Tuesday, 28 January 2025
KEPUTUSAN yang SALAH
Disusun: M. Syarif Arbi
No: 1.297.06.1-2025
Terjadi musibah, korban manusia terkena tanah longsor (baru2 ini di Pekalongan) belasan orang tertimbun. Kebakaran (di Glodog belasan orang menjadi arang) dan berbagai musibah lainnya. Karena manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi, sebelum kejadian itu terjadi. Manusia tak mengetahui kejadian diwaktu yang akan datang, termasuk apa saja yang akan terjadi besok, bahkan apa2 yang terjadi menit2 yang akan datang. Malah justru kadang beberapa jenis hewan lebih peka terhadap tanda2 alam.
وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ ..........." …………..”
“……….Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. ………………. (QS: Lukman 34)
Dalam konteks manusia tidak tau persis kejadian yang akan datang, maka ketika membuat suatu keputusan sepenting apapun, belum lah tentu keputusan itu terlaksana, belum pasti keputusan itu benar adanya. Tak jarang suatu keputusan disesali kemudian hari. Jenis2 penyesalan yang seringkali terjadi adalah:
1. Keputusan yang keliru, 2. Peluang terlewatkan, 3. Perbuatan dilakukan terhadap orang lain, 4. Terlambat bertindak, 5. Tidak memanfaatkan waktu dengan baik. 6. Memilih pemimpin.
Terbatasnya ruang tulis artikel ini bertitik berat hanya pada “SALAH MEMBUAT KEPUTUSAN”
Jangankan lagi kita manusia biasa, Rasulullah saja bila mengambil keputusan bukan dengan tuntunan wahyu pernah terjadi kekeliruan, walaupun atas dasar musyawarah.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya dari sahabat Anas bin Malik ra. Bahwasanya dia berkata, Nabi Muhammad ﷺ bermusyawarah dengan kaum muslimin mengenai tindakan apa yang akan diambil terhadap 70 tawanan yang didapat dari perang Badar. Beliau bersabda, “sesungguhnya Allah telah memberikan kuasa penuh pada kalian atas diri mereka.”
Umar bin Khattab ra. berdiri dan berkata, “wahai Rasulullah penggal saja leher mereka!”. Akan tetapi, setelah mendengar perkataan Umar, Abu Bakar berdiri dan berkata, “menurut kami sebaiknya engkau memaafkan mereka dan menerima uang tebusan”. Selain itu sekelompok kaum muda mengusulkan tawanan2 itu dibawa ke semak2 kemudian dibakar.
Dari tiga usulan itu, Nabi Muhammad ﷺ cenderung memilih pendapat Abu Bakar dengan mengambil tebusan tawanan perang Badar. Pendapat Abu Bakar memenangkan musyawarah. Keputusanpun diambil “membebaskan tawanan dengan tebusan”, meninggalkan pendapat Umar bin Khattab ra. dan pendapat kaum muda.
Diketahui bahwa keputusan ini salah, setelah keputusan diambil; Nabi Muhammad ﷺ , menerima teguran dari Allah melalui wahyu dalam surat Al-Anfal 67
مَا كَانَ لِنَبِىٍّ اَنۡ يَّكُوۡنَ لَهٗۤ اَسۡرٰى حَتّٰى يُثۡخِنَ فِى الۡاَرۡضِؕ تُرِيۡدُوۡنَ عَرَضَ الدُّنۡيَا ۖ وَاللّٰهُ يُرِيۡدُ الۡاٰخِرَةَ ؕ وَاللّٰهُ عَزِيۡزٌ حَكِيۡمٌ
“Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana”. (Al-Anfal 67)
Mengenai kekeliruan Rasulullah mengambil keputusan ini, oleh Prof. DR. Hamka diulas mendalam dalam tafsir Al-Azhar Juzu 10 halaman 53 s/d 59.
Dikisahkah esok paginya Umar bin Khattab ketika masuk ke kemah Rasulullah didapatinya Rasulullah dan Abu Bakar sedang menangis. Umar mempertanyakan penyebab tangisan itu. Rasulullah menjelaskan kepada Umar, telah mendapat teguran dari Allah atas keputusan “membebaskan tawanan dengan tebusan”.
Ancaman siksa dan kemurkaan Allah atas kesalahan keputusan itu demikian dekatnya (Rasulullah menunjuk sebatang pohon dekat kemah, segitulah sudah dekatnya adzab Allah itu). “Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksa yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil” (seperti termuat di ayat 68 surat Al-Anfal):
Untungnya untuk semua veteran perang Badar telah terjamin diampuni dosanya, dimana janji Allah itu telah terlebih dahulu dijanjikan Allah:
لَوْلَاكِتٰبٌ مِّنَ اللّٰهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيْمَآ اَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
“Veteran Perang Badar telah diputuskan Allah mereka diampuni segala dosanya”
Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang sesuai dengan syarat Imam Muslim dari hadits Jâbir, ditegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَنْ يَدْخُلَ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًا
“Yang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka”
Nabi pernah bersabda kepada ‘Umar:
(( وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّ اللهَ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ؟ فَقَالَ: اعْمَلُوْا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُلَكُمْ ))
“Tahukah kamu bahwa Allah telah menyaksikan para pejuang Perang Badar, lalu Dia berfirman: ‘Lakukanlah apa saja yang kalian suka, karena sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian.”[( HR. Al-Bukhari (no. 4890) dan Muslim (no. 2494) dari ‘Ali.
Dari peristiwa ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar tentunya sudah sangat menyesali keputusan yang keliru tersebut, dengan sendirinya telah memohon ampunan kepada Allah, dibuktikan sampai menangis ter-sedu2, ditemui Umar.
2. Kendatipun keputusan itu “salah” karena keputusan telah dipublikasikan, maka tidak “balik kucing” alias dirubah. Patut diduga bahwa nabi tentulah bermohon kepada Allah agar penerapan “keputusan salah” itu mendatangkan keberkahan. Buktinya diantara tawanan2 yang dibebaskan dengan tebusan itu dikemudian hari menjadi pahlawan2 pembela Islam yang sangat setia.
3. Umar bin Khattab, meskipun keputusan itu berbeda dengan usulnya, dan ternyata usulnyalah yang dibenarkan Allah, namun dianya tidak mendabik dada. Dianya tidak mengumumkan kepada publik bahwa dia yang benar. Dianya tetap patuh dengan keputusan yang sudah “diketok palu”. Bahkan Umar bin Khattab ikut serta mengawal pelaksanaan keputusan tersebut.
Nabi saja bisa keliru dalam memutus sesuatu, jika tidak dengan tuntunan wahyu Allah. Apalagi kita manuaia biasa agaknya dalam hidup ini, kita sebagai manusia yang lemah sering kali salah mengambil keputusan.
Semoga biarpun kita salah dalam membuat keputusan, sepanjang telah dipertimbangan dan diperhitungkan serta memohon petunjuk Allah. Allah tetap menjadikan berdampak baik setiap keputusan kita.
آمِيّنْ ….آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ مِيّنْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
Jakarta, 28 Januari 2025
28 Rajab 1446H
Monday, 20 January 2025
MENINJAU AKHIRAT
Disusun: M. Syarif Arbi
No: 1.295.04.1-2025
Semua agama mengajarkan kepada penganutnya tentang adanya alam akhirat. Sejak adanya makhluk penduduk bumi berjuta abad yang silam, makhluk yang bernama manusia sudah yakin tentang alam ghaib. Selanjutnya dengan akalnya manusia meyakini, bahwa dirinya, alam ini serta seluruh yang ada di alam ini, tentulah ada yang menciptakannya.
Manusia telah percaya akan adanya alam dimana menjadi tempat akan berhimpun semua jiwa sesudah menjalani hidup di dunia fana ini. Hal itu dapat diketahui dari bukti-bukti bahwa nenek moyang kita dulu telah mempunyai ritual ibadah, sebagai wujud perhambaan kepada Sang Pencipta dan Penguasa alam ini, agar nanti setelah jiwa berpisah dengan raga (meninggal dunia), arwah diterima di tempat yang baik di alam akhirat sana.
Akal saja tidak cukup, teknologi pun ndak akan mampu menguak kehidupan akhirat, karena kehidupan akhirat (menurut keyakinan orang beragama, apapun agamanya) adalah tentang alam ghaib, alam sesudah kita mati, bukan lagi ruang lingkup indera.
Ditengah-tengah orang yang percaya dengan alam akhirat, tidak sedikit pula sejak berabad silam dan tak kurang jumlahnya sampai sekarangpun orang yang ragu-ragu akan kebenaran adanya alam akhirat. Bahkan ada sekelompok manusia yang sama sekali tidak percaya akan alam akhirat. Sulit memang meyakinkan bagi yang tidak percaya itu, sebab memang belum pernah ada orang yang “berkunjung ke akhirat kemudian pulang lagi ke dunia”, layaknya pergi berwisata.
Soal orang tak percaya kehidupan akhirat itu bukan barang baru, bukan baru sekarang-sekarang ini, sudah luaama sekali, cuma versi mengekspresikan ketidak percayaannya saja yang berbeda.
Dulu; lebih empat belas abad silam, tatkala Nabi Muhammad ﷺ mengemukakan; tentang kehidupan akhirat dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an berhubungan dengan kehidupan akhirat akan dihuni. Manusia mau tidak mau, rela atau terpaksa, setiap jiwa manakala sudah berpisah jiwa dengan raga akan ke akhirat. Dimana raga nantinya akan tinggal sementara di dunia fana dalam tanah dan jiwa akan hidup kekal di alam BAKA sambil menunggu mahkamah Allah Ta’ala. Ketika itupun sudah banyak orang yang tak percaya akan alam akhirat.
Tersebutlah 2 orang penting yang termasuk cendekiawan dan pemimpin dari kelompok masyarakat waktu itu, yaitu Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wail. Kedua pemuka masyarakat itu selain tidak percaya bahwa orang-orang yang telah mati berabad-abad silam akan hidup kembali di kampung akhirat, juga akan memanfaatkan keterangan Rasulullah Muhammad ﷺ. Tentang akhirat itu untuk membicarakannya di kalangan masyarakat guna menjatuhkan reputasi Nabi Muhammad ﷺ dengan logika dan “ilmu” mereka.
Kedua orang itu pulang setelah bubaran dari mendengar da’wah Rasulullah Muhammad ﷺ, mereka pergi ke kuburan yang sudah lama di sekitar tempat tinggal mereka. Kuburan digali dan tulung belulang dari kuburan itu dibawanya kehadapan Rasulullah ﷺ, seraya tulang belulang yang sudah lapuk itu diinjak-injaknya hingga hancur menjadi debu. Lalu mereka berkata di hadapan Rasulullah ﷺ. “ENGKAULAH YANG MENGATAKAN BAHWA ALLAH AKAN MENGHIDUPKAN KEMBALI”.
Untuk menjawab tantangan itu, malaikat Jibril membawa wahyu dari Allah di surat Yasin 77-81.
اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ ٧٧
“Tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani? Kemudian tiba-tiba saja dia menjadi musuh yang nyata”.
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ ٧٨
“Dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal penciptaannya. Dia berkata, “Siapakah yang bisa menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?”
قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌۙ ٧٩
“Katakanlah (Muhammad), yang akan menghidupkan ialah Allah yang menciptakannya pertama kali. Dan dia mengetahui segala makhluk” .
ࣙالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًاۙ فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ ٨٠
(Dialah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau. Kemudian, seketika itu kamu menyalakan (api) darinya.”
اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْۗ بَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ ٨١
Bukankah Zat yang menciptakan langit dan bumi mampu menciptakan manusia yang serupa mereka itu (di akhirat kelak)? Benar. Dialah yang Maha Banyak Mencipta lagi Maha Mengetahui
Bagi kedua orang ini, jawaban itu cukup membuat mereka tak dapat membantah lagi. Alhamdulillah nya kaum quraisy yang belum Islam ketika itu, mereka mengimani bahwa dirinya, bumi dan langit serta apa yang dilihatnya, udara yang dihirupnya buah-buahan yang dimakannya, air yang diminumnya yang menciptakan dan menyediakannya adalah Allah. Ini sudah jadi modal utamanya hanya saja mereka tidak mengimani alam akhirat. Mereka tidak mengimani bahwa ada kehidupan lagi sesudah mati, dengan kehidupan “KEKAL”:
وَا لْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ وَّ اَبْقٰى ۗ
"padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”.
(QS. Al-A'la 87: Ayat 17)
Demikian informasi dari Al-Qur’an. Tentu hanya dapat diterima oleh orang BERIMAN, sebab IMAN lah sebagai kunci untuk dapat membuka pintu gerbang “meninjau akhirat”. Tidak sedikit tentang informasi akhirat itu dinukilkan oleh Al-Qur’an. Oleh karena itu maka Al-Qur'an adalah sebagai jembatan “meninjau akhirat”. Nah sekarang kalau orang masa kini ndak yakin dengan keberadaan alam akhirat, cacatlah keimanannya. Naudzubillahi min dzalik. Kita do’akan semoga Allah menurunkan hidayah kepada mereka.
آمِيّنْ ….آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ مِيّنْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
Jakarta, 20 Januari 2025
20 Rajab 1446H
Thursday, 16 January 2025
MEMORI
Disusun: M. Syarif Arbi
No: 1.294.03.1-2025
Manusia dan hewan, dilengkapi dengan memori, yaitu kemampuan otak untuk menyimpan, mengingat, dan mengakses informasi atau pengalaman masa lalu. Memori ini bagi manusia sangat kompleks dan melibatkan berbagai proses kognitif yang bekerja sama, serta berhubungan dengan berbagai area otak, seperti:
• Hipokampus (bagian otak yang berperan dalam menyimpan memori, terutama memori jangka panjang, juga berperan dalam menghubungkan emosi dengan ingatan.
• Korteks prefrontal (bagian otak yang terletak di bagian depan, tepatnya di belakang dahi, berfungsi untuk mengatur fungsi eksekutif, seperti perencanaan, pengambilan keputusan, mengendalikan terhadap hasyrat yang mendadak.
• Amigdala adalah organ di dalam otak yang berfungsi mengatur emosi, perilaku, dan ingatan terletak di bagian tengah otak.
Atas anugerah Yang Maha Kuasa terhadap otak manusia, maka manusia memiliki memori. Berdasarkan waktu penyimpanan dan jenis informasi yang disimpan, dapat dikelompokkan setidaknya 5 jenis memori:
Pertama; Memori Jangka Pendek (Short-term Memory); menyimpan informasi sangat singkat, beberapa detik hingga beberapa menit; disebut “digit span”, misalnya mengingat nomor telepon, kalau tidak segera ditulis kebanyakan orang lantas akan lupa.
Kedua; Memori Jangka Panjang (Long-term Memory): menyimpan informasi jangka panjang bahkan seumur hidup, seperti mengingat nama-nama keluarga utama, keluarga dekat. Di banyak etnis mereka ingat nama2 kakek-nenek sampai beberapa keturunan ke atas. Juga memori lokasi tempat yang pernah dikunjungi, pernah tinggal di suatu daerah pada masa kecil.
Ketiga; Memori Sensorik: adalah bentuk memori yang berfungsi untuk menyimpan informasi dari indera kita (penglihatan, pendengaran, peraba, dll) dalam waktu yang sangat singkat, biasanya hanya dalam hitungan milidetik hingga beberapa detik. Seperti mengingat gambaran cepat tentang suatu pemandangan yang baru saja dilihat, atau suara yang baru saja didengar.
Keempat; Memori Kerja (Working Memory): adalah kemampuan untuk memproses dan menyimpan informasi sementara dalam konteks tugas yang sedang dikerjakan. Misalnya mengingat langkah-langkah dalam perhitungan matematika atau mengikuti instruksi yang diberikan dalam percakapan.
Kelima; Memori Emosional: Terkait dengan perasaan dan emosi yang terkait dengan pengalaman masa lalu. Memori ini seringkali lebih kuat dan lebih tahan lama, terutama jika peristiwa tersebut memiliki dampak emosional yang kuat. Contoh; mengingat perasaan bahagia saat menikah, merayakan ulang tahun bersama keluarga atau rasa cemas ketika menghadapi ujian penting. Antri ketika mau disunat ketika masih kecil dulu.
Sabahat medsos mengirimkan vidio tentang dua orang anak tergolong masih bocah yang demikian kuat ingatannya menghafalkan Al-Qur’an. Di coba diantaranya ditanyakan mulai dari menyambung ayat, membaca ayat keberapa dari suatu surat, sanggup menyebutkan di halaman berapa keberadaan suatu ayat. Lebih jauh sahabat medsos tersebut berkomentar: “kok bisa begitunya kedua anak ini”.
Kemampuan kedua anak tersebut, merupakan memori yang istimewa dianugrahkan Allah, tentunya sebagai hasil ikhtiar yang bersangkutan untuk menghafalkan Al-Qur’an, yang disertai pertolongan Allah.
Ketahuilah bahwa bagi manusia, bukan mustahil suatu ketika akan kehilangan kemampuannya untuk mengingat kembali apa yang pernah diingatnya bilamana terserang “Amnesia” yaitu: kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat informasi yang pernah ada dalam memorinya.
Kemampuan mengingat menyimpan memori adalah anugerah Allah demikianpun Allah berkuasa untuk menghilangkan memori yang sudah dikuasai oleh seseorang. Di dalam Al-Qur’an ayat 86 surat Al-Asyra’ Allah berfirman:
وَلَئِن شِئْنَا لَنَذْهَبَنَّ بِٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِۦ عَلَيْنَا وَكِيلًا
“Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami”.
Mengacu kepada ayat di atas, jelaslah bahwa bila Allah menghendaki, kepada Nabi Muhammad saja sebagai “penerima wahyu” ayat2 Al-Qur’an, Allah berkuasa untuk melenyapkan ayat yang telah diingat dengan baik oleh Rasulullah. Apalagi buat para penghafal Al-Qur’an. Tegasnya kemampuan para penghafal Al-Qur’an sanggup menghafal dan mempertahankan hafalan mereka adalah berkat pertolongan Allah.
Seorang teman sebagai “tenaga pengajar”, sangat disuka oleh para mahasiswanya, karena sangat menguasai materi perkuliahan, begitu lihai transfer knowledge, demikian banyak karya ilmiahnya yang sempat dipublikasi. Suatu ketika beliau terserang penyakit. Sembuh dari penyakit, yang bersangkutan cukup bugar secara phisik, tetapi memorinya terhapus semua, dianya sama sekali tidak ingat anak2 dan keluarganya, sampai2 dia tak sanggup mengingat namanya sendiri, apalagi menulis dan membaca. Hilanglah semua keahlian teman saya tersebut. Demikianlah bahwa Allah berkuasa melenyapkan memori manusia.
Semoga Allah melindungi kita semua terhindar dari hilangnya “Memori”, agar sampai menghembuskan nafas terakhir tetap mengingat Allah.
آمِيّنْ ….آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ مِيّنْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
Jakarta, 16 Januari 2025
16 Rajab 1446H
Sunday, 12 January 2025
INSYAF setelah ORTU TIADA
Disusun: M. Syarif Arbi
No: 1.293.02.1-2025
Di suatu masjid di kala subuh, seorang gadis remaja putri, setelah memberi salam kekiri dan kekanan usai shalat berjamaah, tiba-tiba menangis sampai cegugukan di dekat seorang ibu sama berjamaah subuh itu. Ibu disebelahnya agak terheran dengan kejadian yang baru ditemuinya subuh itu. Si Ibu meringankan hatinya untuk menanyakan ke remaja putri yang berparas cantik itu.
Penjelasannya sangat mengagetkan. Singkat cerita bahwa rupanya dianya yang kediamannya tak jauh dari masjid itu, baru subuh itu shalat subuh dan shalatnya ke masjid pula. Remaja putri itu teringat akan almarhumah ibunya, ketika masih hidup selalu menyuruh dia shalat. Suruhan ibunya itu belum dia sambut sebagaimana mestinya selama mendiang masih hidup. Kalaupun shalat, masih belang kambing, shalat sesempatnya. Dianya termasuk tak taat kepada almarhumah ibunya. Itulah sebab dianya menangis mengenang ibunya yang selalu menasehati untuk shalat. Nasehat ibu itu terasa menyentuh perasaan setelah ibu tiada. “Hati saya merasa terpanggil dan termotivasi untuk melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya sesuai pesan Ibu”. Begitulah setelah hari itu setiap kali ibu itu ke masjid selalu ketemu dengan gadis tersebut (kecuali mungkin dia sedang "halangan"), dapat dikatakan dia telah menjadi jamaah tetap.
Berbicara soal kebaikan/beribadah kadang si anak tidak memahami keinginan ORTU yang sebaik itu. Nasihat bertalu-talu tak kunjung jemu disampaikan Ortu. Tak jarang anak berkilah, bertingkah dan bahkan membantah bila diajak ibadah. Walau Ortu bukan sekedar menyuruh tapi sudah sampai tingkat mengajak. Artinya sudah dengan memberi contoh, misalnya subuh2 mengetuk pintu untuk ngajak bersama ke masjid.
"Bangun sayang, sebentar lagi adzan,...........,mari kita sama2 ke masjid". Terjawab dari dalam kamar bahwa si anak telah mendengar "ya sebentar".
Adzan sudah sampai "haiya 'alas shalah". Ortu tak mau risiko ndak kebagian shalat sunnah tahyatul masjid dan sunnatul fajri, langsung berangkat ke masjid sambil berdo'a menuju masjid, disisipkan dalam do'a; semoga si anak nyusul shalat berjamaah.
Kadang do'a “sisipan” makbul kadang tidak. sampai dirumah Ortu tanya, "sudah shalat", kadang dijawab "sudah,...... kan tadi saya ke masjid". Tak jarang jawaban "sudah tapi di rumah aja, tadi saya mau ke mesjid sudah terlambat". Sesekali ada jawaban "belum". rupanya ni anak melanjutkan mimpi setelah menjawab panggilan Ortunya, ketiduran lagi.
Dari contoh di atas dapat difahamkan bahwa nasihat Ortu kepada anak2nya tak akan sia2. Makanya lakukanlah, baik kepada anak putri maupun putra. Ayah bunda selama anak2 mereka tinggal seatap, merupakan kewajiban “menguber” anak2 mereka shalat.
Anak2 saban subuh kalau belum terbiasa bangun untuk bersiap ke masjid, ayah-ibu harus proaktif membangunkan mereka, mengetuk pintunya. Perlakuan demikian setelah Ortu meninggal dunia, insya Allah terngiang di telinga si anak, sampaipun ia dewasa panggilan Ortunya. "Bangun sayang......., sebentar lagi adzan subuh". Kata2 tesebut akan merasuk dalam qalbu ybs dan selanjutnya memotivasi dirinya. Tidak sekedar itu, diapun nanti akan meneruskan pola didik ini kepada anak2nya nanti. Cucu2nyapun demikian meneruskan ke cicit kita dengan pola didik sesuai dengan jaman mereka nanti.
Maka insya Allah dikabulkan do'a kita sebagai orang2 tua:
رَبَّنَا وَا جْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَـكَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَاۤ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak-cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu. QS. surat 2:128.
رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." QS. surat 25:74.
;رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَا لِدَيَّ وَاَ نْ اَعْمَلَ صَا لِحًا تَرْضٰٮهُ وَاَ صْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ
Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. QS. surat 46:15
Oleh sebab itu para Ortu jangan bosan jangan jemu ajak putra putri anda untuk ibadah. Kalau tak berhasil ketika anda masih hidup insya Allah manakala anda telah tiada NASEHAT ANDA AKAN MERASUK DI QALBU MEREKA.
Semoga kebaikan, amal, do'a mereka membantu anda di alam kubur nanti.
آمِيّنْ ….آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ مِيّنْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
Jakarta, 13 Januari 2025
13 Rajab 1446H
Wednesday, 8 January 2025
Bhakti ke Ayah dan Bunda
Susunan: M. Syarif Arbi
No: 1.292.01.1-2025
Seorang nenek di ruang tunggu rumah sakit, dengan nada datar terkesan bangga berkata bahwa dirinya bukan saja berobat tak perlu keluar uang, tapi naik Grab, termasuk belanja. Ketika ditanya lebih jauh oleh tetangga duduknya, “gratis???”. Dengan cepat si nenek menjawab “cukup menggunakan kartu” atau menggunakan HP. “Kartu kan harus diisi uang, demikianpun HP”, sambung lawan si nenek ngobrol. “saya ndak pernah ngisi kartu dan HP saya pakai uang”, jawab nenek, dengan lanjutan “saya terima bersih dari anak saya”.
Ini salah satu profil nenek yang bahagia sebagai dampak positif kemajuan teknologi bidang alat pembayaran, dianya punya anak2 yang telah membekali ORTU mereka dengan perangkat alat pembayaran elektronik, berupa kartu, electronic banking. Anak2 si nenek inilah yang mengatur, memonitor saldo dan validitas alat2 pembayaran elektronik yang ada dalam tas si nenek.
Kemudahan bertransaksi terakhir ini sangat terasa dengan hadirnya teknologi pembayaran elektronik, mulai dari masuk tol, parkir, naik kereta api, menggunakan kendaraan online, semuanya tidak direpotkan lagi dengan “uang pas”, uang kembalian.
Beruntung buat orang2 yang berkesempatan menyenangkan hati ORTU (ayah & bunda) mereka sampai berpredikat nenek2 - kakek2. Tidak semua orang yang dapat mewujudkan bhakti kepada orang tua mereka di dunia ini, seperti diceritakan diatas.
Kesempatan berbhakti kepada Orang Tua, untuk masing2 orang dimungkinkan beraneka kondisi sebagai berikut:
1. Anak2 ketika mereka dewasa dan hidupnya berkecukupan, kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, sehingga mampu menyisihkan dana untuk membahagiakan orang tua mereka, seperti anak2 dari nenek di atas.
2. Tak sedikit orang, ketika dirinya masih belum mapan dalam hidup, ayah bunda mereka sudah tiada. Setelah diri mereka mapan dimana ORTU sudah berpulang; Orang yang kurang beruntung ini, bila melihat orang lain masih dapat berbhakti dan merawat orang tua mereka sampai sepuh, berlinang air matanya mengenang kedua orang tua mereka. Jalan keluarnya masih dapat berbhakti kepada orang tua dengan berbuat baik dan bersedekah atas nama mereka.
3. Atau orang tuanya masih hidup dalam ketuaan dan kerentaannya, namun dianya tak sanggup berbuat bhakti menyenangkan/memudahkan orang tuanya menyelesaikan sisa2 hidup mereka, lantaran hidupnyapun dalam keterpurukan. Dalam kondisi seperti ini terhadap kedua orang tua jangan lakukan seperti sikap yang disebutkan nomor urut; a) s/d e), disusun dibawah ini.
4. Ada juga anak yang sebetulnya ingin berbhakti kepada orang tua mereka, terkendala oleh kesibukan mencari rezeki, atau jauh dari kediaman orang tua. Misalnya si anak2 mukim dan berusaha di luar negeri. Dalam hal seperti ini, senantiasalah berdo’a untuk orang tua dan selalulah berkomunikasi. Sebab kebahagian utama orang tua bukanlah dari materi, tetapi lebih condong ke perhatian anak2 terhadap mereka.
5. Tak jarang pula seorang anak selama belum menikah, demikian santunnya kepada kedua orang tua mereka. Setelah menikah menjadi berubah, dianya lebih taat kepada istri atau keluarga pihak istri. Terindikasi jika ada urusan menyangkut keluarga istri ybs dengan sigap melaksanakannya, biar jauh didatangi, pekerjaan sibukpun dapat mengambil cuti. Namun bila ada urusan menyangkut keluarga kedua orang tua kandungnya, muncullah berbagai alasan sehingga kalaupun dipenuhi dengan setengah hati. Hal seperti ini berakibat buruk buat si anak, terdapat hadits yang panjang tentang seorang kesulitan menjelang maut hampir2 dibakar zaman Rasulullah, karena ibunya merasa kurang redha sikap anaknya setelah menikah. (mengingat terbatas ruang tulis, hadits tersebut tidak dikutip di artikel ini).
Ketaatan dan kesantunan terhadap orang tua merupakan suatu perintah dalam agama, apabila berbuat sebaliknya adalah dosa yang besar seperti termuat dalam hadits:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi SAW, beliau bersabda:
الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ
“Dosa besar itu adalah syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa seseorang, dan sumpah palsu.” [HR. Al-Bukhari].
Sementara itu, dalam hadits lain, Rasulullah SAW menjelaskan:
ثَلَاثَةٌ لَا يَنْفَعُ مَعَهُنَّ عَمَلٌ: الشِّرْكُ بِاللهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَالْفِرَارُ مِنَ الزَّحْفِ
“Tiga perkara yang membuat suatu amal tidak bermanfaat bersama ketiganya, yaitu (1) menyekutukan Allah, (2) durhaka kepada orang tua, (3) lari dari peperangan,” (HR. ath-Thabrani).
Sikap anak durhaka, tidak berbhakti terhadap orang tua meliputi:
a) Menyakiti hati orang tua melalui perkataan atau perbuatan.
b) Mengucapkan ‘ah’ atau mengabaikan panggilan orang tua, menunjukkan sikap kurang hormat.
c) Membentak orang tua dengan meninggikan nada bicara.
d) Bersikap sombong, merendahkan, atau menyebut kekurangan orang tua di depan umum.
e) Malu mengakui keberadaan orang tua atau tempat tinggal mereka ketika status sosial meningkat.
f) Memberikan nafkah dengan perhitungan atau kurang ikhlas.
g) Bakhil dan tidak memperhatikan kebutuhan orang tua.
Dosa kepada orang tua akan dibalas Allah selama di dunia ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
كُلُّ الذُّنُوبِ يُؤَخِّرُ اللَّهُ مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَّا الْبَغْيَ وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ يُعَجِّلُهُ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ قَبْلَ الْمَمَاتِ
“Semua dosa diakhirkan balasannya oleh Allah sesuai kehendak-Nya kecuali dosa durhaka kepada orang tua. Dia akan menyegerakan balasan tersebut kepada pelakunya di dunia sebelum kematiannya.” (HR Al-Hakim).
Mengenai kewajiban berbhakti kepada orang tua berkali-kali diperingatkan dalam Al-Qur’an; Al-Baqarah 83, An-Nisa 36, Al-Isra 23 dengan redaksi:
وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا
Dilanjutkan dengan tegas di surat-Luqman-ayat-14.
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Bahwa di era teknologi canggih sekarang ini, sangat terbuka lebar area untuk berbhakti kepada kedua orang tua (ayah & bunda), baik dari segi komunikasi maupun financial.
Semoga Allah selalu memudahkan kita semua dalam berbhakti kepada orang tua selama mereka masih hidup sampai mereka telah berada di alam barzah.
آمِيّنْ ….آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ مِيّنْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
Jakarta, 8 Januari 2025
8 Rajab 1446H
Subscribe to:
Posts (Atom)