Wednesday, 12 November 2025
PENGGERUS nilai DZIKIR
Dihimpun: M. Syarif Arbi
No: 1.370.02.11-2025
Sudah kutulis pada artikel (No: 1.365.08.10-2025 tgl 28 Rabiul Akhir 1447H.
20 Oktober 2025) bahwa berdzikir merupakan salah satu bentuk amal dalam agama Islam yang berarti mengingat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan menyebut nama-nama-Nya, memuji-Nya, serta mengingat kebesaran-Nya melalui ucapan dan hati dan juga perbuatan. Dzikir dilakukan dengan 3 (tiga) cara: 1. Dzikir lisan, yaitu berdzikir diucapkan dengan mulut., 2. Dzikir Qalbi, yaitu mengingat Allah dalam hati, merenungi kebesaran-Nya., 3. Dzikir Fi’li (perbuatan): Menunjukkan ketaatan kepada Allah melalui tindakan, seperti shalat, menunaikan zakat, sedekah, berhaji, berumrah, aktivitas phisik dan harta dalam rangka ibadah.
Cara apapun yang dilakukan untuk berdzikir, berpeluang akan “tergerus” nilainya atau setidaknya berkurang nilainya apabila berdzikir; tidak ikhlas, tidak khusyuk, tak sesuai petunjuk Rasululah, tidak mengerti maknanya dan berdzikir sambil melakukan berbuatan maksiat.
PERTAMA; Niat Tidak Ikhlas.
Tidak dilakukan dengan niat yang ikhlas, misalnya melakukan dzikir lantaran bukan kemauan sendiri, harus ikutan dalam suatu upacara, ketika diundang tahlilan para undangan berdzikir mengucapkan tahlil, awakpun ikutlah sekedar bunyi, atau tahlil bersama di masjid sesudah shalat wajib, dipimpin imam, si makmum ikutan, karena kalau langsung pulang, ndak enak sama Jemaah lain. Sedangkan Allah memerintahkan فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ (Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Az-Zumar ayat 2). Jadi bila dzikir hanya diucapkan dengan lidah, tidak dengan niat yang ikhlas, maka akan berkurang dan bahkan tergerus nilainya.
KEDUA; Tidak Khusyuk.
Sudah berniat ikhlas, tetapi dilaksanakan tidak khusyuk, apa yang diucapkan tidak sejalan dengan hati dan pikiran. Diucapkan tahlil, diucapkan tasbih, tahmid dan kalimat2 dzikir lainnya namun pikiran menerawang kemana-mana. Maka kondisi yang demikian ini tidak memenuhi apa yang dimaksud Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat 1-2 . قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ (Sesungguhnya beruntunglah orang yang beriman), ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ ((yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalat-nya). Shalat adalah merupakan salah satu wujud dari berdzikir.
KETIGA; Kalimat Dzikir tak sesuai petunjuk Rasulullah.
Sudah niat Ikhlas, dengan khusyuk pula, hendahlah hati-hati, ada harapan dzikirnya tak bernilai, bilamana kalimat dzikirnya di tambah2 kalimat, dibumbui dengan kata-kata atau “apalah” yang tak ada rujukannya dalam agama. Sebab agama Islam sudah sempurna, tak usah ditambah-tambah lagi. اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ (Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu). Al-Maidah ayat 3.
KEEMPAT; Tak dimengerti Makna Dzikir.
Berdzikir sudah memenuhi syarat yaitu “niat ikhlas”, “khusyuk”, kalimat dzikir “sesuai petunjuk agama”, namun keikhlasan, kekhusyukan, menggunakan kalimat sesuai petunjuk agama, akan menjadi hampa bilamana kalimat2 yang di dzikirkan tidak dimengerti apa maksud atau makna yang diucapkan. Perhatikan surat Al A’raf 204 وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ٢٠٤. (Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati).
Akan hal bagian “keempat” ini, Alhamdulillah bahwa kalimat2 dzikir standar yang umumnya di dzikir kan oleh ummat Islam baik billisani maupun bilqalbi, adalah sangat mudah dimengerti contohnya: Tasbih: Subhanallah (Maha Suci Allah), Tahmid: Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah). Takbir: Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Tahlil: La ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah). Istighfar: Astaghfirullah (Aku memohon ampun kepada Allah).
KELIMA; Berdzikir ketika berbuat maksiat.
Bahwa orang yang sedang bermaksiat, dianya sudah mengeluarkan dirinya dari beriman. Sebagai syarat utama ibadah, ibadah apapun haruslah dilaksanakan oleh orang yang ber iman. Jika dalam keadaan tidak beriman berarti ibadahnya tertolak, demikian juga dzikirnya. Sebagai referensi bahwa orang yang sedang bermaksiat itu kehilangan iman mari cermati hadits berikut ini:
صحيح البخاري ٦٣١١: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا الْفُضَيْلُ بْنُ غَزْوَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزْنِي الْعَبْدُ حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَقْتُلُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ قَالَ عِكْرِمَةُ قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ كَيْفَ يُنْزَعُ الْإِيمَانُ مِنْهُ قَالَ هَكَذَا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ أَخْرَجَهَا فَإِنْ تَابَ عَادَ إِلَيْهِ هَكَذَا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
Shahih Bukhari 6311: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] Telah mengabarkan kepada kami [Ishaq bin Yusuf] Telah mengabarkan kepada kami [Al Fudhail bin Ghazwan] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah berzina seorang hamba yang berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklah mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman, tidaklah ia meminum khamr ketika meminumnya dan ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah dia membunuh sedang dia dalam keadaan beriman."
Kata Ikrimah, saya bertanya kepada 'Ibnu 'Abbas: 'bagaimana iman bisa dicabut padanya? ' ia menjawab: 'begini', sambil menjalinkan jari-jemarinya, kemudian ia keluarkan, 'maka jika ia bertaubat, iman itu kembali kepadanya, ' sambil ia menjalin jari jemarinya.
Oleh karena itu berdzikir seyogyanyalah mensinergikan antara lisan dan hati, menyempurnakan niat dan memahami apa yang didzikirkan serta tidak menambah, merubah ucapan2 dzikir. Selain itu hendaklah tidak bermaksiat, karena dzikir dalam keadaaan bermaksiat tertolak karena telah kehilangan iman.
Semoga Allah menjadikan kita para pembaca semuanya menjadi akhli dzikir dan mudah2an seluruh dzikir kita diterima oleh Allah.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jakarta, 22 Jumadil Awal 1447H.
13 November 2025.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment