Wednesday 29 May 2024

BANGUN – JATUH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.249-5.05.2024 Sambil nunggu panggilan menghadap dokter di RS kontrol rutin bulanan di suatu poli, kutulis artikel ini, agar waktu tunggu tak terasa panjang. Bocah belajar berjalan, sekitar usia antara 11-15 bulan diawali dari bangun, kadang jatuh. Selanjutnya bangun lagi dan jatuh, berulang-ulang. Baru lancar berjalan setelah beberapa kali bangun dan jatuh. Alhamdulillahnya anak manusia belajar berjalan seusia belasan bulan, jikapun jatuh, jaraknya tidak terlalu tinggi. Paling menyulitkan kalau sudah tua, lama menderita sakit misalnya, lalu belajar berjalan kembali, maka ya ampun jika jatuh demikian sakit, bisa jadi berakibat vatal, karena jaraknya tinggi. Tamsil “bangun dan jatuh”, ketika anak manusia masih bocah belajar berjalan ini, juga melekat kepada kehidupan manusia sepanjang hidup, meliputi; bergerak dibidang usaha, berkarier dalam pekerjaan, berprestasi dalam masyarakat, termasuk berkecimpung dibidang politik. Berbeda dengan hewan berkaki empat, begitu lahir beberapa saat kemudian dalam hitungan menit lalu dapat berdiri, lalu dapat berjalan. Hewan berkaki empat diciptakan tidak mengenal “bangun dan jatuh”, mereka hanya menjalani; lahir, bangun, berdiri berjalan, menjalani hidup sesuai kondisi alam dimana dia ditaqdirkan Allah hidup. Allah mengajak kita berpikir tentang kejadian hewan (berkaki empat) diantaranya tentang kejadian “Unta” اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ۝١٧ “Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan”? Unta diciptakan dengan kondisi tubuh yang mampu menghadapi kondisi alam dimana mereka diciptakan. Sedangkan manusia hidup penuh tantangan dan persaingan, serta permasalahan interaksi sesama manusia. Ketika berusaha, manusia harus bekerja keras, tidak seperti hewan tidak begitu keras usaha untuk bertahan hidup. Sebagian hewan dihidupkan Allah di lingkungan yang sudah tersedia matarantai makanan untuk mendukung kehidupanya, serta sesuai kondisi alamnya dimana mereka dihidupkan. Lain lagi dengan jenis hewan ungas, itupan beda ayam dengan burung. Ayam tak lama setelah menetas langsung turun dari sarangnya, diiring induknya mencari makan. Sedangkan burung, belum langsung terbang perlu waktu, makanannya masih harus disuapi ortu mereka. Sungguh bila di amati ayat2 kauniyah yang diperlihatkan Allah didunia ini demikian luar biasa, benarlah apa yang disebutkan Allah dalam Al-Kahfi 109: قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا "Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."" Masalah “bangun dan jatuh” buat anak manusia ketika belajar berjalan, juga merupakan ayat kauniyah, sebagai tamsil bagi manusia dalam menjalani hidup ini. Di artikel terbatas ini, ke ruang baca anda dibatasi hanya tentang manusia “bangun dan jatuh” dibidang usaha, adapun bidang lainnya tidak di bahas di artikel ini. Manusia dalam berusaha mengenal pasang surut dibidang apapun usaha itu digeluti. Untuk berusaha manusia memerlukan modal, tenaga, pikiran, teknik mensiasiti usaha, peralatan kerja serta pemasaran hasil produk. Faktor2 tsb. ada yang menyingkat dengan “6 M”. M pertama = “Modal” , M kedua “man” manusia atau tenaga kerja, M ketiga pemikiran = “manajeman”, M keempat teknik menyiasati usaha = “method”, M kelima “mesin” peralatan kerja, M keenam “marketing”, menjual hasil produk. Kadang ketika orang tengah asik menikmati kesuksesan usahanya melupakan “M” yang ketujuh yaitu; Memohon keberkahan, memohon keredhaan, memohon perlindungan Allah. Hal tersebutlah yang di sindir Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 32 sampai dengan 43. Di artikel ini agar tak terlalu panjang hanya di kutip 3 ayat yaitu saja: 35, 39 dan 42. Selebihnya mohon pembaca berkenan kiranya membuka dari kitabnya langsung. وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هٰذِهِۦٓ أَبَدًا "Dan dia memasuki kebunnya dengan sikap merugikan dirinya sendiri (karena angkuh); dia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya," (QS. Al-Kahf 18: Ayat 35) وَلَوْلَآ إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ إِنْ تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا "Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan "Masya Allah, la quwwata illa billah" (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 39) وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَآ أَنْفَقَ فِيهَا وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يٰلَيْتَنِى لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّىٓ أَحَدًا "Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (para-para) lalu dia berkata, "Betapa sekiranya dahulu aku tidak menyekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun."" (QS. Al-Kahf 18: Ayat 42) Tanpa “M” ketujuh tersebut, bukan sedikit petani yang gagal panen, pabrik yang gagal produksi, hasil produksi tak laku, kalah bersaing. Tidak sedikit terjadi seorang pengusaha yang bermodal sangat besar, mempunyai tenaga kerja yang ahli pada bidangnya, dikelola dengan baik melalui pemikiran dari orang2 yang berpengamalan, produk sangat dibutuhkan pasar, namun gulung tikar, lantaran tertipu. Tak jarang perusahaan menderita rugi kerena tidak sanggup memenuhi kontrak sehingga terkena penalty yang merugikan bukan saja berwujud materiil juga nama baik. Demikian sekedar renungan bagi kita dalam berusaha guna menjalani kehidupan sebagai manusia yang memang sudah dari sejak bocah mulai tertatih-tatih belajar berjalan di mulai dengan “Bangun dan Jatuh”. Semoga Allah senantiasa memberkati setiap usaha kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 21 Dzulkaidah 1445 H. 29 Mei 2024

No comments:

Post a Comment