuk Nabi Adam memutuskan sengketa calon istri. Siti Hawa melahirkan anak hanya sekali yang tunggal, yaitu saat melahirkan Nabi Syits, yang lahir menggantikan Habil karena dibunuh saudaranya sendiri, Qabil. Semua anaknya terlahir kembar “fraternal” atau “dizigotik” yaitu seorang bayi lelaki dan seorang bayi perempuan disuatu kali kelahiran, kedua bayi itu disebut saudara sekandung. Ketentuan di zaman Nabi Adam, karena belum ada manusia lain, maka anak2 mereka dinikahkan silang sesaudara, dengan aturan anak2 kembar sekandung tidak boleh menikah. Qabil lahir bersama dengan saudari satu kandung yang bernama Iqlima. Konon, Iqlima terlahir sebagai wanita berparas cantik rupawan. Sementara Habil lahir dengan saudari kandung bernama Labuda, tidak secantik Iqlima. Sesuai aturan yang berlaku, maka Qabil harus menikah dengan Labuda. Sementara Habil menikahi Iqlima. Qabil tidak terima. Ia hanya mau menikahi saudari satu kandungnya, Iqlima, yang memiliki paras cantik rupawan. Menyikapi sengketa itu, Nabi Adam as mengadakan semacam sayembara kepada kedua putranya itu dengan memerintahkan untuk berqurban. Barang siapa yang qurbannya diterima oleh Allah swt, dia lah yang lebih berhak menikah dengan Iqlima. Ketika itu sebagai tanda qurban diterima, apabila material yang diqurbankan disambar oleh api yang turun dari langit. Al-hasil ritual qurbanpun dilaksanakan; Qabil yang seorang petani berqurban dengan hasil kebun miliknya. Sementara Habil yang hidup sebagai peternak berqurban dengan seekor kambing terbaik yang ia miliki. Qurban Habil diterima Allah swt, sedangkan qurban Qabil tertolak lantaran Qabil berqurban dengan hasil tanaman yang buruk. Di kisah ini diketahui bahwa material qurban ketika itu belum ditetapkan berupa hewan, agaknya sesuai dengan kepemilikan hasil usaha masing2. Dari persembahan qurban yang dikeluarkan masing-masing Qabil dan Habil, dapat dinilai, mana yang benar-benar ikhlas, dan mana yang tidak ikhlas. Ditolaknya qurban Qabil mengindikasikan bahwa Qabil bukanlah seorang yang ikhlas dan bertakwa serta taat kepada Allah swt. Usai qurbannya tertolak sempat terjadi dialog Habil dan Qabil, diabadikan di surat Al Ma’idah ayat 27: Qabil berkata: لَأَقۡتُلَنَّكَۖ إِ = sungguh aku akan membunuhmu. Habil menjawab: إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ = sesungguhnya Allah hanya menerima qurban dari orang yang taqwa. Ritual Qurban yang kedua; ialah qurban Nabi Ibrahim mengorbankan putranya Nabi Ismail. Ritual kurban pertama, dilaksanakan oleh putera nabi Adam: 1. Atas perintah nabi Adam, untuk menentukan pilihan istri, 2. Sekaligus juga untuk membuktikan ketaqwaan kepada Allah. 3. Material yang diqurbankan sesuai apa hasil usaha yang dimiliki masing2. Sedangkan ritual qurban yang kedua; Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail: 1. Atas perintah langsung dari Allah, melalui mimpi يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" (As-Saffat 102) 2. Material yang dikurbankan adalah anak semata wayang. Dimana nabi Ismail yang akan diqurbankan menjawab ayahnya: يَـٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (As-Saffat 102) 3. Sama dengan ritual qurban yang pertama qurban Ibrahim dan Ismail ini juga sebagai ujian ketaqwaan, justru kepada kedua nabi Allah Ibrahim dan Ismail. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat (37) Ayat 102-108. (untuk memperpendek artikel) silahkan lihat di kitab Al-Qur’an. Giliran kita di zaman now, beberapa hari lagi akan melaksanakan qurban ritual ke tiga; dasarnya adalah: 1. Atas perintah Allah mengacu kepada surat Al-Kausar ayat 2, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." 2. Yang diqurbankan juga adalah harta diwujudkan hewan qurban, sapi, kambing, domba, unta. وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنۢ بَهِيمَةِ الْأَنْعٰمِ ۗ فَإِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ فَلَهُۥٓ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ "Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)," (QS. Al-Hajj 22: Ayat 34) 3. Tujuan berqurban juga sama dengan ritual qurban pertama dan kedua yaitu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah untuk menuju taqwa. لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ ۚ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 37) Semoga qurban yang kita laksanakan mendapat nilai yang terbaik disisi Allah swt. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 3 Dzulhijjah 1445 H. 10 Juni 2024

Thursday 6 June 2024

KECENDERUNGAN INSANI

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.251-06-2.2024 Tiga makhluk kasat mata hidup di alam semesta ini yaitu: Manusia, Hewan dan Tumbuh2an. Di dalam diri manusia terdapat ketiga sifat bawaan dari semua makhluk tersebut. Selain membawa sifat bawaan manusia itu sendiri, manusia juga bertumbuh seperti tumbuh2an. Sejak dari janin, bayi, anak2 jadi orang dewasa melalui pertumbuhan, namun pertumbuhan itu berbatas, sampai besar tertentu, sampai tinggi tertentu. Sulit dibayangkan kalau tumbuh itu tidak berbatas, berat badan terus bertambah, tubuh tinggi terus bertambah tinggi tak berhenti, keadaan demikian tidak normal malah jadi penyakit. Manusia juga mempunyai kecenderungan2 hewani yang bermacam-macam, yang bersumber dari insting-insting yang terdapat dalam dirinya. Manusia butuh kepada berbagai macam makanan dan minuman, mempunyai rasa lapar dan haus, merasa lezat dengan makan dan minum, merasa lezat dengan berbagai kelezatan seksual dan mencarinya, membutuhkan pakaian dan tempat tinggal, yang dengannya ia dapat menjaga dirinya dari panas dan dingin dan berbagai macam bahaya. Kebutuhan2 hidup manusia persis seperti hewan, hanya saja makanan, pakaian dan tempat tinggal hewan bersifat sederhana dan alami; sementara makanan, pakaian dan tempat tinggal manusia bermacam-macam dan kebanyakannya tidak alami. Dengan memanfaatkan pengalaman dan ilmunya, alam, manusia menciptakan berbagai macam jenis makanan, kuliner, pakaian dengan model dan mode, tempat tinggal, supaya lebih dapat memaksimalkan kelezatan darinya. Inilah yang dimaksud Allah: وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 70) Bukan saja berupa berbagai fasilitas yang istimewa diberikan Allah buat manusia, juga dalam hal paras, kelengkapan phisik dan indera manusia dilebihkan Allah dari dua makhluk kasat mata lainnya (hewan dan tumbuh2an) seperti ditegaskan Allah. لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS. At-Tin 95: Ayat 4) Akan tetapi, kecenderungan2 hewani tidak mengenal batas dan ingin memenuhi kebutuhan2nya secara bebas tanpa batas dan syarat. Jika kecenderungan2 hewani ini bebas lepas, ia akan merasuk ke diri manusia, maka akan menjerumuskan manusia ke dalam lembah kesengsaraan dan kehancuran. Ada diantara manusia ketika menjalani kehidupan, terkadang keluar dari koridor yang ditetapkan Allah, dalam pemenuhan hasrat seksual, tidak sedikit manusia telah keluar dari kebutuhan alaminya yaitu untuk melahirkan dan memperbanyak keturunan, sebagaimana halnya hewan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan seksual banyak yang telah berubah ke dalam bentuk pemujaan syahwat. Diikuti lagi seperti sifat rakus, memuja harta, memuja kesenangan, zalim dan tidak adil, permusuhan, agresif, merampas harta orang lain, mencuri, menghina, meremehkan, hasud, dendam, sombong, memuja kedudukan, membunuh dan puluhan sifat-sifat buruk lainnya yang bersumber dari sifat egois. Bila dilengkapi lagi dengan sifat2 hewani, maka manusia akan jatuh ke tempat yang seburuk2nya seperti disebutkan Allah: ثُمَّ رَدَدْنٰهُ أَسْفَلَ سٰفِلِينَ "kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya," (QS. At-Tin 95: Ayat 5) Semoga Allah membimbing kita semua agar senantiasa menjadi orang2 beriman dan mengerjakan kebajikan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 29 Dzulkaidah 1445 H. 6 Juni 2024

Tuesday 4 June 2024

MAKMUR setelah NIKAH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.250-06-1.2024 Ada beberapa penyebab karunia kemakmuran dan kebahagian yang diberikan Allah kepada manusia diantara melalui jalur menikah. Alkisah Abdurrahman bin Auf ra, salah seorang muhajirin sahabat utama nabi Muhammad saw. Di Madinah dipersaudarakan dengan Saad bin Ar-Rabi Al-Anshari. Ketika itu Saad Al-Anshari memiliki dua orang istri dan memang ia terkenal sangat kaya. Lantas ia menawarkan kepada Abdurrahman bin Auf untuk berbagi dalam istri dan harta. Artinya, salah satu istri Saad akan diceraikan lalu diserahkan kepada Abdurrahman setelah iddahnya, juga diberikan sejumlah harta. Abdurrahman bin Auf dengan sopan menolak, seraya berdo’a: بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِى أَهْلِكَ وَمَالِكَ ، دُلُّونِى عَلَى السُّوقِ “Semoga Allah memberkahimu dalam keluarga dan hartamu. Cukuplah tunjukkan kepadaku di manakah pasar.” Setelah diberitahukan lokasi pasar, Abdurrahman bin Auf bergegas ke pasar dan menanyai para pengunjung tentang kebutuhan mereka datang ke pasar. Mengetahui apa saja yang diperlukan oleh masyarakat guna membaca segmen pasar. Atas dasar survey pasar, Abdurrahman bin Auf simpulkan bahwa kebutuhan pasar yang tidak tercukupi saat itu adalah unta. Langkah berikut, Abdurrahman bin Auf mencari informasi siapa saja pemilik unta di Madinah yang bersedia menjual untanya, sebagai supplier. Abdurrahman bin Auf bernegoisasi untuk menjualkan unta-unta mereka. Para pemilik unta setuju untuk memberikan kesempatan para Abdurrahman bin Auf untuk menjualkan unta-unta mereka. Singkat cerita setelah semuanya siap; Abdurrahman bin Auf mulai berbisnis dengan menjualkan unta. Yang menarik adalah harga unta yang dijual tidak lebih dari harga yang ditetapkan oleh pemilik unta. berarti Abdurrahman bin Auf tidak mendapatkan keuntungan 1% pun dari penjualan unta. Lantas dari mana ia mendapatkan keuntungan? ternyata beberapa hari sebelumnya Abdurrahman bin Auf sudah membuat tali tambang dari pelepah kurma yang tidak terpakai. Dia menjual tali tambang itu kepada para pembeli untanya. Karena pembeli unta akan kesulitan menuntun unta yang dibelinya untuk membawa pulang bila tidak dilengkapi tali, beliau mendapatkan keuntungan dari penjualan tali tambang. Dengan demikian sesungguhnya pure bisnis Abdurrahman bin Auf hanya menjual tali untuk unta. Dalam status sebagai “produsen sekaligus penjual tali unta”, beliau berani menikah. Tersebutlah dalam kisahnya suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat pada Abdurrahman ada bekas warna kuning pada pakaiannya (bekas wewangian dari wanita yang biasa dipakai ketika pernikahan). Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas mengatakan, "Apa yang terjadi padamu wahai Abdurrahman?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, saya telah menikahi seorang wanita Anshar." Rasul shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, "Berapa mahar yang engkau berikan kepadanya?" (karena nabi tau keadaan ybs belum berharta). Abdurrahman menjawab, "Aku memberinya mahar emas sebesar sebuah kurma (sekitar lima dirham)." Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata ketika itu, أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ “Lakukanlah walimah walaupun dengan seekor kambing.” (HR. Bukhari, no. 2049, 3937 dan Muslim, no. 1427. Lihat Syarh Shahih Muslim, 7:193). Sekali lagi; karena nabi tau keadaan Abdurrahman bin Auf yang masih tidak berpunya, jadi berwalimah yang sederhana saja. Sahdan, setelah menikah Abdurrahman bin Auf menjadi terkenal di seluruh Madinah sebagai pebisnis Unta dan jaringan bisnisnya berlanjut kepada peternakan. Akhirnya singkat cerita Abdurrahman bin Auf menjadi saudagar kaya yang dermawan dalam perjuangan Islam. Abdurrahman bin Auf pada masa Nabi SAW bersedekah dengan setengah hartanya, yaitu 4 ribu dinar. Tidak lama kemudian ia bersedekah dengan 40 ribu dinar, selanjutnya ia bersedekah lagi dengan 40 ribu dinar. Jumlah ini sungguh besar di zamannya, yakni berkisar Rp 4,5 milyar. Tidak hanya itu, ia juga menyedekahkan 500 kuda untuk keperluan transportasi. Kemudian menambahkan 500 unta untuk berperang di jalan Allah. Kebanyakan harta yang dimiliki Abdurrahman bin Auf berasal dari perdagangan. Abdurrahman juga dijelaskan memerdekakan ribuan budak. Abdurrahman meninggalkan banyak harta setelah meninggal dunia, termasuk emas yang dipotong-potong dengan kapak sehingga membuat tangan orang-orang menjadi lelah. Emas yang sangat banyak itu, ia bagikan ke masyarakat yang luas. Sumber harta Abdurrahman, seperti yang yang telah disebutkan, berasal dari peternakan yang dia miliki. Dia memiliki 1.000 unta, 100 kuda, dan 3.000 domba yang digembalakan di Baqi'. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki sejumlah besar hewan ternak yang diurus dan dipelihara untuk mendapatkan keuntungan. Menikah sebagai salah satu cara mendapatkan rezeki dalam Islam. Sebagai contoh; Abdurrahman bin Auf yang awalnya hanya seorang penjual tali untuk unta, menjadi pengusaha besar setelah menikah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَأَنْكِحُوا الْأَيٰمٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِۦ ۗ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ "Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS. An-Nur 24: Ayat 32) Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, اِلْتَمِسُوا الغِنَى فِي النِّكَاحِ “Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Diriwayatkan dari Ibnu Jarir). Imam Al-Baghawi menyatakan pula bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu pula. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:533. Semoga kiranya, Allah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, yang belum menikah enteng jodohnya, segera menikah, yang sudah menikah SAMAWA, serta melimpah rezeki. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 26 Dzulkaidah 1445 H. 3 Juni 2024