Wednesday, 19 November 2025
KEWAJIBAN atau KEBUTUHAN
Dihimpun: M. Syarif Arbi
No: 1.372.04.11-2025
Melanjutkan tulisanku yang lalu, tentang 7 (tujuh) indicator keberhasilan Taubat. Dikesempatan ini mari ditinjau indicator ke dua “Membaiknya Hubungan dengan Allah”. Jika telah membaiknya hubungan diri ini dengan Allah, akan terasa didalam bathin dan juga terdorong perilaku untuk berbuat kebaikan.
Terdapat 7 (tujuh) juga tanda2 orang yang telah baik hubungannya dengan Allah (dekat dengan Allah) yaitu: 1. Hati lebih tenang., 2. Ibadah terasa lebih khusyuk., 3. Hati lebih lembut dan mudah berbuat baik., 4. Tabah menerima ujian., 5. Dzikir dan do’a jadi kebiasan.. 6. Merasa diawasi Allah (Muraqabah)., 7. Merasakan Nikmat dalam Ketaatan.
Lagi2 jika 7 (tujuh) tanda2 (dekat dengan Allah) tersebut diungkapkan, akan terlalu panjanglah tulisan ini, oleh karena itu di nomor ini kita cermati dua diantaranya yaitu: “Tenang dan Khusyuk” menjadikan ibadah sebagai kebutuhan, bukan lagi sebagai kewajiban.
PERTAMA: Hati Lebih Tenang; Seseorang yang sudah baik hubungannya dengan Allah di-saat2 menghadapi masalah, tidak mudah gelisah atau khawatir. Menghadapi masalah sebesar apapun, dianya akan yakin betul Allah bersamanya, ingat betul dirinya dengan peristiwa Nabi Muhammad ﷺ berdua didalam goa bersama sahabatnya Abu Bakar, logikanya tak akan selamat dari kejaran musuh, Nabi mengucapkan “لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ (Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita dan menolong serta melindungi kita)”, diabadikan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 40.
Selain itu orang yang sudah baik hubungannya dengan Allah adalah orang yang imannya sudah mantab. Orang beriman yang mantab yakin benar dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 23. وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ("Dan hanya kepada Allah-lah kamu harus bertawaqal jika kamu benar-benar orang yang beriman."
Keyakinan orang beriman, bahwa apapun yang terjadi buat dirinya, katakanlah misalnya musibah, sepanjang sudah berikhtiar dan ber do’a, musibah tersebut masih menimpa juga, maka yang bersangkutan ridha menerimanya dengan berpegang kuat dengan surat Surat At-Taghabun Ayat 11:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
KEDUA: Ibadah Terasa Lebih Khusyuk; salah satunya shalat terasa lebih bergairah, bukan sekadar rutinitas. Ada rasa rindu untuk beribadah dan merasa kehilangan jika meninggalkannya. Bagi orang yang telah dekat dengan Allah, tau betul bahwa Allah tidak mendapat manfaat dari ibadah manusia kepada-Nya. Hal itu dikarenakan Allah Mahakaya, Mahasempurna, dan Mahakuasa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيد
“Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (surat Fathir: 15).
Bagi orang yang sudah merasa dekat dengan Allah, seluruh jenis ibadah yang dikerjakannya bukan lagi dianggap sebagai kewajiban tetapi sudah di anggap sebagai kebutuhan.
Bila ibadah sudah dianggap sebagai kebutuhan maka: Akan berupaya melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya agar memberikan manfaat terbesar buat diri sendiri. Upaya yang dilakukan terus-menerus mempelajari ilmu tentang ibadah, agar ibadah semakin mendekati kesempurnaan.
Contoh konkrit orang “sudah dekat dengan Allah” khusus dalam hal melaksanakan shalat, utamanya dikala shalat subuh. Kelompok orang yang sudah menganggap shalat adalah kebutuhan, dianya akan siap sebelum waktu subuh, bahkan telah bangun ber-jam2 sebelum masuk waktu subuh, dianya telah bangun untuk shalat tahajud. Dianya akan hadir ke masjid sebelum adzan, guna melaksanakan shalat tahyatul masjid dan qabliah subuh.
Lain pula halnya kebanyakan orang yang masih menganggap shalat sebagai kewajiban, datang ke masjid kadang disaat shalat sudah dimulai rakaat kedua, jadi tak sempat shalat qabliah subuh dua rakaat dimana fadhilahnya melebihi dunia dan isinya.
رَكْعَتَا اَلْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلدُّنْيَا وَمَا فِيه
“Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya” (HR Muslim).
Di suatu masjid pada shalat Isya’ imamnya sering benar membaca di rakaat pertama surat Al-Isra ayat 78 s/d 85 dimana di ayat ke 79 menyinggung anjuran untuk shalat tahajud:
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”
Agaknya jamaah shalat Isya’ yang cukup banyak itu (kadang sampai 7 shaf), sebagian terbesar belum tersentuh dengan anjuran Allah ini, terbukti waktu shalat subuh di masjid itu, ketika imam memulai taqbir memulai shalat, satu shaf saja yang berkapasitas sekitar 23 orang itu kadang belum penuh. Barulah berangsur-angsur jamaah datang mengisi shaf kedua, kadang terisi juga sebagian shaf ketiga.
Fakta ini menunjukkan bahwa diduga mereka belum mengamalkan surat Al-Isra’ ayat 79 yang dibaca imam sering kali di shalat Isya’ (untuk shalat tahajud). Karena kalaulah mereka shalat tahajud, tentulah (notabene tetangga masjid) sebagian jamaah itu telah siap datang ke masjid sebelum shalat dimulai. Yang istimewanya, sang imam yang sering membaca surat Al-Isra’ itu juga di banyak subuh, tidak ikutan ke masjid, atau kadang datang ikut masuk masbuk.
Kondisi ini, boleh jadi menjadikan instrospeksi dari kita masing2 apakah diri ini sudah menjadikan ibadah (khususnya shalat) sebagai kebutuhan, atau masih sebagai kewajiban, dilaksanakan hanya agar gugur kewajiban syar’ie dengan maksud tidak terkena dosa tidak melaksanakan shalat.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk mengukur diri buat kita masing2 apakah diri ini masih tergolong orang menjadikan ibadah sesuatu kewajiban (sehingga biasanya dirasakan berat), atau sudah menganggap ibadah sebagai kebutuhan (sehingga dirasakan ringan).
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jakarta, 29 Jumadil Awal 1447H.
20 November 2025.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment