Masa kanak-kanak, masa bermain, nenek moyang kita
dulu meskipun mereka belum mendirikan “Taman Kanak-Kanak”, “Play Group”. Tapi, sebenarnya ide memberikan fasilitas bermain
kepada anak-anak sudah ada dan sudah sangat tua.
Banyak jenis permainan anak-anak yang kita kenal,
baik yang in door maupun out door. In door misalnya “Congklak” kata orang
Jakarta, “Dakon” kata orang Jawa-Timur. Contoh out door, “Bentik” kata orang
Jawa Timur, di Kampungku Kalimantan Barat disebut dengan “Cungkit Belanda”.
Contoh lain out door; “Suda Manda”
dikampungku dikenal dengan “Ding-Ding-Ka’”. Model “Ding-Ding Ka’”.dibuat garis ditanah sehingga menjadi 11 kotak.
Permainan ini disebut oleh anak-anak dikampungku
dengan Ding-Ding-Ka’ karena untuk melompati kotak-kotak harus dengan kaki satu,
dimana hanya punya kesempatan satu kali beristirahat di kotak tengah
perpotongan kotak-kotak (diberi tanda
√).
Teknik permainan sebagai berikut:
1.
Kelompok bermain, minimum dua orang
maksimum empat orang.
2.
Setiap orang disediakan suatu potongan
kecil benda yang dapat dilemparkan menuju kotak-kotak pilihan, biasanya pecahan
genteng, atau potongan kayu sekitar besarnya 3 x 4 cm. disebut “Gacu”
3.
Menentukan, siapa yang dulu mulai
melempar dengan suut, atau hom pim pa.
4.
Pelempar gacu pertama berusaha untuk
dapat yang paling atas
5.
Kalau gacu menempel di garis atau diluar
kotak di kenakan penalty, yaitu berupa hilang kesempatan melempar. Selanjutnya kesempatan
melempar diberikan ke peserta berikut.
6.
Kalau gacu masuk di kotak tengah, pelempar
bisa mengulang. Kotak ini disediakan untuk pemain beristirahat sejenak sambil
mengambil gacu dan menggambar bintang.
7.
Pelempar yang berhasil menempatkan gacu
pada kotak selain kotak tengah dia mulai ber ding-ding ka’ melalui kotak-kotak
berkeliling putaran jarum jam dan ketika sampai ditengah dia mengambil gacu,
kemudian memberi tanda untuk membuat gambar bintang pada kotak bekas tempat
gacu. Selanjutnya ber ding-ding- ka’ sampai ke tempat start.
8.
Dari start, pemain ini meletakkan gacu
di punggung kaki, kemudian melanjutkan ding-ding ka’ dengan rute yang sama
dengan no 7 di atas. Ditempat yang ditandai tadi digambar bintang, selanjutnya
kembali ke start, untuk mempersilahkan peserta urutan berikut melempar gacu.
9.
Peserta berikutnya tidak boleh melempar
untuk menempatkan gacu pada kotak yang sudah ada bintang,
10.
Ke kotak yang sudah berbintang tidak
boleh lagi diinjak dengan ding-ding ka’ oleh peserta lain.
11.
Siapa yang paling banyak memperoleh
bintang, dialah sebagai pemenang.
12. Kalau
terjadi kesulitan melompat, karena terbentur bintang-bintang, maka atas
musyawarah pemain dapat dibuat kuping, yaitu garis setengah lingkaran nempel ke
kotak tersedia untuk memungkinkan numpang melompat.
Filosofi yang diperoleh dari game ini:
1.
Anak-anak sejak dini diajarkan bagaimana
seharusnya taat kepada aturan main yang disepakati dan ditentukan.
2.
Mereka berkompetisi secara sehat, sesuai
dengan kepiawaian dan keberuntungan masing-masing.
3.
Orang yang cekatan akan memperoleh hasil
yang optimal.
4.
Bahwa hidup ini penuh dengan persaingan,
tetapi haruslah bersaing secara jujur dan sesuai aturan.
5.
Setiap orang mempunyai peluang yang sama
di dalam masyarakat, keberhasilan akan banyak tergantung kepada prestasi dan
keberuntungan.
6.
Menghargakan prestasi dan milik orang
lain, yaitu kotak yang sudah dibintangi orang lain tidak boleh diinjak dan
dijadikan target.
7.
Setiap orang boleh berprestasi tapi
tidak boleh mencapai prestasi dengan menginjak orang lain.
8.
Bahwa setiap ada kesulitan pastilah ada
jalan keluar, melalui musyawarah.
Tulisan ini sengaja kutulis sebagai hadiah ulang
tahun “Rusnani Arbi” tanggal 19 September 2014. Selamat ber Ding-Ding Ka’.
Semoga panjang umur dalam taat beribadah, murah rezeki dengan penuh keberkatan,
sehat afiat dalam memudahkan berbuat kemaslahatan untuk ummat. Dimudahkan Allah
urusan dunia dan urusan akhirat. Semoga terus berprestasi, selagi bisa.
Tentu tulisan inipun boleh dibaca siapa saja yang
minat, semoga menjadi bahan banding dengan permainan anak-anak di tempat lain,
untuk memperkaya khasanah budaya Indonesia. Kalau sudah ditulis begini semoga
tidak diakui oleh bangsa lain sebagai budaya mereka.
No comments:
Post a Comment