Thursday, 11 December 2025

NONGKENG

Dihimpun: M. Syarif Arbi No: 1.378.03.12-2025 Saya perkenalkan satu kosa kata yang cukup popular di Kawasan Pontianak Kal-Bar, yaitu kata “Nongkeng”. Bila kita terbang naik pesawat terbang sekitar 45 menit ke selatan, tiba di kota Ketapang, …..kata “Nongkeng” dikenal dengan “Nungking”, perubahan huruf “O” menjadi “U”, “E” diganti “I” Nungking atau Nongkeng itu sendiri berasal dari kata “Tungking” yaitu tulang ekor. Entah dari mana dibuat kesimpulan ini, bahwa seseorang yang mudah tersinggung disebabkan “Tungking” nya pendek. Lalu diistilahkanlah bahwa orang yang tersinggungan dijuluki “Pendek Tungking”. Disederhanakan “Nongking” atau “Nungking” tadi. Orang yang disematkan kata “Nongkeng” bukan hanya sekedar tersinggung tapi diikuti ngambek; bahasa setempat dikenal dengan “ngambol”. Ngambol sendiri pengertiannya lebih dalam dari ngambek, karena akibatnya dianya tidak perduli apakah tindakan “ngambol” nya itu merugikan dirinya sendiri. Dalam pergaulan ketika masih anak2 sepermainan, sudah nampak sifat “Nongkeng” seseorang anak, di ikuti “Ngambol” ini diantara sesama teman. Teman2nya manandai bahwa si anu penongkeng. Ketika mereka sekelompok teman bermain, menemukan misalnya sejumlah buah2an di dalam hutan, atas usaha bersama. Bila salah seorang ada yang pe “Nongkeng”, jika dianya tersinggung atau menurutnya pembagian tak adil, se pe Nongkeng, tidak mau menerima bagiannya “Ngambol”, nyerahkan jatahnya untuk kelompok, kadang lebih ekstrim bagian untuk dia dibuangkannya secara demontratif dihadapan teman2nya. Umumnya kalau pe “nongking” semasa anak2 terbawa sampai dewasa dan tua. “Masa kecil terbiasa, dewasa terbawa-bawa, sudah tua berubah tidak”. Di masa sudah berumah tangga misal adanya pertikaian suami istri sampai ke perceraian. Si lelaki pe “Nongking” rela turun dari rumah sehelai sepinggang (istilah tidak membawa harta berharga apapun). Sesuai aturan “gono-gini”, semestinya dianya berhak memiliki sebagian rumah, sebagian kendaraan dan sebagian harta bergerak maupun tak gerak, tapi dengan sifat “Nongkeng” diikuti “Ngambol”, dibiarkannya semua harta dikuasai mantan istrinya yang sudah diceraikannya itu. Ketika bekas istrinya bersuami baru menempati rumah yang dia bangun dengan susah payah itu, buat si pe “nonking” yang “ngambol” hanya tinggal sakit hati sendiri, apaboleh buat asset itu sudah terlanjur diserahkan walau dengan tak ikhlas di kondisi “ngambol”. Ngambek (tersinggung, kecewa, atau marah) dalam Islam adalah sah-sah saja, karena itu adalah manusiawi. Namun, cara merespons perasaan itu yang diatur dalam ajaran Islam. Rasulullah ﷺ pun pernah marah mungkin kerena tersinggung, tetapi marah, tersinggung beliau selalu karena alasan yang benar, bukan karena ego. Islam tidak melarang emosi—yang dilarang adalah melampiaskannya dengan cara yang buruk Ngambek tidak boleh sampai menzalimi orang lain dan juga menzalimi diri sendiri, memutus silaturahmi, menyakiti perasaan orang lain. Yang penting adalah cara menyelesaikan konflik, jangan mengedepankan ketersinggungan lalu “Nongking” diikuti “Ngambol”, karena dalam banyak hal Nongking dan Ngambol menzalimi diri sendiri. Oleh karena itu maka dalam hal terdapat permasalahan yang membuat diri tersinggung, berdialoglah dengan baik, katakan “saya tidak terima ……… sebab ………”. Jika pihak yang membuat tersinggung minta maaf, maafkanlah dengan tulus. Kendalikan emosi agar tetap dapat memeliha hubungan baik. Mengendalikan Emosi ketika tersinggung, menahan Amarah, adalah salah satu tanda kekuatan iman. Surat Ali ‘Imran Ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Pesan Rasulullah tentang menahan marah, dapat dijumpai dalam hadits yang tercatat dalam Kitab Al Mu’jamul Ausath Nomor 2374. Rasulullah ﷺ menyampaikan petuah luhur ini dengan kata-kata yang mendalam, لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ “Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani). Oleh karenanya Rasulullah ﷺ menasihati seseorang dengan berulang-ulang supaya tidak marah. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ, “Berilah wasiat kepadaku.” Nabi menjawab,“Janganlah engkau marah.” Laki-laki tadi mengulangi perkataannya berulang kali, beliau (tetap) bersabda, “Janganlah engkau marah.” (HR Bukhari no. 6116) Boleh marah (secara syar'i): Jika agama Allah dihina, bukan karena urusan dunia atau pribadi, seperti hadist diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya: عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا خُيِّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَأْثَمْ فَإِذَا كَانَ الْإِثْمُ كَانَ أَبْعَدَهُمَا مِنْهُ وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّه Diriwayatkan dari Aisyah, Beliau berkata, “Nabi ﷺ. memilih perkara yang ringan jika ada dua pilihan selama tidak mengandung dosa. Jika mengandung dosa, maka Rasul akan menjauhinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan (kepentingan) pribadi, tapi jika ajaran-ajaran Allah dilanggar maka beliau menjadi marah karena Allah (lillahi ta’ala).” Ya Allah hindarkanlah kami semua dari berbuat sesuatu yang merugikan diri kami sendiri maupun orang lain, kendatipun ketika kami tersinggung, ketika kami marah dan ketika kami kecewa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1447H. 11 Desember 2025

Friday, 5 December 2025

Perihal PIL & WIL

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.377.02.12-2025 Sakit-Hati adalah “perasaan terluka secara emosional”, dalam hubungan dengan orang lain, dimana ada 4 (empat) sebab sakit hati: 1. Dikhianati teman akrab, sudah diketengahkan di artikel HATI Terluka; DIKHIANATI. No: 1.376.01.12-2025 tgl 3 Desember 2025. 2. Suami atau istri yang dikhianati salah satu dari mereka dengan adanya “Pil” atau “Wil”, ekstrimnya sampai berselingkuh. 3. Mendapat perlakuan tidak adil, walaupun sudah melalui pengadilan. 4. Menerima perkataan yang menyakitkan hati, dari orang lain ditujukan kepada diri. Di artikel nomor ini, untuk membatasi ruang tulis, dibatasi hanya menulis soal “PIL & WIL”, yaitu penyebab yang ke dua. Sedangkan 2 (dua) penyebab luka dihati yang ke 3 dan ke 4, إِنْ شَاءَ اللَّه. akan susun dikesempatan mendatang. Masalah PIL atau WIL ini, membuat sakit hati yang sangat mendalam, tak jarang berujung sampai nyawa jadi melayang, hilangnya jabatan dan pekerjaan. Apalagi dalam hal suami memergoki istrinya tengah bersama PIL nya, harga diri seorang pria membuat kadang gelap mata…….. (banyak disaksikan/didengar di media). Demikian juga bila sang istri mendengar, apalagi melihat langsung suaminya bermesraan berasama WIL nya. Di kehidupan kita di dunia ini banyak hal yang akan terjadi, ada tanda2 yang mendahuluinya beberapa waktu sebelumnya, boleh jadi tanda itu nyata boleh jadi semacam firasat. Contoh keseharian tanda atau firasat tersebut: Bila diri akan sakit, mungkin didahului meriang. Bila diri akan pipis atau buang air besar, didahului perasaan dikenal dengan “kebelet”. Andaikan tidak dihalui firasat tersebut, bisa2 merojol di celana. Andaikan tidak didahului firasat, ada orang yang ngompol sedang duduk di ruang tunggu ke dokter misalnya, itu berarti firasatnya sudah tumpul. Tanda-tanda atau semacam firasat yang cukup umum ketika pasangan mungkin sedang memiliki pilihan lain. Dengan cacatan masih perlu pedalaman karena tidak semua tanda ini pasti berarti selingkuh, tidak berarti mutlak benar. Tapi bisa menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang berubah dalam hubungan: 1. Jadi lebih cuek atau menjauh secara emosional, tidak lagi terbuka bercerita. Percakapan yang biasanya meriah, penuh canda, jadi pendek dan terkesan malas. 2. Sering mudah tersinggung; Hal kecil jadi masalah, atau pihak yang punya PIL atau WIL itu mencari alasan untuk berkonflik. 3. Tidak lagi peduli seperti dulu; berubah dari perhatian → acuh. 4. HP jadi sangat dijaga; Tiba-tiba sandi diganti. HP dibawa ke mana-mana, termasuk ke kamar mandi. Panik ketika pasangannya mendekati layar HP. 5. Aktif online tapi tidak membalas chatting dari pasangannya. Sering terlihat aktif, tapi chat pasangannya dibalas lama dan singkat. 6. Sering memberi alasan untuk sibuk. Lembur mendadak, “ada urusan,” “ketemu teman,” padahal sebelumnya tidak pernah begitu. 7. Sering menghilang tanpa penjelasan jelas. Tidak bisa dihubungi beberapa jam tanpa alasan yang masuk akal., 8. Kedekatan fisik berkurang. Jarang minta quality time, sentuhan, atau keintiman. 9. Tiba-tiba bertingkah tak biasa. Terlalu manis tanpa sebab. Memberi hadiah atau perhatian mendadak (karena rasa bersalah). 10. Pasangan tidak lagi dilibatkan dalam rencana masa depan. Pembicaraan tentang masa depan mulai hilang atau dihindari. 11. Menyembunyikan pasangan dari lingkungan sosialnya. Tidak lagi mengajak pasangan bertemu teman-temannya, semisal reuni, kondangan. Tidak mau pasangannya melihat aktivitasnya. Sebelas nomor di atas, antara lain merupakan tanda2 lahir, yang disajikan di artikel ini. Selain itu tidak boleh juga diabaikan tanda2 dalam bentuk firasat secara nyata kejadian2 tak biasa; misalnya sesuatu tak ada sebabnya yang jelas, tiba2 pecah berantakan. Juga kadang pasangan mendapat firasat melalui mimpi; misalnya konon bermimpi sesuatu “barang milik sangat pribadi dipakai orang”. Firasat kejadian tak biasa atau firasat melalui mimpi tidak mudah untuk diterjemahkan, kadang baru dapat dipahami setelah kejadian. Agar tidak menjadi fitnah, agar tidak menuduh yang tidak berdasar telah terjadinya PIL atau WIL melalui firasat2 tersebut hendaklah dicocokkan dengan tanda2 lahir. Tetaplah dalam jalur hati2 mencari fakta, jangan sampai menimbulkan fitnah, dosa fitnah mengenai hal selingkuh ini sangat besar seperti diancamkankan Allah dalam Al-Qur'an. Menuduh wanita baik-baik berzina tanpa 4 saksi adalah dosa besar yang disebut qadzaf, (lihat surat An-Nur ayat 4) وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا۟ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجْلِدُوهُمْ ثَمَٰنِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا۟ لَهُمْ شَهَٰدَةً أَبَدًا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik”. Surat Al Isra ayat 32; Ayat ini melarang segala sesuatu yang dapat mengarah pada perzinaan, seperti pergaulan bebas, karena zina dapat merusak keturunan, menimbulkan kegoncangan sosial, menghancurkan rumah tangga, dan menimbulkan penyakit: وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةًۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا ۝٣٢ “Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk”. Surat Al-Anfal ayat 27; adalah peringatan bagi orang beriman agar tidak mengkhianati Allah, tidak mengkhianati Rasul-Nya (Muhammad ﷺ ), memelihara amanah yang dipercayakan. Pentingnya kejujuran dan amanah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. Baik pelakor maupun pebinor, tindakan merebut pasangan orang lain yang sah atau perselingkuhan, dilarang keras dalam pandangan Islam, baik dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan umatnya agar tidak merusak hubungan orang lain dengan cara ‘takhbib’. عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لَيْسَ مِنَّا مَنْ خَبَّبَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِها أو عَبْدًا عَلَى سَيِّدِه “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Bukan bagian dari kami, orang yang menipu seorang perempuan atas suaminya atau seorang budak atas tuannya’.” (HR Abu Dawud). Jelas lah bahwa; Al-Qur'an dan Hadits melarang keras “bermain” PIL atau WIL karena termasuk zina dan pengkhianatan, dengan dalil utama seperti telah sebagaian dipetik di atas. Harapan kita setiap rumah tangga dapat membentuk keluarga bahagia tanpa kehadiran PIL atau WIL: • Sakinah (سَكِينَةً): Ketenangan, kedamaian, rasa aman. • Mawaddah (مَوَدَّةً): Cinta kasih yang tulus, saling memberi. • Warahmah (وَرَحْمَةً): Kasih sayang yang mendalam, menerima kekurangan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 15 Jumadil Akhir 1447H. 6 Desember 2025

Wednesday, 3 December 2025

HATI Terluka; DIKHIANATI.

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.376.01.12-2025 Hati yang terluka adalah “perasaan terluka secara emosional”, dalam hubungan dengan orang lain, misalnya: 1. Dikhianati teman akrab. 2. Suami atau istri yang dikhianati salah satu dari mereka dengan adanya “Pil” atau “Wil”, ekstrimnya sampai berselingkuh. 3. Mendapat perlakuan tidak adil, walaupun sudah melalui pengadilan., 4. Menerima perkataan yang menyakitkan hati, dari orang lain ditujukan kepada diri. Empat penyebab disebutkan diatas umumnya membuat orang “sakit hati”, dengan batasan pengertian sakit hati adalah “terluka secara emosional”, terluka bukan secara phisik tetapi terluka perasaan. Penderitaan luka perasaan jauh lebih membekas dari pada luka secara lahir di tubuh atau di kulit. Luka badan mudah dibebat. Luka dihati susah diobat. Di ruang baca terbatas ini, ditampilkan satu diantara empat penyebab tsb yaitu: “Hati Terluka Dikhinati Teman Akrab”. Setiap orang dalam hidup ini memiliki teman akrab, teman sepermainan ketika masih dikampung halaman, teman sekolah dll. Tak semua teman setia seumur hidup, ada juga yang berkhianat, baik secara halus maupun akhirnya diketahui, atau secara terbuka teman akrab tsb berkhianat. Bentuk pengkhianatan umumnya: 1. Membocorkan sesuatu yang kita ceritakan secara pribadi — curhat, rencana, atau masalah keluarga — kepada orang lain. Adalah lumrah untuk meringankan beban perasaan, seseorang curhat kepada orang lain yang dianggapnya dapat menyimpan rahasia pribadinya. 2. Bersikap baik di depan, tetapi menjelek-jelekkan diri kita di belakang untuk keuntungan pribadi atau untuk terlihat lebih baik. 3. Diam saja atau malah ikut membicarakan diri kita ketika orang lain menyerang karakter atau nama baik diri kita. 4. Menghubungi atau berteman hanya ketika membutuhkan sesuatu: uang, pekerjaan, bantuan, atau fasilitas. 5. Berbohong tentang hal-hal penting atau membuat kita percaya pada sesuatu yang tidak benar, malah tega menipu. 6. Menghilang atau tidak peduli ketika diri kita sedang dalam masalah. 7. Tidak menepati perjanjian penting yang sudah disepakati bersama. Jika teman akrab berkhianat, melakukan salah satu saja dari hal2 tersebut diatas, membuat “sakit hati” yang sangat dalam. Jika kita mengadu kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah juga tidak menyukai orang2 yang selalu berkhianat: وَلَا  تُجَا دِلْ  عَنِ  الَّذِيْنَ  يَخْتَا نُوْنَ  اَنْفُسَهُمْ   ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  لَا  يُحِبُّ  مَنْ كَا نَ  خَوَّا نًا  اَثِيْمًا “Dan janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa,” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 107) Saking tidak baik dan dibenci Allah masalah berkhianat, maka kepada teman akrab yang berkhianat kepada kita saja, Allah larang kita berdebat, Nabi Muhammad ﷺ melarang kita untuk membalas orang yang telah mengkhinati kita, sebab membalas pengkhianatan juga sama halnya dengan berkhianat, sbgmn hadits: ‎أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ ، وَلا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ “Tunaikanlah amanat pada yang memberikan amanat kepadamu. Janganlah berlaku khianat pada orang yang mengkhianatimu.” (HR. Tirmidzi, no. 1264; Abu Daud, no. 3535. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Adapun Syaikh Al-Albani menyatakan sahih hadits ini). Kita dilarang membalas khianat kepada teman akrab yang mengkhianati kita, lantas bagaimana mengobati sakit hati dikhinati teman akrab, karena pengkhianatan dari orang yang dekat biasanya meninggalkan luka paling dalam. Berikut beberapa langkah yang mudah2an dapat membantu mengobati “sakit hati” secara perlahan, tanpa harus memaksakan diri: PETAMA; Endapkan dalam hati hal2 yang dikhianati, biarkan perasaan sakit hati itu muncul, misalnya diwujudkan dengan ekspresi, mengepalkan tinju, menggregetkan gigi, memukul meja, asal jangan diluapkan didepan orang lain. KEDUA; Curhatkan kepada orang lain, pilih orang yang benar2 diyakini tidak berkhianat agar kejadian tak terulang, misalnya ortu, saudara kandung, untuk menceritakan pengkhiatan tersebut. Karena dengan menceritakan saja, walau orang tempat curhat itu tidak memberikan solusi, namun hal terebut sudah memindahkan sebagian perasaan sakit hati tersebut. Tapi jangan salah pilih orang, nanti awak sudahlah dikhianati malah ditertawakan, atau dimarahi. Sangat baik jika orang tempat curhat dapat memberikan perspektif yang lebih jernih dan membantu kita melihat keadaan dari sudut pandang lain. KETIGA; Kalau hati masih terlalu panas, jangan memaksakan untuk langsung menyelesaikan masalah, misalnya dengan melabrak orang sumber masalah. Tenangkan diri agar sanggup berpikir lebih rasional. Tuntunan agama ialah dengan lebih banyak berdzikir, mengingat Allah, dengan demikian hati menjadi tentram. Surat Ar-Ra’d Ayat 28, ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” KEEMPAT; Evaluasi hubungan dengan orang yang mengkhianati kita. Apa pola ini pernah terjadi sebelumnya?. Apakah yang bersangkutan berkhianat karena tertekan/terpaksa?. Apakah hubungan ini sehat buat kita?. Layakkah ia diberi kesempatan lagi?. Jawaban atas pertanyaan2 tsb. penting untuk menentukan langkah berikutnya. KELIMA; Memaafkan orang yang mengkhianati kita, tetapi bukan karena terpaksa, tidak pula berarti menganggap itu seperti belum pernah terjadi lantas dilupakan, namun tetap jadi catatan pengalaman hidup agar tidak terulang. Upaya ini melepaskan beban jiwa bagi yang pernah dikhianati. Hati2lah memilih teman akrab, agar tidak dikhianati. Mudah2an teman2 kita setia sampai akhir hayat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 12 Jumadil Akhir 1447H. 3 Desember 2025

Thursday, 27 November 2025

AKHLAQ

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.374.06.11-2025 Salah satu dari 7 indicator keberhasilan seseorang bertaubat, adalah membaiknya akhlaq. 2 (dua) indacator lainnya sudah dibahas di tulisanku yang lalu yaitu “sanggup memenuhi 3 syarat taubat”, “membaiknya hubungan dengan Allah”. Sedangkan 4 indicator lagi yaitu “menghindari pergaulan buruk, “ tidak menzalimi sesama manusia”, “Rendah hati tak meremehkan orang lain” dan “Istiqamah dalam kebaikan”; إِنْ شَاءَ اللَّه diharapkan akan muncul ditulis dikesempatan-kesempatan mendatang. Pada kesempatan ini diketengahkan mengenai Akhlaq. Akhlaq (أخلاق) secara bahasa berasal dari kata khuluq yang berarti sifat, perangai, atau budi pekerti. Dalam istilah agama, akhlaq adalah: Sikap dan perilaku seseorang yang terbentuk dalam jiwa, sehingga muncul secara spontan tanpa perlu dipaksa, sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama. Ada pula yang menyepadankan makna akhlaq dengan karakter seseorang yang tercermin dalam tindakan sehari-hari, baik kepada Allah, sesama manusia, maupun lingkungan, juga terhadap alam dimana terdapat makhluk2 Allah. Nabi Muhammad ﷺ diutus Allah utmanya untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi). Tanda-tanda akhlak baik yang ideal: 1. Sopan dan lemah lembut dalam bertutur kata; Kadang kita telah berusaha sopan dalam bertutur namun timbul juga secara tak sengaja meluncur kata2 yang menyinggung orang. 2. Jujur dalam setiap keadaan; kejujuranpun demikian, kita selalu diuji dan tak jarang tergelincir. 3. Ramah dan murah senyum; Ketika pikiran sedang kusut, terbawa ke sikap yang tak ramah dan cemberut. 4. Peduli dan suka menolong; Ada orang yang memerlukan pertolongan, kita tak jarang jadi ragu, khawatir yang bersangkutan hanya berpura-pura atau hendak menipu. 5. Redah hati (tawadhu’); Sebagai manusia selalu tak mau jika dipandang rendah oleh orang lain, timbul perasaan ingin menonjolkan diri bahwa awakpun bukan orang sembarangan. 6. Sabar, emosi terkendali. Sering orang bilang bahwa sabar ada batasnya, padahal batasnya sendiri itu bagaimana, setiap individu tidak sama, lantas kalau batas telah terlampui menurut individu yang bersangkutan maka dianya lantas tak dapat mengendalikan emosi. 7. Menjaga rahasia dan amanah; Sulit memang untuk menjaga amanah dan rahasia, tak jarang rahasia dibuka ke orang yang tak semestinya lalu di pesankan “ini rahasia”. 8. Berlaku adil., Berlaku adil bukan sesuatu yang mudah, kadang buat diri sendiri saja tak bisa adil. 9. Pemaaf; Memaafkan adalah sesuatu yang tidak gampang tak jarang seseorang mengatakan “tak akan saya maafkan dunia akhirat” padahal Allah mengingatkan: قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًىۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ ۝٢٦ “Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun”. (Al-Baqarah 263) Surat Ali ‘Imran Ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. 10. Menjaga hubungan baik dengan Allah dan hubungan baik dengan sesama manusia; untuk ini tidak mudah karena iman manusia turun naik. Teringat kisah Rasulullah Muhammad ﷺ dengan seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Sa’nah. Pendeta itu masuk menerobos shaf para sahabat nabi, lalu menarik kerah baju Rasul dengan keras seraya berkata kasar, “Bayar utangmu, wahai Muhammad”, (sebetulnya hutang belum jatuh tempo). Pendeta Yahudi itu melanjutkan cercaannya “sesungguhnya turunan Bani Hasyim adalah orang-orang yang selalu mengulur-ulur pembayaran utang.” Umar bin Khattab r.a. langsung berdiri dan menghunus pedangnya. “Wahai Rasulullah, izinkan aku menebas batang lehernya.” Rasulullah ﷺ berkata, “Bukan berperilaku kasar seperti itu aku menyerumu. Aku dan Yahudi ini membutuhkan perilaku lembut. Perintahkan kepadanya agar menagih utang dengan sopan dan anjurkan kepadaku agar membayar utang dengan baik.” Setelah kisahnya berlanjut, (untuk singkatnya tidak diredaksikan di artikel ini). Tiba-tiba pendeta Yahudi berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku datang kepadamu bukan untuk menagih utang. Aku datang sengaja untuk menguji akhlaqmu. Aku telah membaca sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat. Semua sifat itu telah terbukti dalam dirimu, kecuali satu yang belum aku coba, yaitu sikap lembut engkau saat marah. Dan aku baru membuktikannya sekarang. Oleh sebab itu, aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Adapun piutang yang ada padamu, aku sedekahkan untuk orang Muslim yang miskin.” Kelembutan merupakan akhlaq yang mampu mendekatkan manusia kepada Islam. Allah menjelaskan, “Maka, disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…….” seperti tersurat pada Ali Imran 159: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ … ۝١٥٩ Sanggupkah diri kita memiliki kesepuluh tanda2 akhlaq baik yang ideal tersebut? Besar kemungkinan tak seorangpun dari pembaca yang sanggup memenuhi 10 tanda-tanda itu semua, namun kita tetap berupaya maksimal untuk mendekati pemenuhan tanda-tanda tersebut dalam prosentase yang tinggi. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 6 Jumadil Akhir 1447H. 27 November 2025.

Sunday, 23 November 2025

HATI TERSENTUH

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.373.05.11-2025 Salah satu tanda bahwa sesorang diterima taubatnya oleh Allah adalah hubungannya dengan Allah membaik. Sedangkan salah satu tanda seseorang yang hubungannya dengan Allah membaik adalah mempunyai “Hati yang lembut”. Terdapat 8 (delapan) tanda seseorang berhati lembut yaitu: 1. Hati mudah tersentuh., 2. Bicara sopan dan santun., 3. Berupaya tak sakiti hati orang lain., 4. Pemaaf., 5. Peka terhadap perasaan orang lain., 6. Senang membantu tanpa diminta., 7. Sabar menyikapi kesalahan orang., 8. Tak sembarangan memperlakukan mahluk Allah lainnya. Terbatasnya ruang baca anda, artikel nomor ini, dibatasi tentang “Hati Tersentuh”. Seseorang yang mudah tersentuh hatinya atas penderitaan orang lain, diikuti dengan berupaya melakukan kebaikan sebisanya untuk membantu orang yang menderita. Cukup sulit untuk mengetahui orang2 menderita, yang berada diluar lingkungan tempat tinggal kita. Tidak gampang untuk meyakini orang2 susah diluar lingkungan keluarga kita. Utamanya untuk percaya orang2 benar2 susah dan menderita di masyarakat perkotaan tidak mudah. Tak jarang banyak penipu yang berkedok mengalami kesulitan, peminta-minta dipinggir-pinggir jalan mengaku “cacat jasmani”, jalan terseok-seok, kakinya diperban terkena borok, ternyata tipuan tepe-singkong dibungkus perban. Banyak lagi ragam penipuan yang sejenis, dengan berbagai trik untuk menyentuh hati. Salah satu contoh: seorang emak setengah baya menekan bel sebuah rumah, begitu si empunya rumah mendekati pagar, dari balik pagar si emak minta pinjaman uang sejumlah tertentu, secara tegas dia bilang: “saya tidak minta tapi minjam paling lambat seminggu dikembalikan”. “Suami saya lagi kerja di luar pulau”. Diceritakan bahwa ibunya dirawat di rumah sakit, ujarnya: “biaya perawatannya sih ditanggung BPJS, tapi Pampers nya harus dari keluarga”. Untuk membeli pampers itulah kata si emak tadi dia ingin minjam uang. Dianya ngaku warga satu RW, tapi si empunya rumah, beberapa kali mengerutkan dahi, mengernyitkan alis, tak ingat ada wajah seperti tamu diseberang pagar rumahnya itu di RW tempat dia tinggal. Sebetulnya bagi orang yang hatinya mudah tersentuh, sudah tersentuhlah mendengar cerita itu. Tapi di kota besar seperti Jakarta kadang setiap orang bersemboyan “semua orang tak dikenal patut diduga tidak baik, sebelum dapat dibuktikan dianya orang baik”, lain halnya di kampung kelahiran kita dulu, didesa kita dilahirkan, kerena penduduknya tak banyak, rata2 orang dapat dikenal, bahkan tau asal keturunannya maka semboyannya adalah “semua orang dianggap baik sepanjang belum ada bukti dianya pernah berbuat jahat”. Tersentuh juga hati pemilik rumah kasus diatas, tapi tidaklah memenuhi jumlah yang diajukan si emak tadi, diberilah sekedarnya, dalam hati bukan untuk meminjami, walau tak diucapkan, sudah diniatkan sedekah. Memang benar ternyata waktu yang dijanjikan untuk mengembalikan pinjaman, benar2 si peminjam itu tidak datang lagi. Beberapa waktu kemudian datang lagi wanita setengah baya yang menekan bel, setelah di dekati pagar, wanita yang lain lagi yang muncul, bukan emak yang dulu, ceritanya sama dengan emak yang datang beberapa bulan lalu. Rupanya menjadi modus operandi “ngutang membeli pampers”. Nah kalau sudah begini, bagaimanalah hati menjadi mudah tersentuh, lantas tidak percaya dengan orang2 yang berpura-pura menderita, berpura-pura dalam kesulitan. Mereka beralasan aneka macam yang kadang kalau diteruskan wawancara dengannya alasannyapun berubah-ubah. Karena sesuatu yang bohong itu, mempertahannya harus dengan kebohongan lagi. Dalam hubungan ini, bila mengacu ajaran agama kepada siapakah hati ini harus tersentuh untuk mengeluarkan harta kita untuk membantu orang lain. Khusus mengenai penyaluran Zakat sudah jelas panduannya yaitu hanya boleh untuk 8 (delapan asnaf) yaitu: fakir, miskin, amil, mualaf, riqab (budak), gharim (orang yang terlilit utang), ibnu sabil (musafir), dan fisabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah). اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ۝٦٠ “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”. (At-Taubah : Ayat 60) Identifikasi kelompok yang berhak menerima zakat ini, untuk kelompok orang, mengetahuinya haruslah kerena kenal. Sedangkan untuk amil, beruntung di negeri kita tersedia badan2 yang dikelola masjid2, atau dibentuk oleh pemerintah. Untuk menjatuhkan pilihan hati kita, mengucurkan infak, sedekah, bantuan, guna meringankan penderitaaan sesama, juga telah di berikan alqur’an panduannya melalui surah Al-Baqarah ayat 215. Urutan penerima sedekah, infak, bantuan berupa harta dimulai dari yang terdekat secara hubungan kekerabatan. يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ ۖ قُلْ مَآ أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. Dari ayat diatas boleh kita dapatkan bahwa, Allah juga memberikan petunjuk tentang prioritas setiap diri untuk hatinya tersentuh membantu pihak lain dengan hartanya yaitu: Utamakan Ortu kandung, kaum kerabat, anak-anak yatim barulah orang miskin dan orang yang sedang dalam perjalanan. Banyak diantara pembaca, yang masih punya kaum kerabat yang kurang beruntung nasibnya, cadangkanlah untuk disisihkan membantu Ortu kandung (bila masih ada), lalu para kerabat kita, bukan kepada orang2 yang tak jelas diketahui seperti antara lain di cuplikkan kisahnya di kisah ini. Ummat Islam di perintahkan Allah, ketika mengeluarkan harta untuk sedekah, infak hendaklah tidak terlalu royal dan juga tak boleh terlalu kikir, haruslah berada dipertengahan seperti ditunjukkan surat Al-Furqan ayat 67: وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”. Semoga kiranya kita semua dapat berzakat sesuai ketentuan agama, bila sudah wajib atas diri kita mengeluarkan zakat. Semoga dapat berinfak dan bersedekah sesuai dengan petunjuk Allah tersebut. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 3 Jumadil Akhir 1447H. 23 November 2025.

Wednesday, 19 November 2025

KEWAJIBAN atau KEBUTUHAN

Dihimpun: M. Syarif Arbi No: 1.372.04.11-2025 Melanjutkan tulisanku yang lalu, tentang 7 (tujuh) indicator keberhasilan Taubat. Dikesempatan ini mari ditinjau indicator ke dua “Membaiknya Hubungan dengan Allah”. Jika telah membaiknya hubungan diri ini dengan Allah, akan terasa didalam bathin dan juga terdorong perilaku untuk berbuat kebaikan. Terdapat 7 (tujuh) juga tanda2 orang yang telah baik hubungannya dengan Allah (dekat dengan Allah) yaitu: 1. Hati lebih tenang., 2. Ibadah terasa lebih khusyuk., 3. Hati lebih lembut dan mudah berbuat baik., 4. Tabah menerima ujian., 5. Dzikir dan do’a jadi kebiasan.. 6. Merasa diawasi Allah (Muraqabah)., 7. Merasakan Nikmat dalam Ketaatan. Lagi2 jika 7 (tujuh) tanda2 (dekat dengan Allah) tersebut diungkapkan, akan terlalu panjanglah tulisan ini, oleh karena itu di nomor ini kita cermati dua diantaranya yaitu: “Tenang dan Khusyuk” menjadikan ibadah sebagai kebutuhan, bukan lagi sebagai kewajiban. PERTAMA: Hati Lebih Tenang; Seseorang yang sudah baik hubungannya dengan Allah di-saat2 menghadapi masalah, tidak mudah gelisah atau khawatir. Menghadapi masalah sebesar apapun, dianya akan yakin betul Allah bersamanya, ingat betul dirinya dengan peristiwa Nabi Muhammad ﷺ berdua didalam goa bersama sahabatnya Abu Bakar, logikanya tak akan selamat dari kejaran musuh, Nabi mengucapkan “لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ (Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita dan menolong serta melindungi kita)”, diabadikan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 40. Selain itu orang yang sudah baik hubungannya dengan Allah adalah orang yang imannya sudah mantab. Orang beriman yang mantab yakin benar dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 23. وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ("Dan hanya kepada Allah-lah kamu harus bertawaqal jika kamu benar-benar orang yang beriman." Keyakinan orang beriman, bahwa apapun yang terjadi buat dirinya, katakanlah misalnya musibah, sepanjang sudah berikhtiar dan ber do’a, musibah tersebut masih menimpa juga, maka yang bersangkutan ridha menerimanya dengan berpegang kuat dengan surat Surat At-Taghabun Ayat 11: مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. KEDUA: Ibadah Terasa Lebih Khusyuk; salah satunya shalat terasa lebih bergairah, bukan sekadar rutinitas. Ada rasa rindu untuk beribadah dan merasa kehilangan jika meninggalkannya. Bagi orang yang telah dekat dengan Allah, tau betul bahwa Allah tidak mendapat manfaat dari ibadah manusia kepada-Nya. Hal itu dikarenakan Allah Mahakaya, Mahasempurna, dan Mahakuasa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيد “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (surat Fathir: 15). Bagi orang yang sudah merasa dekat dengan Allah, seluruh jenis ibadah yang dikerjakannya bukan lagi dianggap sebagai kewajiban tetapi sudah di anggap sebagai kebutuhan. Bila ibadah sudah dianggap sebagai kebutuhan maka: Akan berupaya melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya agar memberikan manfaat terbesar buat diri sendiri. Upaya yang dilakukan terus-menerus mempelajari ilmu tentang ibadah, agar ibadah semakin mendekati kesempurnaan. Contoh konkrit orang “sudah dekat dengan Allah” khusus dalam hal melaksanakan shalat, utamanya dikala shalat subuh. Kelompok orang yang sudah menganggap shalat adalah kebutuhan, dianya akan siap sebelum waktu subuh, bahkan telah bangun ber-jam2 sebelum masuk waktu subuh, dianya telah bangun untuk shalat tahajud. Dianya akan hadir ke masjid sebelum adzan, guna melaksanakan shalat tahyatul masjid dan qabliah subuh. Lain pula halnya kebanyakan orang yang masih menganggap shalat sebagai kewajiban, datang ke masjid kadang disaat shalat sudah dimulai rakaat kedua, jadi tak sempat shalat qabliah subuh dua rakaat dimana fadhilahnya melebihi dunia dan isinya. رَكْعَتَا اَلْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلدُّنْيَا وَمَا فِيه “Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR Muslim). Di suatu masjid pada shalat Isya’ imamnya sering benar membaca di rakaat pertama surat Al-Isra ayat 78 s/d 85 dimana di ayat ke 79 menyinggung anjuran untuk shalat tahajud: وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” Agaknya jamaah shalat Isya’ yang cukup banyak itu (kadang sampai 7 shaf), sebagian terbesar belum tersentuh dengan anjuran Allah ini, terbukti waktu shalat subuh di masjid itu, ketika imam memulai taqbir memulai shalat, satu shaf saja yang berkapasitas sekitar 23 orang itu kadang belum penuh. Barulah berangsur-angsur jamaah datang mengisi shaf kedua, kadang terisi juga sebagian shaf ketiga. Fakta ini menunjukkan bahwa diduga mereka belum mengamalkan surat Al-Isra’ ayat 79 yang dibaca imam sering kali di shalat Isya’ (untuk shalat tahajud). Karena kalaulah mereka shalat tahajud, tentulah (notabene tetangga masjid) sebagian jamaah itu telah siap datang ke masjid sebelum shalat dimulai. Yang istimewanya, sang imam yang sering membaca surat Al-Isra’ itu juga di banyak subuh, tidak ikutan ke masjid, atau kadang datang ikut masuk masbuk. Kondisi ini, boleh jadi menjadikan instrospeksi dari kita masing2 apakah diri ini sudah menjadikan ibadah (khususnya shalat) sebagai kebutuhan, atau masih sebagai kewajiban, dilaksanakan hanya agar gugur kewajiban syar’ie dengan maksud tidak terkena dosa tidak melaksanakan shalat. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk mengukur diri buat kita masing2 apakah diri ini masih tergolong orang menjadikan ibadah sesuatu kewajiban (sehingga biasanya dirasakan berat), atau sudah menganggap ibadah sebagai kebutuhan (sehingga dirasakan ringan). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 29 Jumadil Awal 1447H. 20 November 2025.

Tuesday, 18 November 2025

KAPOK - LOMBOK

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.371.03.11-2025 Tak seorangpun manusia selain Rasulullah yang terpelihara dari perbuatan dosa. Sebagaimana dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad ﷺ bersabda: كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Semua anak Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertaubat.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi) Oleh karena itu ALLAH yang Maha Pengasih, Maha Penyayang menyediakan media untuk memohon ampunan dengan sarana “bertaubat”. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)”. (surat-at-tahrim-ayat-8) Keberhasilan seseorang bertaubat, nampak dari 7 (tujuh) indicator yaitu; 1. Berhasil memenuhi tiga syarat taubat., 2. Membaiknya Hubungan dengan Allah., 3. Membaiknya akhlaq., 4. Menghindari pergaulan yang buruk., 5. Tak menzalimi sesama manusia., 6. Rendah hati tak meremehkan orang lain., 7. Istiqamah dalam kebaikan. Untuk mengungkapkan 7 indicator tersebut sekaligus ditulisan ini, akan terlalu panjang, maka di nomor ini hanya ditampilkan indicator pertama; “Berhasil memenuhi syarat taubat”. Taubat yang benar memenuhi 3 syarat yaitu: 1. Menyesali dosa yang terlanjur dilakukan. 2. Meninggalkan perbuatan dosa itu, dan 3. Bertekad kuat, berjanji untuk tidak mengulanginya kembali. Jika masih sengaja mengulangi kembali berbuat dosa, maka taubatnya belum sempurna. Terdapat ungkapan di masyarakat “Kapok lombok”, ketika kepedasan, di dalam hati seakan-akan lain kali ndak mau lagi pakai sambel yang sepedas itu, namun dikesempatan lain dianya mengulang lagi, bahkan menyatakan tak enak tanpa sambel. Banyak disiarkan TV, residivis setelah keluar dari penjara, mengulangi tindak criminal seperti yang pernah dilakukannya yang menyebabkan dianya terpidana. Pencuri sepeda motor, baru saja beberapa waktu bebas, mencuri sepeda motor lagi, ditangkap polisi lagi lalu dijebloskan ke jeruji besi lagi. Fakta ini menunjukkan bahwa residivis tersebut “tidak kapok”, bahwa penjara tidak cukup effektif membuat seseorang menjadi jera. Berarti si resedivis belum bertaubat. Perilaku seseorang yang sudah bertaubat, kemudian mengulangi lagi perbuatan dosa, dimana yang bersangkutan sudah bertaubat atas dosa yang dilakukannya, orang tersebut samalah dengan mempermainkan agama. Al-Qur'an melarang mempermainkan taubat, karena dianggap sebagai mempermainkan agama. Ancaman bagi orang yang mempermainkan agama ada di Surat Al-An'am ayat 70: وَذَ رِ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا دِيْنَهُمْ لَعِبًا وَّلَهْوًا وَّغَرَّتْهُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا ……. …” ا “Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kelengahan, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.. ………………….”. Khusus residivis misalnya “Curanmor” yang “kapok Lombok”, jadinya teringat pada ayat Alqur’an surat Al-Maidah 38: وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوْٓا اَيْدِيَهُمَا جَزَاۤءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ۝٣٨ “Laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana” Andaikan hukuman petunjuk Al-Qur’an ini diterapkan, maka si residivis tak akan dapat mencuri lagi, karena tangan buat mencuri sudah terpotong. Sementara itu orang2 dapat lebih waspada ketika si residivis mendekat, terlihat pada tanda pernah mencuri. Tidak semua pencuri menurut hukum Islam itu di potong tangan, akan tetapi menurut mayoritas ulama (Syafi’i, Maliki, Hanafi, Hanbali), hukuman potong tangan hanya berlaku jika seluruh syarat berikut terpenuhi: 1. Barang yang dicuri mencapai nisab: Ada batas minimum nilai barang. Contoh: dalam beberapa mazhab setara dengan ¼ dinar emas (1 dinar emas = 4,25 gram), kira-kira beberapa juta rupiah (tergantung nilai emas). 2. Barang dicuri dari tempat penyimpanan aman, bukan sekadar mencuri barang di tempat terbuka. 3. Pencurian dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Jika dilakukan secara terang-terangan atau dengan kekerasan, bukan potong tangan, tetapi hukuman lebih berat ditentukan oleh hakim. 4. Pelaku waras dan baligh, anak kecil atau orang yang tidak waras tidak dikenai hukuman potong tangan. 5. Tidak dalam kondisi darurat / kelaparan ekstrem. Jika mencuri karena lapar atau kebutuhan mendesak, ulama sepakat tidak dikenai potong tangan. 6. Kepemilikan barang jelas; Harus jelas bahwa barang itu milik orang lain, bukan milik bersama. 7. Adanya bukti yang kuat, minimal dua saksi adil, atau pengakuan pelaku secara sadar. Siapapun yang pernah melakukan perbuatan dosa, apapun bentuk dosa yang pernah dibuat, segeralah bertaubat, akan diampuni Allah yang dijamin oleh Allah (lihat surat Az-Zumar 53) ۞ قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Semoga setiap kita yang bertaubat, taubat bukan “Kapok Lombok”, sehingga taubat diterima Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 28 Jumadil Awal 1447H. 18 November 2025.