Thursday, 11 December 2025

NONGKENG

Dihimpun: M. Syarif Arbi No: 1.378.03.12-2025 Saya perkenalkan satu kosa kata yang cukup popular di Kawasan Pontianak Kal-Bar, yaitu kata “Nongkeng”. Bila kita terbang naik pesawat terbang sekitar 45 menit ke selatan, tiba di kota Ketapang, …..kata “Nongkeng” dikenal dengan “Nungking”, perubahan huruf “O” menjadi “U”, “E” diganti “I” Nungking atau Nongkeng itu sendiri berasal dari kata “Tungking” yaitu tulang ekor. Entah dari mana dibuat kesimpulan ini, bahwa seseorang yang mudah tersinggung disebabkan “Tungking” nya pendek. Lalu diistilahkanlah bahwa orang yang tersinggungan dijuluki “Pendek Tungking”. Disederhanakan “Nongking” atau “Nungking” tadi. Orang yang disematkan kata “Nongkeng” bukan hanya sekedar tersinggung tapi diikuti ngambek; bahasa setempat dikenal dengan “ngambol”. Ngambol sendiri pengertiannya lebih dalam dari ngambek, karena akibatnya dianya tidak perduli apakah tindakan “ngambol” nya itu merugikan dirinya sendiri. Dalam pergaulan ketika masih anak2 sepermainan, sudah nampak sifat “Nongkeng” seseorang anak, di ikuti “Ngambol” ini diantara sesama teman. Teman2nya manandai bahwa si anu penongkeng. Ketika mereka sekelompok teman bermain, menemukan misalnya sejumlah buah2an di dalam hutan, atas usaha bersama. Bila salah seorang ada yang pe “Nongkeng”, jika dianya tersinggung atau menurutnya pembagian tak adil, se pe Nongkeng, tidak mau menerima bagiannya “Ngambol”, nyerahkan jatahnya untuk kelompok, kadang lebih ekstrim bagian untuk dia dibuangkannya secara demontratif dihadapan teman2nya. Umumnya kalau pe “nongking” semasa anak2 terbawa sampai dewasa dan tua. “Masa kecil terbiasa, dewasa terbawa-bawa, sudah tua berubah tidak”. Di masa sudah berumah tangga misal adanya pertikaian suami istri sampai ke perceraian. Si lelaki pe “Nongking” rela turun dari rumah sehelai sepinggang (istilah tidak membawa harta berharga apapun). Sesuai aturan “gono-gini”, semestinya dianya berhak memiliki sebagian rumah, sebagian kendaraan dan sebagian harta bergerak maupun tak gerak, tapi dengan sifat “Nongkeng” diikuti “Ngambol”, dibiarkannya semua harta dikuasai mantan istrinya yang sudah diceraikannya itu. Ketika bekas istrinya bersuami baru menempati rumah yang dia bangun dengan susah payah itu, buat si pe “nonking” yang “ngambol” hanya tinggal sakit hati sendiri, apaboleh buat asset itu sudah terlanjur diserahkan walau dengan tak ikhlas di kondisi “ngambol”. Ngambek (tersinggung, kecewa, atau marah) dalam Islam adalah sah-sah saja, karena itu adalah manusiawi. Namun, cara merespons perasaan itu yang diatur dalam ajaran Islam. Rasulullah ﷺ pun pernah marah mungkin kerena tersinggung, tetapi marah, tersinggung beliau selalu karena alasan yang benar, bukan karena ego. Islam tidak melarang emosi—yang dilarang adalah melampiaskannya dengan cara yang buruk Ngambek tidak boleh sampai menzalimi orang lain dan juga menzalimi diri sendiri, memutus silaturahmi, menyakiti perasaan orang lain. Yang penting adalah cara menyelesaikan konflik, jangan mengedepankan ketersinggungan lalu “Nongking” diikuti “Ngambol”, karena dalam banyak hal Nongking dan Ngambol menzalimi diri sendiri. Oleh karena itu maka dalam hal terdapat permasalahan yang membuat diri tersinggung, berdialoglah dengan baik, katakan “saya tidak terima ……… sebab ………”. Jika pihak yang membuat tersinggung minta maaf, maafkanlah dengan tulus. Kendalikan emosi agar tetap dapat memeliha hubungan baik. Mengendalikan Emosi ketika tersinggung, menahan Amarah, adalah salah satu tanda kekuatan iman. Surat Ali ‘Imran Ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Pesan Rasulullah tentang menahan marah, dapat dijumpai dalam hadits yang tercatat dalam Kitab Al Mu’jamul Ausath Nomor 2374. Rasulullah ﷺ menyampaikan petuah luhur ini dengan kata-kata yang mendalam, لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ “Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani). Oleh karenanya Rasulullah ﷺ menasihati seseorang dengan berulang-ulang supaya tidak marah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ, “Berilah wasiat kepadaku.” Nabi menjawab,“Janganlah engkau marah.” Laki-laki tadi mengulangi perkataannya berulang kali, beliau (tetap) bersabda, “Janganlah engkau marah.” (HR Bukhari no. 6116) Boleh marah (secara syar'i): Jika agama Allah dihina, bukan karena urusan dunia atau pribadi, seperti hadist diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya: عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا خُيِّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَأْثَمْ فَإِذَا كَانَ الْإِثْمُ كَانَ أَبْعَدَهُمَا مِنْهُ وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّه Diriwayatkan dari Aisyah, Beliau berkata, “Nabi ﷺ. memilih perkara yang ringan jika ada dua pilihan selama tidak mengandung dosa. Jika mengandung dosa, maka Rasul akan menjauhinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan (kepentingan) pribadi, tapi jika ajaran-ajaran Allah dilanggar maka beliau menjadi marah karena Allah (lillahi ta’ala).” Ya Allah hindarkanlah kami semua dari berbuat sesuatu yang merugikan diri kami sendiri maupun orang lain, kendatipun ketika kami tersinggung, ketika kami marah dan ketika kami kecewa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1447H. 11 Desember 2025

Friday, 5 December 2025

Perihal PIL & WIL

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.377.02.12-2025 Sakit-Hati adalah “perasaan terluka secara emosional”, dalam hubungan dengan orang lain, dimana ada 4 (empat) sebab sakit hati: 1. Dikhianati teman akrab, sudah diketengahkan di artikel HATI Terluka; DIKHIANATI. No: 1.376.01.12-2025 tgl 3 Desember 2025. 2. Suami atau istri yang dikhianati salah satu dari mereka dengan adanya “Pil” atau “Wil”, ekstrimnya sampai berselingkuh. 3. Mendapat perlakuan tidak adil, walaupun sudah melalui pengadilan. 4. Menerima perkataan yang menyakitkan hati, dari orang lain ditujukan kepada diri. Di artikel nomor ini, untuk membatasi ruang tulis, dibatasi hanya menulis soal “PIL & WIL”, yaitu penyebab yang ke dua. Sedangkan 2 (dua) penyebab luka dihati yang ke 3 dan ke 4, إِنْ شَاءَ اللَّه. akan susun dikesempatan mendatang. Masalah PIL atau WIL ini, membuat sakit hati yang sangat mendalam, tak jarang berujung sampai nyawa jadi melayang, hilangnya jabatan dan pekerjaan. Apalagi dalam hal suami memergoki istrinya tengah bersama PIL nya, harga diri seorang pria membuat kadang gelap mata…….. (banyak disaksikan/didengar di media). Demikian juga bila sang istri mendengar, apalagi melihat langsung suaminya bermesraan berasama WIL nya. Di kehidupan kita di dunia ini banyak hal yang akan terjadi, ada tanda2 yang mendahuluinya beberapa waktu sebelumnya, boleh jadi tanda itu nyata boleh jadi semacam firasat. Contoh keseharian tanda atau firasat tersebut: Bila diri akan sakit, mungkin didahului meriang. Bila diri akan pipis atau buang air besar, didahului perasaan dikenal dengan “kebelet”. Andaikan tidak dihalui firasat tersebut, bisa2 merojol di celana. Andaikan tidak didahului firasat, ada orang yang ngompol sedang duduk di ruang tunggu ke dokter misalnya, itu berarti firasatnya sudah tumpul. Tanda-tanda atau semacam firasat yang cukup umum ketika pasangan mungkin sedang memiliki pilihan lain. Dengan cacatan masih perlu pedalaman karena tidak semua tanda ini pasti berarti selingkuh, tidak berarti mutlak benar. Tapi bisa menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan: 1. Jadi lebih cuek atau menjauh secara emosional, tidak lagi terbuka bercerita. Percakapan yang biasanya meriah, penuh canda, jadi pendek dan terkesan malas. 2. Sering mudah tersinggung; Hal kecil jadi masalah, atau pihak yang punya PIL atau WIL itu mencari alasan untuk berkonflik. 3. Tidak lagi peduli seperti dulu; berubah dari perhatian → acuh. 4. HP jadi sangat dijaga; Tiba-tiba sandi diganti. HP dibawa ke mana-mana, termasuk ke kamar mandi. Panik ketika pasangannya mendekati layar HP. 5. Aktif online tapi tidak membalas chatting dari pasangannya. Sering terlihat aktif, tapi chat pasangannya dibalas lama dan singkat. 6. Sering memberi alasan untuk sibuk. Lembur mendadak, “ada urusan,” “ketemu teman,” padahal sebelumnya tidak pernah begitu. 7. Sering menghilang tanpa penjelasan jelas. Tidak bisa dihubungi beberapa jam tanpa alasan yang masuk akal., 8. Kedekatan fisik berkurang. Jarang minta quality time, sentuhan, atau keintiman. 9. Tiba-tiba bertingkah tak biasa. Terlalu manis tanpa sebab. Memberi hadiah atau perhatian mendadak (karena rasa bersalah). 10. Pasangan tidak lagi dilibatkan dalam rencana masa depan. Pembicaraan tentang masa depan mulai hilang atau dihindari. 11. Menyembunyikan pasangan dari lingkungan sosialnya. Tidak lagi mengajak pasangan bertemu teman-temannya, semisal reuni, kondangan. Tidak mau pasangannya melihat aktivitasnya. Sebelas nomor di atas, antara lain merupakan tanda2 lahir, yang disajikan di artikel ini. Selain itu tidak boleh juga diabaikan tanda2 dalam bentuk firasat secara nyata kejadian2 tak biasa; misalnya sesuatu tak ada sebabnya yang jelas, tiba2 pecah berantakan. Juga kadang pasangan mendapat firasat melalui mimpi; misalnya konon bermimpi sesuatu “barang milik sangat pribadi dipakai orang”. Firasat kejadian tak biasa atau firasat melalui mimpi tidak mudah untuk diterjemahkan, kadang baru dapat dipahami setelah kejadian. Agar tidak menjadi fitnah, agar tidak menuduh yang tidak berdasar telah terjadinya PIL atau WIL melalui firasat2 tersebut hendaklah dicocokkan dengan tanda2 lahir. Tetaplah dalam jalur hati2 mencari fakta, jangan sampai menimbulkan fitnah, dosa fitnah mengenai hal selingkuh ini sangat besar seperti diancamkankan Allah dalam Al-Qur'an. Menuduh wanita baik-baik berzina tanpa 4 saksi adalah dosa besar yang disebut qadzaf, (lihat surat An-Nur ayat 4) وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا۟ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجْلِدُوهُمْ ثَمَٰنِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا۟ لَهُمْ شَهَٰدَةً أَبَدًا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik”. Surat Al Isra ayat 32; Ayat ini melarang segala sesuatu yang dapat mengarah pada perzinaan, seperti pergaulan bebas, karena zina dapat merusak keturunan, menimbulkan kegoncangan sosial, menghancurkan rumah tangga, dan menimbulkan penyakit: وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةًۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا ۝٣٢ “Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk”. Surat Al-Anfal ayat 27; adalah peringatan bagi orang beriman agar tidak mengkhianati Allah, tidak mengkhianati Rasul-Nya (Muhammad ﷺ ), memelihara amanah yang dipercayakan. Pentingnya kejujuran dan amanah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. Baik pelakor maupun pebinor, tindakan merebut pasangan orang lain yang sah atau perselingkuhan, dilarang keras dalam pandangan Islam, baik dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan umatnya agar tidak merusak hubungan orang lain dengan cara ‘takhbib’. عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لَيْسَ مِنَّا مَنْ خَبَّبَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِها أو عَبْدًا عَلَى سَيِّدِه “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Bukan bagian dari kami, orang yang menipu seorang perempuan atas suaminya atau seorang budak atas tuannya’.” (HR Abu Dawud). Jelas lah bahwa; Al-Qur'an dan Hadits melarang keras “bermain” PIL atau WIL karena termasuk zina dan pengkhianatan, dengan dalil utama seperti telah sebagaian dipetik di atas. Harapan kita setiap rumah tangga dapat membentuk keluarga bahagia tanpa kehadiran PIL atau WIL: • Sakinah (سَكِينَةً): Ketenangan, kedamaian, rasa aman. • Mawaddah (مَوَدَّةً): Cinta kasih yang tulus, saling memberi. • Warahmah (وَرَحْمَةً): Kasih sayang yang mendalam, menerima kekurangan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 15 Jumadil Akhir 1447H. 6 Desember 2025

Wednesday, 3 December 2025

HATI Terluka; DIKHIANATI.

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.376.01.12-2025 Hati yang terluka adalah “perasaan terluka secara emosional”, dalam hubungan dengan orang lain, misalnya: 1. Dikhianati teman akrab. 2. Suami atau istri yang dikhianati salah satu dari mereka dengan adanya “Pil” atau “Wil”, ekstrimnya sampai berselingkuh. 3. Mendapat perlakuan tidak adil, walaupun sudah melalui pengadilan., 4. Menerima perkataan yang menyakitkan hati, dari orang lain ditujukan kepada diri. Empat penyebab disebutkan diatas umumnya membuat orang “sakit hati”, dengan batasan pengertian sakit hati adalah “terluka secara emosional”, terluka bukan secara phisik tetapi terluka perasaan. Penderitaan luka perasaan jauh lebih membekas dari pada luka secara lahir di tubuh atau di kulit. Luka badan mudah dibebat. Luka dihati susah diobat. Di ruang baca terbatas ini, ditampilkan satu diantara empat penyebab tsb yaitu: “Hati Terluka Dikhinati Teman Akrab”. Setiap orang dalam hidup ini memiliki teman akrab, teman sepermainan ketika masih dikampung halaman, teman sekolah dll. Tak semua teman setia seumur hidup, ada juga yang berkhianat, baik secara halus maupun akhirnya diketahui, atau secara terbuka teman akrab tsb berkhianat. Bentuk pengkhianatan umumnya: 1. Membocorkan sesuatu yang kita ceritakan secara pribadi — curhat, rencana, atau masalah keluarga — kepada orang lain. Adalah lumrah untuk meringankan beban perasaan, seseorang curhat kepada orang lain yang dianggapnya dapat menyimpan rahasia pribadinya. 2. Bersikap baik di depan, tetapi menjelek-jelekkan diri kita di belakang untuk keuntungan pribadi atau untuk terlihat lebih baik. 3. Diam saja atau malah ikut membicarakan diri kita ketika orang lain menyerang karakter atau nama baik diri kita. 4. Menghubungi atau berteman hanya ketika membutuhkan sesuatu: uang, pekerjaan, bantuan, atau fasilitas. 5. Berbohong tentang hal-hal penting atau membuat kita percaya pada sesuatu yang tidak benar, malah tega menipu. 6. Menghilang atau tidak peduli ketika diri kita sedang dalam masalah. 7. Tidak menepati perjanjian penting yang sudah disepakati bersama. Jika teman akrab berkhianat, melakukan salah satu saja dari hal2 tersebut diatas, membuat “sakit hati” yang sangat dalam. Jika kita mengadu kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah juga tidak menyukai orang2 yang selalu berkhianat: وَلَا  تُجَا دِلْ  عَنِ  الَّذِيْنَ  يَخْتَا نُوْنَ  اَنْفُسَهُمْ   ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  لَا  يُحِبُّ  مَنْ كَا نَ  خَوَّا نًا  اَثِيْمًا “Dan janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa,” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 107) Saking tidak baik dan dibenci Allah masalah berkhianat, maka kepada teman akrab yang berkhianat kepada kita saja, Allah larang kita berdebat, Nabi Muhammad ﷺ melarang kita untuk membalas orang yang telah mengkhinati kita, sebab membalas pengkhianatan juga sama halnya dengan berkhianat, sbgmn hadits: ‎أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ ، وَلا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ “Tunaikanlah amanat pada yang memberikan amanat kepadamu. Janganlah berlaku khianat pada orang yang mengkhianatimu.” (HR. Tirmidzi, no. 1264; Abu Daud, no. 3535. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Adapun Syaikh Al-Albani menyatakan sahih hadits ini). Kita dilarang membalas khianat kepada teman akrab yang mengkhianati kita, lantas bagaimana mengobati sakit hati dikhinati teman akrab, karena pengkhianatan dari orang yang dekat biasanya meninggalkan luka paling dalam. Berikut beberapa langkah yang mudah2an dapat membantu mengobati “sakit hati” secara perlahan, tanpa harus memaksakan diri: PETAMA; Endapkan dalam hati hal2 yang dikhianati, biarkan perasaan sakit hati itu muncul, misalnya diwujudkan dengan ekspresi, mengepalkan tinju, menggregetkan gigi, memukul meja, asal jangan diluapkan didepan orang lain. KEDUA; Curhatkan kepada orang lain, pilih orang yang benar2 diyakini tidak berkhianat agar kejadian tak terulang, misalnya ortu, saudara kandung, untuk menceritakan pengkhiatan tersebut. Karena dengan menceritakan saja, walau orang tempat curhat itu tidak memberikan solusi, namun hal terebut sudah memindahkan sebagian perasaan sakit hati tersebut. Tapi jangan salah pilih orang, nanti awak sudahlah dikhianati malah ditertawakan, atau dimarahi. Sangat baik jika orang tempat curhat dapat memberikan perspektif yang lebih jernih dan membantu kita melihat keadaan dari sudut pandang lain. KETIGA; Kalau hati masih terlalu panas, jangan memaksakan untuk langsung menyelesaikan masalah, misalnya dengan melabrak orang sumber masalah. Tenangkan diri agar sanggup berpikir lebih rasional. Tuntunan agama ialah dengan lebih banyak berdzikir, mengingat Allah, dengan demikian hati menjadi tentram. Surat Ar-Ra’d Ayat 28, ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” KEEMPAT; Evaluasi hubungan dengan orang yang mengkhianati kita. Apa pola ini pernah terjadi sebelumnya?. Apakah yang bersangkutan berkhianat karena tertekan/terpaksa?. Apakah hubungan ini sehat buat kita?. Layakkah ia diberi kesempatan lagi?. Jawaban atas pertanyaan2 tsb. penting untuk menentukan langkah berikutnya. KELIMA; Memaafkan orang yang mengkhianati kita, tetapi bukan karena terpaksa, tidak pula berarti menganggap itu seperti belum pernah terjadi lantas dilupakan, namun tetap jadi catatan pengalaman hidup agar tidak terulang. Upaya ini melepaskan beban jiwa bagi yang pernah dikhianati. Hati2lah memilih teman akrab, agar tidak dikhianati. Mudah2an teman2 kita setia sampai akhir hayat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 12 Jumadil Akhir 1447H. 3 Desember 2025