Monday 26 August 2024

WARISAN WASIAT

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.266.08-6.2024. Pengaturan warisan demikian rinci dijelaskan dalam Al-Qur’an. Kebanyakan di masyarakat kita, harta warisan si ayah yang telah meninggal belum dibagi, jika si ibu masih hidup, apalagi bila si ayah hanya meninggalkan seorang istri dan beberapa orang anak laki2 dan sejumlah anak2 perempuan. Namun ada juga suatu keluarga harta warisan tak lama almarhum meninggal, di-bagi2-kan. Atau ada juga harta almarhum yang beristri lebih dari satu, segera waris dibagikan. Pelaksanaan pembagian segera setelah pewaris mininggal, ada baiknya karena tidak menimbulkan masalah, jika si janda2 almarhum ketemu jodoh lagi, sehingga sudah genah harta si ayah jatuh kepada masing2 yang berhak. Hal2 lain yang sering jadi pertimbangan juga, jika anak2 almarhum belum dewasa, mereka terkelompok anak2 yatim, penjelasan Al-Qur’an tentang harta anak yatim juga diatur. Tulisan ini tak hendak membahas tentang hukum warisan, hanya terfocus pada kisah2 anak2 yang sudah berumah tangga, tega menghujat, memojokkan ibunya, bahkan ada yang mendakwa ibunya ke pengadilan tentang harta warisan ayah mereka, dimana ibunya tinggal hidup sebatang kara sudah mulai renta dirimbang banyak penyakit pula karena tua. Ibunya tidak pernah menikah lagi sejak suaminya berpulang ke rahmatullah. Persoalan anak2 gugat ibunya soal warisan sering terjadi, bahkan diantaranya masuk TV, anak berperkara sampai ke pengadilan dengan ibunya soal warisan almarhum ayahnya. Harta seringkali membuat orang lupa. Si anak seharusnya tau bahwa dianya datang ke dunia ini, dikandung ibunya berbilang bulan, dilahirkan ibunya bertarung nyawa, dibesarkan dengan kasih sayang sepenuh jiwa. Si anak2 yang memperkarakan ibunya itu sudah lupa bahwa ibunya ketika dianya masih orok lebih mengutamakan “e ek” dirinya dari pada nasi yang sedang akan dimakannya. Sebab sang ibu lebih memilih membereskan bayinya lagi “berak”, dengan meninggalkan piring nasi lengkap lauk pauknya baru dimakan beberapa suap, ketika mendengar jeritan si kecil di pembaringannya, karena si orok risih dengan kotoran melekat dipantatnya. Naluri ibu, tau betul type tangisan bayinya disebabkan apa. Terdapat kasus seorang ayah yang terbilang banyak harta, sebelum meninggal berwasiat: “salah satu rumah peninggalannya, hendaklah tidak dijual untuk dibagi menjadi warisan selama istrinya masih hidup”. Ini dimaksudkan oleh si ayah, agar rumah itu dapat dikontrakkan sebagai tambahan biaya hidup istrinya, selain uang pensiun janda yang diperoleh dari instansi tempat almarhum bekerja. Wasiat almarhum dalam kasus ini, saking lumayan banyaknya asset berupa rumah dan tanah, rumah yang diwasiatkan itu sangat jauh lebih kecil dari 30% dari jumlah harta keseluruhan. Sehingga mestinya masih dalam syarat maksimal wasiat. Kini Istri almarhum bersedih, sehingga penyakit2nya semakin terasa sering kumat, bila terpikir anak2 almarhum merongrong agar rumah “warisan wasiat” almarhum itupun dijual untuk dibagi sebagaimana harta lainnya yang sudah dibagikan puluhan tahun lalu. Agaknya anak2 ndak sabaran nunggu ibunya meninggal, karena bila nanti ibunya meninggal “rumah warisan wasiat” itupun akan jadi warisan pula yang dapat mereka bagikan. Demi warisan, anak2 almarhum tega menyakiti hati ibunya, merongrong warisan tersisa. Semestinya anak2 itu menyadari bahwa agama memerintahkan agar tidak menyakiti hati sang ibu, dalam surat Luqman ayat 14: وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Pantas dikutip contoh seseorang yang hidup sejaman dengan Rasulullah, yaitu “Alqamah” seorang sahabat Rasulullah yang sangat taat. Ia tak pernah lalaikan shalat, fardhu ataupun sunnah. Amalan puasa dan sedekah tak pernah terlewat. Namun, di penghujung hayat ia susah mengucap syahadat. Kesulitan maut bagi Alqamah, lantaran ibundanya sakit hati. Sakit hati ibunya, bukan dengan perkataannya tidak baik, bukan dengan merongrong harta warisan, bukan karena tidak menyantuni ibunya; hanya karena ada rasa tidak suka di dalam hati si ibu, sebab si Alqamah semenjak beristri lebih mementingkan istrinya dari pada ibunya. “Berarti, sedikit ganjalan hati sang ibunya, jadilah Alqamah terhalang mengucap syahadat”. Semula ibunda Alqamah tidak mau berterus terang, tentang ganjalan hatinya itu kepada Rasulullah. Namun ketika Rasulullah perintahkan kepada Bilal untuk menggumpulkan kayu bakar untuk membakar Alqamah supaya segera akhiri penderitaan mautnya. Sebagai seorang ibu bagaimanapun tak tega anaknya dibakar, maka dianya berterusterang kepada Rasulullah tentang kemasgulan hatinya terhadap Alqamah, seraya dengan ikhlas memaafkan anaknya. Barulah Alqamah dapat dengan tenang menghembuskan nafas terakhir dengan mengucapkan “lailaha illallah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun hadir berta‘ziyah kerumah duka Alqamah. Beliau memerintah agar jenazahnya segera dimandikan dan dikafani. Usai dikafani, bersama para sahabat, beliau menshalati jenazahnya. Pada saat pemakaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di pinggir liang kubur dan berpidato, “Wahai kaum Muhajirin dan Anshar, siapa saja yang mementingkan istrinya daripada ibunya, maka laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia adalah untuknya. Allah tidak akan menerima kebaikan dan keadilannya kecuali ia bertobat kepada Allah, memperbaiki sikapnya kepada ibu, dan berusaha mengejar ridhanya. Sesungguhnya ridha Allah berada pada ridha ibu. Murka Allah juga berada pada murka ibu.” Alqamah, santun kepada ibunya, cukup berbhakti, tidak pernah mengeluarkan kata kasar, apalagi merongrong, mengungkit waris sama sekali tidak dilakukan Alqamah terhadap ibunya, bahkan dialah yang menjamin kebutuhan hidup ibunya. Tidak pernah membuat ibunya sampai menangis seperti kasus anak2 nuntut “rumah wasiat” warisan tersisa, tersebut di atas. Hanya “memberikan perhatian lebih kepada istri ketimbang ibunya saja”. jika tidak diridhai ibunya percumalah segala ibadahnya. Semoga kita semua, tidak terkelompok orang yang mendurhakai atau menyakiti hati kedua orang tua kita, utamanya ibunda kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 26 Agustus 2024 M, 20 Safar 1446 H

Sunday 18 August 2024

SHALAT Subuh DUA Raka’at

Dirangkum: M. Syarif Arbi No: 1.265.08-5.2024. Subuh adalah waktu perbatasan awal dari hari berikut dengan hari kemarin. Ketika itu kebanyakan manusia sedang nikmat-nikmatnya tidur disebabkan suasana diluar tubuh dan di dalam tubuh sangat mendukung untuk lelap tertidur. Suasana diluar tubuh, udara umumnya di waktu subuh sangat nyaman, hening. Suasana di dalam tubuh, pada malam hari tubuh memproduksi lebih banyak hormon melatonin menyebabkan orang tertidur lelap. Justru dalam keadaan enak2 tidur itu ummat Islam di uji untuk bangun melaksanakan shalat tersingkat dari shalat wajib lainnya hanya 2 raka’at. Kewajiban shalat di waktu2 lain: Dzuhur, Ashar dan Isya masing2; 4 raka’at, Maghrib 3 raka’at. Perintah shalat yang diterima Nabi Muhammad saw ketika menghadap Allah di peristiwa Isra’-mi’raj, memang sudah begitu waktu2nya bilangan raka’atnya. Sebagian ‘Ulama menganggap bahwa yang demikian adalah ta’abbudi (dogmatis). Beberapa ulama mengemukakan pendapat sebagai penyebab shalat subuh itu dua raka’at sbb: • Shalat subuh pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Adam. Beliau diturunkan dari surga ke bumi pada waktu itu di bumi malam hari. Nabi Adam sangat takut dan khawatir karena keadaan di bumi sangat gelap dan tidak ada cahaya sama sekali, lain sekali dengan di surga. Tidak lama kemudian, terbitlah fajar yang menghilangkan kekhawatiran dan rasa takut Nabi Adam. Di saat itu pula Nabi Adam melakukan shalat dua raka’at sebagai bentuk syukur. Raka’at pertama bersyukur kepada Allah karena telah diselamatkan dari gelapnya malam tersebut, sedangkan raka’at kedua sebagai bentuk syukur karena terbitnya fajar yang bisa menerangi bumi dan seisinya. • Ada juga yang berpendapat; shalat subuh berjumlah 2 raka’at adalah karena di waktu ini (pada umumnya) orang-orang masih malas dan letih, sebab baru bangun tidur. Oleh karena itu disuruh shalat yang singkat saja sebagai warming up, guna mempersiapkan kebugaran beraktivitas bekerja mencari nafkah di siang hari nanti. • Ada lagi yang berpendapat penyebab shalat shubuh hanya 2 raka’at, karena; begitu bangun tidur, maka berfungsilah salah satu indra manusia yakni indra “peraba” yang dapat merasakan lembut dan kasar, maka dua raka’at shalat subuh; satu raka’at mensyukuri nikmat dapat meraba yang halus dan lembut, satu raka’at lagi mensyukuri nikmat dapat merasakan yang kasar, yang tajam, yang keras. Kalaulah tidak ada nikmat “peraba”, betapa bahayanya kehidupan manusia. Sekaligus menggugurkan dua dosa dari penggunaan indra “peraba” tersebut. Sebab tidak sedikit potensi dosa serta kemaksiatan yang dimungkinkan terjadi karena kemampuan indra “peraba” pada diri manusia, sejak mulai bangun tidur sampai ke tidur lagi. Walaupun shalatnya hanya dua raka’at dan begitu singkat, shalat subuh adalah yang paling berat dilaksanakan oleh sebagian terbesar ummat Islam, karena sedang enak2nya tidur seperti dikemukakan di awal tulisan ini. Namun ganjarannya kebaikan yang diberikan Allah luar biasa. Shalat sunnah fajar dua raka’at sebelum subuh saja seperti hadits2 berikut: Diriwayatkan Aisyah, Nabi Muhammad SAW bersabda: رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا “Dua raka’at (sholat sunnah) fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya”. Dilain hadits; Aisyah meriwayatkan bahwa nabi Muhammad SAW juga bersabda tentang dua raka’at sholat sunnah yang dikerjakan sebelum sholat Subuh. هُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِن الدُّنْيَا جَمِيْعًا “Ke dua raka’at itu lebih aku cintai dari pada dunia dan segala yang ada padanya”. Dalam hadits lain juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: لَا تَدَعُوْا رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ ، وَإِنْ طَرَدَتْكُمُ الْخَيْرَ "Janganlah kalian meninggalkan dua raka’at sholat Sunnah fajar, walaupun pasukan musuh mengusir kalian." Naah shalat sunnahnya saja demikian hebat ganjarannya, apalagi shalat wajibnya tentu lebih hebat lagi………. Semoga Allah senantiasa mengkondisikan setiap pribadi muslim dan muslimat istiqamah dalam melaksanakan shalat termasuk shalat subuh. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 18 Agustus 2024 M, 12 Safar 1446 H

Saturday 17 August 2024

DIRGAHAYU RI KE 79

Disuguhkan: M. Syarif Arbi No: 1.264.08-4.2024. Hari ini 17 Agustus 2024, 79 tahun yang lalu Indonesia diproklamirkan sebagai bangsa merdeka oleh Soekarno-Hatta. Berabad perjuangan anak bangsa untuk kembali merdeka, sebelumnya bangsa mendiami nusantara adalah merdeka. Sungguh waktu yang dipilih oleh pendiri bangsa tanggal 17, bertepatan sesuai dengan bilangan 17 adalah sama dengan jumlah rakaat shalat kaum muslim dalam sehari semalam. Sebagaimana terukir dalam sejarah, bahwa kemerdekaan yang diploklamirkan 17 Agustus 1945 itu, tidak langsung para pejuang waktu itu menikmati bangsa berdaulat. Penjajah belum terima, mereka dengan bantuan sekutu ingin menancapkan kuku penjajahan kembali. Kemerdekaan harus dipertahankan, tak terelakkan terjadilah peperangan. Ummat Islam yang ketika itu berjuang mengambil semangat perang Badr. Dimana di perang Badr, berhadapan dengan kekuatan pasukan besar (1.000. orang) bersenjata canggih (pada zamannya), sedangkan ummat Islam hanya sedikit (313 orang). Perang Badr terjadi tgl 17 Ramadhan; tahun ke 2 Hijriah bertepatan tgl 13 Maret 624 Masehi. Momentum ini diambil sebagai simbol para pejuang kala itu guna memicu semangat sekaligus meraih ridha Allah. Disinilah mungkin hikmah semangat perang Badr buat anak bangsa pejuang waktu itu, hanya bermodalkan BAMBU RUNCING dan pekikan Allahu Akbar, dapat mempertahankan kemerdekaan. Dengan perjuangan yang gigih di medan perang dan diplomasi, bangsa ini pun di tahun 1950 berdaulat penuh. Betul2 menikmati kemerdekaan yang diperoleh "ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA". Sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang disahkan sehari sesudah proklamasi, "Atas berkat rahmad Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya". Para pejuang pendiri bangsa ini insyaf dan sadar betul bahwa kemerdekaan bangsa ini, bukan se-mata2 hasil perjuangan mereka, tetapi ATAS KARUNIA ALLAH SWT. Sebagai anak bangsa yang kini sudah berusia di atas 70 tahun, merasakan betapa nikmat kemerdekaan ini telah dirasakan, bila dibandingkan kisah dari nenek-kakek tentang bagaimana kesulitan ketika terjajah. Berbagai aspek kehidupan sebagai bangsa terjajah serba termarginalkan. Kini kita nikmati kemerdekaan, telah dilalui keadaan yang relatif stabil, keamanan, ketertiban dan perekonomian. Juga pernah pula bangsa ini alami masa sulit sandang dan pangan serta perekonomian susah (ingat zaman BULGUR), berpuncak tahun 1965 dengan peristiwa pemberontakan PKI. Pasang surut dan pasang naik silih berganti. Terjadi lagi kesulitan perekonomian, agaknya harga2 kebutuhan hidup senantiasa naik dan naik. Sementara sebagian terbesar rakyat sulit memperoleh penghasilan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang. Persentase penduduk Indonesia miskin ekstrem pada Maret 2024 sebesar 0,83 persen. Hari ulang tahun kemerdekaan ke 79 berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana Presiden lama tinggal bilangan bulan menyerahkankan estafet kepemimpinan bangsa ini kepada Presiden baru. Harapan kita semua akan mulai tertata kembali masyarakat aman tata tentram adil Makmur, dengan para pemimpin yang jujur, dibawah ridha Allah. Sebab bila para pemimpin tidak amanah, penduduknya mengingkari nilmat-nikmat Allah, maka yang akan terjadi seperti warning Allah di surat An-Nahl 112. وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَا نَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَا نٍ فَكَفَرَتْ بِاَ نْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَا قَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُـوْعِ وَا لْخَـوْفِ بِمَا كَا نُوْا يَصْنَعُوْنَ "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." Seluruh anak bangsa, baik yang memimpin maupun yang dipimpin, harus berhati-hati jangan sampai mengingkari nikmat2 Allah. Agar tidak tertimpa seperti diingatkan Allah di ujung ayat dikutip di atas. Sebab negeri kita persis benar seperti dikemukakan diawal ayat di atas. Tanahnya subur, apa saja ditanam tumbuh. Hutannya lebat dengan hasil melimpah. Buminya dipenuhi segala macam tambang. Lautnya luas dan kaya dengan hasil laut. Iklimnya tidak tidak pernah ekstrim. Perwujudan tidak mengingkari nikmat Allah adalah setiap anak bangsa harus taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Tidak ada lagi korupsi, memumpungkan jabatan. Perilaku taqwa harus dimiliki pejabat dan rakyat. DIRGAHAYU Republik Indonesia di kemerdekaan ke tujuh puluh sembilan. Semoga kemerdekaan Indonesia dapat dipertahankan sampai kiamat. Indonesia secara kesuluruhan tetap berdaulat. Tidak terjajah oleh bangsa lain dalam bentuk apapun yang mereka buat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 17 Agustus 2024 M, 11 Safar 1446 H

Wednesday 14 August 2024

OLI-GARKI

Dirangkai: M. Syarif Arbi No: 1.263.08-3.2024. Sambil mondar mandir melompat dari satu kursi ke kursi lain yang berdekatan, cucuku (masih TK) bercerita “lebaran nanti kami ke Solo”. Kutanyakan, “berangkatnya naik apa”, “Naik kereta api datuk” jawab cucuku. “Pulangnya naik apa”, kutanya lebih lanjut. “kata ayah, liat situasi dan kondisi datuk, mungkin naik pesawat terbang”. Oohh komentarku singkat. Rupanya cucuku belum selesai, lantas dia bertanya lagi “kondisi itu apa sih datuk”. Ternyata cucuku mengutip informasi dari ORTUNYA tentang rencana perjalanan mereka tanpa memahami lebih lanjut …………….., agaknya dia sudah mengerti arti “situasi”, namun belum paham arti “kondisi”. Belakangan cucuku silaturahim lagi kekediaman kami bersama ORTU nya, kali ini topik pertanyaannya istilah yang sering mucul di TV yaitu “OLIGARKI”. “OLI Garki itu bagusnya untuk apa datuk, untuk sepeda motor atau untuk mobil”. Nalar cucuku nampaknya mulai jalan, dianya pernah ikut ayahnya ganti oli mobil, maklum space memorinya masih luas, ingat betul dianya nama oli yang digunakan mobil ayahnya, tapi bukan “Oli Garki”. Makanya ketika kerumah kami, disempatkannya menanyakannya kepada datuk, buat kendaraan apa “oli garki” itu. Sulit juga menjelaskannya buat cucuku yang masih BALITA, kalaulah dia bertanya setelah es em pe an gitu, maka kira2 dapat dijelaskan sbb: Secara sederhana oligarki adalah struktur pemerintahan atau kekuasaan yang dipegang oleh sekelompok orang yang selalu mengendalikan kekuasaan untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri. Oligarki sudah ada sejak ribuan tahun lalu, buktinya sekitar 600-an Sebelum Masehi, Sparta dan Athena dipimpin oleh kelompok elit bangsawan pendidikan sehingga membuat pemerintah oligarki berjaya. Aristoteles menjelaskan oligarki sebagai kekuasaan yang dipegang oleh segelintir orang dan menganggapnya sebagai manifestasi dari pemerintahan yang buruk. Alasannya karena oligarki cenderung bersifat elitis, eksklusif, beranggotakan kaum kaya, dan tidak memperdulikan kebutuhan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, definisi oligarki dari Aristoteles dianggap terlalu sederhana dan ambigu sehingga banyak yang membuat argumen untuk menuduh seseorang atau sekelompok orang sebagai oligarki. Di sisi lain, pihak yang dituduh pun bisa mengelak dengan mudah. Oligarki berasal dari bahasa Yunani, yakni "oligarkhes" yang berarti sedikit yang memerintah. Maksudnya, oligarki adalah bentuk pemerintahan yang politik kekuasaannya berada di tangan sekelompok orang. Plato menyebutkan bahwa oligarki merupakan bentuk pemerosotan dari pemerintahan aristokrasi. Pemerintahan oligarki dipimpin dengan cerdik dan pandai oleh segolongan kecil elite demi kepentingan mereka sendiri. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa oligarki adalah sistem kekuasaan yang tidak mementingkan rakyat, tapi mementingkan kekuasaan golongan elitis. Perlu diketahui bahwa oligarki berbeda dengan kaum elite. Golongan elite belum tentu oligarki, namun kelompok oligarki biasanya merupakan sekelompok orang elite. “Oligarki” ternyata bukan oli buat kendaraan bermotor, tetapi Oli yang digunakan untuk mengokohkan kekuasaan. Berbicara soal kekuasaan, bagi kita warga yang sudah berusia lanjut, sempat mendengar kisah Ortu2 kita tentang masa pemerintahan penjajahan Belanda selama 3 setengah abad. Penjajahan Jepang 3 setengah tahun. Masa kemerdekaan dikuasai pemerintahan bangsa sendiri, yang sempat diberi kuasa memerintah seumur hidup. Lalu berganti dengan pemerintahan yang pemimpinnya dari pemilu ke pemilu terus diangkat lagi. Dilanjutkan dengan era reformasi, silih berganti yang berkuasa. Dari sudut pandang agama bahwa memang kekuasaan itu tetap dipergilirkan. Kendatipun sudah pakai “Oli” – “Garki”. Untuk itu baik dikutip ayat 26 surat Ali-Imran: قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. Semoga Allah senantiasa memelihara bangsa kita, walau silih berganti pihak yang berkuasa, namun bangsa ini tetap terpelihara keutuhannya dan segera lekas tercapai masyarakat adil makmur dan sejahtera dibawah lindungan Allah. بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 15 Agustus 2024 M, 9 Safar 1446 H

Sunday 11 August 2024

MEMILIH IMAN

Ditautkan: M. Syarif Arbi No: 1.262.08-2.2024 Di negara2 demokrasi setiap akan diadakan pemilihan pemimpin, setiap kontestan melakukan kampanye guna mempengaruhi hati para pemilih. Agaknya terdapat tiga atau lebih faktor sangat menentukan pilihan, yaitu pertama; faktor dari dalam diri (internal) dan kedua; faktor diluar diri (eksternal) para pemilih. Tak kalah pentingnya faktor ketiga yaitu faktor “X”. Umumnya manusia dalam menentukan pilihan: "hati baru menerima setelah melalui pertimbangan logika, nalar, akal sehat, fakta2 dan kajian ilmu". Kadang, kendati suatu pilihan dapat diterima dengan pertimbangan2 tsb di atas, pilihan terpaksa dilakukan melenceng dari pertimbangan internal. Ada juga orang yang menentukan sesuatu, menentukan pilihan karena faktor diluar dirinya (eksternal) misalnya karena terpaksa, karena terpengaruh lingkungan, karena terpengaruh orang yang berkuasa, karena hasutan, karena imbalan, dll. Tak dapat diabaikan faktor ketiga yaitu sering disebut dengan faktor “X”, diluar kuasa manusia. Dalam hal memilih pemimpin di negeri kita ada lagi faktor ke empat, boleh jadi ini menjadi faktor paling utama yaitu orang yang akan dipilih apakah dianya “cukup kursi” dari partai2 yang mencalonkannya, dikenal dengan istilah "threshold” Tulisan ini tidak berbicara tentang memilih pemimpin. dibatasi hanya berkaitan dengan seseorang memilih keimanannya. Ada seseorang hatinya menerima memilih beriman tapi belum siap melaksanakannya, karena: • Pertimbangan Lingkungan. • Pertimbangan keluarga besar, tak siap dikucilkan dari komunitas. • Pertimbangan jabatan, khawatir akan terjungkal dari kedudukan. Diantara kelompok ini adalah paman nabi Muhammad saw sendiri yang sangat melindungi dan menyayangi Nabi, Abu Thalib sampai menghembuskan nafas terakhir enggan berucap akan keimanan atas risalah yang dibawa kemenakannya. Memang kehadiran para Nabi dan Rasul hanya bertugas menyampaikan risalah iman kepada ummat manusia, tidak bertanggung jawab sampai orang memilih beriman. Seperti yang dijelaskan Allah dalam surat Al-Baqarah 272: لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰٮهُمْ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَ نْفُسِكُمْ “(Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki…………………………………” Dan ditegaskan lagi di surat Ar Ra’d. ayat 40: فَاِ نَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَا بُ …………………….” “……………(Sesungguhnya tugasmu (Muhammad) hanya menyampaikan saja dan Kami-lah yang memperhitungkan (amal mereka). Dalam keberimanan faktor “X” nya adalah “Hidayah” (terminology Islam) Apa yang ada di hati hanya Allah yang tau dan diri ybs. Bagaimanapun iman, amal tak cukup hanya ada di dalam hati. Jenis amal mengacu rukun Islam yg lima seperti Sabda Rasulullah SAW : بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ (Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammadan Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan. (HR. Al-Bukhari no. 8 dan Muslim no. 113) JENIS AMAL mengacu kepada rukun Islam yang lima dapat dibagi menjadi: 1. Ibadah LISAN + HATI , yaitu mengucapkan dua kalimat syahadah. Bahkan harus dengan saksi (untuk yang baru masuk Islam). Sedangkan bagi yang sudah masuk Islam se-kurang2nya 9 kali sehari melafazkan dua kalimah syahadat, ketika melaksanakan shalat 5 waktu. 2. Ibadah HATI + LISAN + PHISIK, Harus terbetik niat dalam hati, diiringi ucapan dari lisan dan dilaksanakan dengan gerak phisik. Contoh shalat. 3. Ibadah HATI + HARTA, mungkin juga ikut phisik mengantarkannya dan lisan mengakadkannya. ZAKAT. 4. Ibadah HATI + PHISIK, niat dan tekad melaksanakan puasa. Tekad harus kuat dan phisik harus sehat agar sanggup berpuasa. Tidak sedikit orang yang sehat, puasa tak kuat karena kurang tekat didukung niat. Dalam pada itu ada juga yang tekat niat yang kuat tapi phisik tak sehat puasapun tak dapat dilaksanakan. 5. Ibadah HATI + LISAN + HARTA + PHISIK, itulah ibadah HAJI. Niat harus mantap dengan hati. Lisan, dengan ucapan yang harus disuarakan a.l. kalimat Talbiah. Harta, tak mungkin berangkat tanpa biaya, baik dari kantong sendiri maupun dibayarkan pihak lain. Phisik, banyak rukun haji yang harus dilaksanakan dengan phisik a.l. tawaf, sa'ie, wukuf. Sedangkan melempar jumrah dpt diwakilkan bilamana udzur. Keberimanan di dalam agama Islam harus dideklarasikan, merupakan pintu pertama masuk Islam, berupa dua kalimat syahadah, haruslah diucapkan dengan LISAN. Banyak terjemahan rukun Islam yg pertama ini ter-redaksi "Mengucapkan dua kalimat syahadat". Artinya harus disuarakan, tak cukup di dalam hati. Tentu ini dimaksudkan bagi orang yang pertama memeluk Islam. Dari sejak era Rasulullah, sampai kini tak sedikit orang yg hatinya bersimpati kepada Islam, sudah menerima kebenaran Islam tapi masih enggan mendeklarasikannya. Semoga kelompok yang hati nya sudah menerima kebenaran Islam diberi Allah Hidayah. Sebab tak ada yang sanggup memberi hidayah kecuali Allah seperti ayat2 dikutip di atas. Jika terdapat kebenaran uraian ini datang dari Allah. Jika terdapat keliru dan salah, karena ilmuku yang masih rendah. Ambilah yang baik buangkan yang salah. Maafkan saya, supaya diriku tak menjadi gundah. Agar kebersuaan kita tetap terasa indah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 11 Agustus 2024 M, 5 Safar 1446 H

Saturday 3 August 2024

KEBAIKAN, KEBERIMANAN, KEBERAMALAN.

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.261.08-1.2024 Setiap orang, ingin dikatakan baik, sekalipun sebenarnya dirinya tidak baik. Juga kita sering memberikan penilaian kepada orang lain, misalnya teman akrab, tetangga, teman sekerja atasan atau bawahan, sering kita memberikan penilaian baik atau tidak baik terhadap mereka. Budaya berbasa-basi bangsa kita walaupun keadaannya kurang baik, bila ditanyakan “apa kabar” jawaban standar adalah “baik”. Contoh; ketika ada bencana alam gempa di salah satu daerah di Indonesia beberapa waktu yang lalu misalnya, seorang korban kepalanya luka-luka dan karenanya dibalut perban. Ketika ditanya pewawancara TV, “Bagaimana kabar Bapak”, jawaban beliau “Alhamdulillah baik. Ditegaskan dalam Al-Qur’an vide surat Al-Baqarah ayat 177 kebaikan adalah meliputi 11 item terdiri dari 2 besaran yaitu: “keberimanan” dan “keberamalan”: KEBERIMANAN: 1. Beriman kepada Allah, 2, Beriman kepada hari kemudian, 3. Beriman kepada malaikat2. 4. Beriman kepada kitab2 yang diturunkan Allah. 5. Beriman kepada nabi2 dan rasul2 yang diutus oleh Allah. Keberimanan adalah aktifitas bathin bersifat abstrak, tak dapat diketahui orang lain, perwujudan “keberimanan” terlihat dari “keberamalan” KEBERAMALAN: 1. Sanggup memberikan harta yang dicintainya kepada: a. kerabatnya, anak-anak yatim, b. orang-orang miskin, c. musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; 2. Membebaskan perbudakan, 3. Mendirikan shalat, 4. Menunaikan zakat; 5. Menepati janjinya apabila ia berjanji, dan 6. Sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Keberamalan merupakan realisasi dari “keberimanan”. Semakin tinggi kadar kualitas keberimanan seseorang, maka semakin berkualitas “keberamalan” orang tersebut. Keberamalan relative konkrit, ukuran kualitas “keberamalan” setiap individu setidaknya ada 9 parameter: Parameter ke 1. Patuh pada Allah. Salah satu diantaranya ukuran kepatuhan kepada Allah, jika disebut nama Allah apakah hati gemetar? seperti termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2 إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka”. Selanjutnya ukuran kualitas keberamalan seberapa senangnya mendengar lantunan ayat suci Al Qur’an. وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (Al-Anfal: 2) Parameter ke 2. Khusyu’ saat sholat. Orang yang beriman adalah lebih khusyu’ dalam shalat baik shalat wajib maupun sunnat, dapat dirasakan diri sendiri, tak diketahui orang lain. ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (Al-Mukminun ayat 2) Paremeter ke 3. Senang berinfak Keseharian kehidupan orang yang beriman juga sangat senang berinfak baik sedang lapang maupun sempit: الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ۝ (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ali Imran 134) Parameter ke 4. Tidak mengerjakan hal yang sia-sia Orang yang beriman tidak akan melakukan hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Ia justru terlalu sibuk untuk melakukan ibadah yang akan menambah keimanannya. وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia. (Al-Mukminun ayat 3) Paremeter ke 5. Meneladani Rasul Beriman tak hanya sekedar menjalankan perintah Allah tapi juga meneladani setiap perbuatan dan perkataan rasul. : إِنِّي تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَ هُمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).” Parameter ke 6. Tawakal Sikap orang yang beriman juga adalah tawakal dan ikhlas pada setiap ketetapan dan takdir yang diberikan Allah SWT. وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ “Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Al-Maidah ayat 23). Parameter ke 7. Sabar Kesabaran juga menjadi salah satu ciri-ciri dari orang yang beriman. Seberat dan sesulit apapun ujian yang diberikan, maka ia akan selalu bersabar menghadapinya. Allah berfirman, وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ “Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran ayat 146] Parametr ke 8. Memiliki akhlak yang baik Tanda lain dari seorang yang beriman adalah memiliki akhlak yang baik. وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al-Qalam 4) Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi). Paremeter ke 9. Selalu bersyukur Baik dan buruk yang menimpa seorang mukmin akan selalu membuatnya bersyukur atas apa yang ia miliki. Itulah ciri dari seorang yang beriman kuat. وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras." (Ibrahim ayat 7) Semoga kita semua tergolong orang2 yang mendapat predikat “Baik” dalam pandangan Allah, dengan kesanggupan memiliki “Keberimanan” dan “keberamalan” yang baik sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 3 Agustus 2024 M. 27 Muharram 1446 H