Tuesday, 14 October 2025

GAYA dan perilaku SOK

Disajikan: M. Syarif Arbi No: 1.362.05.10-2025 Bahasa Gaul di gunakan sehari-hari sering didengar istilah "Sok" yang digunakan untuk menyatakan seseorang berpura-pura atau berlagak seperti ……. sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai kenyataannya. Terminology agama Al-Mutafaihiqun (المُتَفَيْهِقُونَ). Misalnya berpura-pura mengerti, padahal sebenarnya belum atau tidak mengerti. Seringkali ketika berdialog dengan seseorang, dapat diketahui lawan bicara apakah mengerti atau pura2 mengerti. Seorang karyawan atau buruh ketika atasannya atau mandornya melintas, berpura-pura sibuk, padahal volume pekerjaannya biasa saja bahkan sangat minim. Pernah terjadi dalam suatu pertemuan arisan, bapak “A” berdekatan dengan seorang teman yaitu bapak “B” yang ngomongnya cepat dan tak jelas, semua rekan segroup sudah hapal dengan teman yang satu ini, tentang cara bicaranya itu. Ketika pak “B” bercerita, teman duduk dikursi sebelahnya, pak “A” mengangguk-angguk. Bapak yang lebih senior pada saat ambil makanan, berbisik ke Pak “A”, “bapak tadi ngerti yang diceritakan pak “B”. Bapak “A” menjawab “ndak mengerti”, Senior tadi meneruskan pertanyaannya “tapi kok nganggung-angguk”. jawab pak “A”, “sekedar diplomasi”. Disini konotasi “Sok” lain Iagi, “diplomasi” dengan tujuan agar bapak “B” yang bercerita tadi menjadi puas. Toh masalahnya tidak terlalu signifikan, bukan merupakan suatu kebijakan atau suatu keputusan yang berdampak dengan tugas pekerjaan, diyakini tidak berpengaruh kepada banyak orang. Tetapi dalam hal2 yang berujung kepada masalah sirius, berdampak untuk orang banyak, maka sangat tidak baik untuk berlaku “SOK”, misalnya Sok Pintar, berpura-pura pintar akhirnya akan menyesatkan orang yang mempercayai apa yang disampaikannya. Dalam hal menyangkut pekerjaan peralatan teknis, misalnya memperbaiki peralatan elektronik jika diserahkan kepada orang yang sok pintar tadi, akan rusak berantakan peralatan tersebut, malah jadinya tidak berfungsi. Kalau kepada si “Sok Pintar” diserahi sebagai pemimpin, maka kita teringat dengan pesan Rasulullah Muhammad ﷺ dalam suatu hadist bahwa apabila suatu perkara atau jabatan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah terjadi kehancurannya. فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ “Apabila amanah sudah hilang, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu (Arab Badui) bertanya, “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi saw menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.” (HR. Al-Bukhari). Hadits di atas mempertegas ketika peran-peran penting di tengah masyarakat diberikan pada sosok yang tidak memiliki kompetensi dan keahlian dalam memimpin, mengelola dan mengurus yang diistilahkan dengan “SOK” atau (Al-Mutafaihiqun (المُتَفَيْهِقُونَ), maka kehancuran pun akan datang. Oleh karena itu jangan sampai meneyerahkan sesuatu urusan kepada orang yang Sok tau, atau orang yang sok pintar, apalagi urusan yang menyangkut kepentingan orang banyak. Bagi orang2 beriman, apabila dirinya akan dipercayai untuk menyelenggarakan urusan yang menyangkut ummat, sebelum menerima amanah tersebut , akan senantiasa mengukur diri apakah diri benar2 mempunyai keahlian sesuai yang diamanahkan dengan mengacu pada hadist tersebut diatas dan juga firman Allah: وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ۝٣٦ “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”. (Al-Isyra’ ayat 36) Pengertian SOK (Al-Mutafaihiqun (المُتَفَيْهِقُونَ) dari ayat diatas: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Jangan mengatakan sesuatu yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku melihat apa yang tidak engkau lihat, jangan pula mengaku mendengar apa yang tidak engkau dengar, atau mengalami apa yang tidak engkau alami. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, adalah amanah dari Tuhanmu, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya, apakah pemiliknya menggunakan untuk kebaikan atau keburukan? Gaya berbicara, gaya hidup dan perilaku yang tidak disukai oleh Rasulullah Muhammad ﷺ telah dikemukakan dalam artikel sebelumnya yaitu banyak bicara yang sia-sia Ats-tsartsaruun (الثَّرْثَارُونَ), gaya bicara sombong dan membanggakan diri (Al-Mutasyaddiqqun (المُتَشَدِّقُونَ) dan terakhir yang ketiga SOK (Al-Mutafaihiqun (المُتَفَيْهِقُونَ). Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua, agar menjadi orang2 yang TIDAK mempunyai gaya berbicara atau bertutur yang tidak disenangi oleh Rasulullah Muhammad ﷺ, utamanya bertutur yang dengan: gaya berbicara yang “sia-sia” dan bergaya berbicara “pongah atau sombong” dan bergaya berperilaku yang Sok atau (Al-Mutafaihiqun (المُتَفَيْهِقُونَ). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 21 Rabiul Akhir 1447H. 14 Oktober 2025.

No comments:

Post a Comment