Friday, 24 October 2025

JODOH

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.367.10.10-2025 Secara bahasa, jodoh berarti pasangan yang sepadan atau cocok. Jadi; dalam arti secara umum untuk manusia, jodoh adalah orang yang serasi dapat berupa partner kerja, tempat bekerja yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan. Jika Jodoh dipahami sebagai pasangan hidup (suami - istri) maka “kini” jodoh ditemukan melalui proses perkenalan, kecocokan, barulah pernikahan. Masa lalu banyak orang tua sudah menjodohkan anak2 mereka malah belum lahir, misalnya kedua orang tua berjanji “kalau anak saya terlahir lelaki dan anakmu perempuan kita jodohkan”. Di masa generasi uyut2 dari kita2 yang sekarang, jodoh kebanyakan dicarikan orang tua (nenek kakek kita). Sekarangpun masih terjadi kalau anak2 dari ortu masa kini sudah berumur belum ketemu jodoh, orang tua mereka berikhtiar untuk mencarikan jodoh anaknya, karena memang salah satu kewajiban orang tua, selain membekali ilmu pengetahuan dunia dan akhirat untuk anak2 nya, juga adalah mengantarkan anak2 mereka berumah tangga. Setiap orang diyakini telah ditaqdirkan jodohnya (dalam artian pasangan hidup) sejak sebelum lahir, namun manusia tetap harus berusaha, berdoa, dan memperbaiki diri untuk mendapatkan jodoh yang baik. Walaupun jodoh merupakan taqdir, namun perlu dikaji tentang kecocokan emosional, kesamaan nilai, komunikasi yang nyambung, dan komitmen antara dua individu yang akan berumah tangga. Jodoh bukan sekedar ditemukan, tetapi juga dibangun melalui usaha dan pemahaman satu sama lain. Dengan demikian, jodoh (suami – istri) idealnya adalah pasangan yang sepadan dan cocok secara lahir maupun batin untuk menjadi pasangan hidup. Barulah dapat dikatakan sebagai taqdir; apabila perjodohan atau masalah apapun yang dialami masih terjadi juga, walau sudah menghindar karena sejak semula sudah diduga akan tidak mengenakkan. Sebaliknya baru dapat dikatakan taqdir, apabila perjodohan atau cita2 apapun tetap tidak terlaksana juga, walaupun telah berusaha maksimal untuk memperolehnya karena sangat digandrungi atau dicintai. Kalau sudah “terjadi apa yang tidak diinginkan” atau “tidak terjadi apa yang diinginkan” sebagaimana disebutkan kalimat diatas, maka orang beriman seharusnyalah menerima apa saja yang ditaqdirkan Allah dengan berpedoman bahwa apa yang diberikan Allah adalah yang terbaik, merifer kepada firman Allah dalam surat Al Baqarah 216: وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَࣖ ۝٢١٦ …” “………Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. Dari sekilas paparan di atas, sehubungan dengan para ortu seputar perjodohan anak2 mereka. Ketika kedua belah pihak ortu sudah sampai ke keadaan harus mencarikan jodoh anak2nya baik melalui media persahabatan sesama ortu maupun dengan sarana lainnya. Kedua anak yang akan mereka jodohkan haruslah saling diperkenalkan terlebih dahulu walaupun dalam waktu singkat, dalam rangka menjajagi kecocokan emosional, nilai, komunikasi serta komitmen dua individu yang akan dijodohkan seperti dikemukakan di atas. Mereka harus saling mengenal, harus dipertemukan, kedua belah pihak harus diberi kesempatan setidaknya untuk berdialog, walau dengan didampingi kedua ortu mereka. Kalaulah terjadi kondisi, kedua ortu sudah mencapai semacam persamaan persepsi, tetapi setelah salah satu pihak mengunjungi pihak yang lain, maka anak yang akan dipekenalkan itu menjauh, tidak berkenan menemui, atau menemui hanya sekedar basa-basi (apa boleh buat). Tentu salah satu pihak menjadi paham bahwa PDKT tidak perlu dilanjutkan, karena pihak yang dikunjungi tidak merespon. Pernah terjadi pihak ortu anak perempuan telah sepakat dengan ortu anak lelaki. Keduanya berada di kota yang berbeda, salah satunya di Jakarta. Diatur ketemuan di lobby suatu hotel. Dalam pertemuan, kedua keluarga besar, di lobby hotel tersebut si anak lelaki mengajak untuk makan malam di salah satu restorant, dengan maksud mengajak berkenalan lebih jauh melalui dialog2. Ajakan tersebut ditolak oleh keluarga pihak perempuan. Anak lelaki ajukan lagi agar pihak ortu perempuan mengundurkan sehari kepulangan ke kota mereka, agar nanti keesokan harinya berkenaan hari libur dapat bersama-sama jalan2 di kota Jakarta. Tentu maksud anak lelaki itu agar dapat mengenal lebih jauh tentang kecocokan emosional, komunikasi, persepsi dll. Tawaran tersebut tidak dapat dipenuhi ortu pihak perempuan, walaupun anak perempuannya bersedia bertahan di Jakarta agak sehari. Anak lelaki jadinya tidak bersedia melanjutkan hubungan, karena menilai pihak keluarga perempuan tidak bersedia negosiasi, dapat dianggap mau menang sendiri. Beginilah secuil rekaman kecil dari kasus2 perjodohan, dari sekian banyak yang telah dan akan terjadi dalam serba-serbi masalah perjodohan sepasang anak manusia lelaki dan perempuan. Dalam ajaran Islam, taqdir berarti ketetapan Allah, terhadap segala sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi di alam semesta. Secara umum, taqdir dibagi menjadi 2 (dua) jenis: PERTAMA; Taqdir MUBRAM (تقدير مبرم), Taqdir yang pasti dan tidak bisa diubah oleh manusia. Disebut juga taqdir AZALI yaitu: Ketetapan Allah atas segala hal sebelum penciptaan. Taqdir Mubram atau taqdir Azali, merupakan ketetapan Allah yang sudah final di Lauh Mahfuzh sejak sebelum penciptaan langit dan bumi. Tidak akan berubah walau manusia berusaha menghindarinya. Seperti; Kematian seseorang (waktu dan tempatnya). Jenis kelamin ketika lahir. Siapa ayah dan ibu yang melahirkan seseorang, di bangsa apa seseorang dilahirkan. Terbit dan terbenamnya matahari. KEDUA; Taqdir MU‘ALLAQ (تقدير معلق). Takdir yang tergantung pada sebab atau usaha manusia — bisa berubah dengan doa, amal shaleh, atau perbuatan tertentu. Allah telah menetapkan sesuatu jika seseorang melakukan sebab tertentu. Ada juga yang menyebut sebagai taqdir IKHTIARI, karena jika ia berdoa, berusaha atau berbuat baik, maka Allah akan mengubah keadaan hidupnya. Misalnya; rezeki berlimpah karena giat berusaha dan rajin bersedekah. Keselamatan karena doa dan tawakal. Begitupun agaknya taqdir tentang usia, Nabi Muhammad ﷺ bersabda: لَا يَرُدُّ القَضَاءَ إلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي العُمُرِ إلَّا البِرُّ “Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebajikan.” -----  Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Al-Qadar, bab “Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa” (no. 2139), dari hadits Salman radhiyallahu ‘anhu. Dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah As-Sahihah (no. 154) dan dalam Sahih Al-Jami’ (no. 7687). Terkait jodoh kedua anak manusia nampaknya mungkin sangat dominan merupakan taqdir Taqdir Mu‘allaq (تقدير معلق) atau taqdir ikhtiari. والله أعلمُ بالـصـواب Semoga Allah mengentengkan jodoh, bagi anak lelaki dan perempuan yang belum menemukan jodoh mereka. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 3 Jumadil Awal 1447H. 24 Oktober 2025.

No comments:

Post a Comment