Tuesday, 21 October 2025
Ber-Tamu dan Menerima Tamu
Disajikan: M. Syarif Arbi
No: 1.366.09.10-2025
Di negeri kita ini menyoal tentang bertamu dan menerima tamu di kediaman atau rumah, masing2 daerah ada semacam kearifan lokal yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Tak jarang ditemukan kearifan lokal dinilai baik disuatu daerah, di daerah lain belum tentu dianggap baik bahkan malah dianggap tidak sopan. Sekedar contoh; disatu daerah dipandang sangat menghormati tamu, jika tak lama tamu duduk langsung disuguhkan minuman ringan diikuti sekedar makanan kecil. Sebaliknya di suatu daerah menyuguhkan minuman dan kue2 kepada tamu yang baru saja sebentar duduk, malah dianggap si tuan rumah bermaksud agar durasi pertamuan dipersingkat, bahasa lain mengusir si tamu agar segera pulang.
Pernah kami alami mengikuti arisan di suatu daerah, acara cukup lama, sejak pukul 9 an pagi sampai makan siang dan shalat dzuhur berjamaah. Seusai shalat, tuan rumah menghidangkan minuman yang berwarna kemerahan dari olahan sejenis kulit kayu, setempat dikenal dengan “Sepang”. Kolegaku dimana dianya adalah penduduk asli setempat membisikkan; “itu pertanda si tuan rumah menyuruh kita segera pamit pulang”.
Perbedaan kearifan lokal per daerah itu, kadang membuat beda penafsiran ketika bertamu atau menjadi tuan rumah dalam rangka silaturahim antar sahahat, kenalan yang berbeda daerah. Misalnya kita bertamu. Pihak tamu datang suami istri membawa pula anak. Dimana ditenggarai tuan rumah yang dikunjungi juga masih lengkap suami istri dan juga mempunyai anak. Andaikan tuan rumah hanya suami dan istri yang menemani tamu ngobrol, tetapi tuan rumah tidak menghadirkan anak2 mereka untuk nimbrung di ruang tamu dalam ramah tamah itu, padahal anak2 mereka yang sebaya ada di rumah. Maka kondisi demikian, di daerah tertentu ditafsirkan bahwa si tuan rumah tidak berkenan anak2 mereka kelak menyambung pertemanan seperti halnya persahabatan ayah bunda mereka.
Apa dan bagaimanapun kearifan lokal, haruslah diselaraskan dengan adab bertamu dan menerima tamu sesuai kaidah agama. Dalam Islam, menerima tamu adalah salah satu bentuk ibadah dan akhlak mulia yang sangat dianjurkan. Rasulullah Muhammad ﷺ dan para sahabat mencontohkan banyak teladan dalam hal ini. Berikut beberapa adab bertamu dan menerima tamu yang baik menurut ajaran Islam secara umum:
PERTAMA; Tuan rumah menerima tamu dengan wajah ceria, ramah, bahasa populer sekarang “welcome”. Rasulullah Muhammad ﷺ pernah bersabda:
« لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».
“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya) kamu bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum.” (HR. Muslim).
KEDUA; Mengucapkan Salam. Bagi pihak yang bertamu ketika sampai kerumah yang dikunjungi (kini biasanya telah konfirmasi) langsung mengucapkan salam kepada tuan rumah. Perintah ini betul2 wajib, ndak tanggung2 malah langsung diabadikan Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 27:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَهْلِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ٢٧
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu lebih baik bagimu agar kamu mengambil pelajaran”.
KETIGA: Bersikap hormat dan sopan. Baik tuan rumah maupun tamu haruslah menjaga sopan santun. Si tamu harus mengambil posisi duduk ditempat yang dipersilahkan si tuan rumah, tidak diperkenankan nyelonong masuk ke ruang lain tanpa dipersilahkan atau diijinkan tuan rumah. Dalam pada itu si tuan rumah harus menghormati tamunya seperti yang dihimbau oleh Rasulullah Muhammad ﷺ melalui hadits dari Abu Hurairah:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mempererat hubungan kekeluargaannya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja." (Muttafaq 'Alaih, HR Bukhari [10/373, 442] & Muslim [47]).
Termasuk dalam kategori saling menghormati tuan rumah dan tamu adalah:
• Tuan rumah menyuguhkan minuman, kalau ada makanan kecil untuk tamu yang berkunjung singkat. (dalam tulisan singkat ini sengaja tidak di bahas buat tetamu yang nginap). Sementara itu kalau dimungkinkan si tamu membawa oleh2 sekedarnya (dikenal dengan buah tangan).
• Tuan rumah maupun tamu tidak bertanya hal yang pribadi yang bernuansa sensitive, baik mengenai diri maupun keluarga masing2. Hal itu membuat suasana menjadi akan tidak nyaman.
• Tuan rumah harus dapat membuka pembicaraan agar suasana pertemuan tidak beku. Sang tamu maupun tuan rumah harus menahan diri, agar tidak memonopoli pembicaraan.
KEEMPAT; Untuk pihak yang bertamu, hendaklah perhatikan durasi bertamu, harus peka terhadap gestur tubuh (body language) tuan rumah dan keluarganya, agar segera cepat pamit supaya tuan rumah tidak terganggu beristirahat dan mungkin ada keperluan lain.
KELIMA; Bila suasana memungkinkan ketika tamu (lihat sikon tuan rumah dan rombongan tamu) disunahkan sebelum berpisah di pertemuan silaturahim itu, ditutup dengan tamu dan tuan rumah berdo’a:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِي مَا رَزَقْتَهُمْ وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ
“Ya Allah, berilah mereka berkah dalam segala yang telah Engkau rezekikan kepada mereka, ampunilah mereka dan sayangilah mereka’”.
Diharapkan baik tamu dan tuan rumah sama2 mendapat apa yang diredaksikan dalam do’a tersebut.
Demikian, sekelumit tentang adab bertamu dan menerima tamu, semoga Allah memberikan kebaikan bagi kita semua, baik yang bertamu maupun yang menerima tamu, karena bertamu dan menerima tamu merupakan salah satu ibadah yaitu menjalin silaturahim.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jakarta, 29 Rabiul Akhir 1447H.
21 Oktober 2025.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment