Saturday 21 September 2024

NUNUT & KATUT

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.270.09-4.2024. Kausa kata Bahasa Indonesia sangat kaya, apalagi bila diikutkan dialek bahasa2 daerah, yang kini sebagian sudah masuk dalam perbendaharaan Bahasa Indonesia. Contoh kata “nunut dan katut”, kini dipahami oleh kita semua, berasal dari istilah bahasa daerah. “Nunut” artinya numpang dengan konotasi numpang suatu kendaraan. Pengertian lebih rinci “nunut” numpang tanpa bayar atau gratis. Ada 3 hal berperan dipersoalan “nunut” di kendaraan: Pertama; adanya kendaraan, sedang dalam perjalanan menuju ke suatu destinasi. Penunut dimungkinkan menunut bukan dari awal perjalanan, tapi ikutan naik kendaraan di tengah perjalanan. Dalam hal bepergian keluar kota dengan kendaraan pribadi, ditempat yang sepi, tiba2 dari kejauhan ada orang yang memberi isarat ingin nunut, kalau orang tersebut tidak dikenal sebaiknya dihindari. Kedua; adanya pemilik kendaraan yang berada dalam kendaraan itu, dapat saja dia adalah pengemudi kendaraan. Kalau nanti misalnya di tengah perjalanan si penunut menurunkan pemilik kendaraan/pengemudi dengan paksa, lalu mengambil alih kendaraan, itu bukan nunut namanya, tapi begal. Dalam hal si pemilik kendaraan tidak ikutan dalam perjalanan itu, istilahnya bukan juga nunut, yang cocok istilahnya pinjam kendaraan (kalau gratis) nyewa kendaraan (kalau dengan membayar). Ketiga; penumpang yang nunut, tanpa bayar, biasanya dengan pembicaraan terlebih dahulu, timbul suatu kesepakatan bahwa penumpang tidak bayar, jangan sampai di tengah perjalanan ditarik karcis, atau nanti diminta ikut membiayai ongkos perjalanan. Adapun kendaraan yang lazim di “nunuti”, bisa kendaraan pribadi, tak jarang pula kendaraan angkutan umum. Dulu semasa masih sering naik kendaraan umum di Jakarta (ketika itu bis kota atau Oplet, belum ada busway), sering kali orang nyetop di pingir jalan, lantas ngomong ke supir; “bang,…. boleh nunut nggak sampai ke……….,…maaf saya pas cekak”, umumnya si supir ngasih izin ke penunut, sesampai tujuan tanpa bayar, si penunut hanya ngucapkan “terimasih bang”. Supir2 di Jakarta tau betul kehidupan Jakarta, dimana tak semuanya orang punya uang, tapi ada keperluan ke suatu tempat tujuan, mungkin sesampainya di tujuan untuk cari uang. Di awal tulisan selain “nunut” disinggung juga “katut”. Pengertian “katut”, terikut secara pasif, konotasi “katut” ikut suatu keadaan, misalnya seseorang mahasiswa tidak terlalu pandai, tetapi ikutan lulus meskipun dengan nilai pas2an, lantas katut wisuda bersama kelompok rekannya lain yang nilainya baik2. Namun tetap saja ada suatu kelompok yang ditumpangi yaitu kelompok mahasiswa2 yang lulus. Kalaulah mau mengambil persamaan antara “Nunut dan “Katut”, disinilah persamaannya yaitu ada pihak yang ditumpangi, ada penumpang. Dalam hal “katut” numpangnya juga tidak bayar. Samakah “Nunut” dengan “Nebeng”, mungkin iya. Sementara itu mungkin “Katut” tidak sama dengan “Nebeng”. Oleh karena itu “Nunut” dapat juga terjadi bukan numpang di kendaraan, tetapi numpang suatu keadaan kenikmatan; misalnya ada istilah cukup terkenal: “Suargo NUNUT Neroko KATUT”. Istilah “suargo nunut neroko katut” pernah kudengar dituturkan seorang ibu tetangga kami di suatu daerah, ketika kami masih bertugas di luar Jakarta 40 tahunan yang lalu. Suami ibu dalam ceritaku ini, seorang pensiunan taat dalam agamanya, ia rajin sekali pergi ke tempat ibadah agama yang dianutnya. Dalam pada itu si istri tidak ikutan aktif beribadah. Di usiaku yang waktu itu masih suka “kepo” kutanyakan kepada si Ibu, kenapa beliau tidak ikutan aktif ke tempat ibadah seperti sang suami. Jawaban beliau “sebagai istri suargo nunut neroko katut” terjemahan bebasnya dalam Bahasa Indonesia “sebagai seorang istri surga nunut suami kalau si suami masuk surga, jika suami masuk neraka juga si istri akan katut”. Dalam keyakinan agamaku bahwa di akhirat nanti masing2 orang tidak dapat saling bantu, si suami tidak dapat membantu istri, begitu juga istri tidak dapat membantu suami. وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ “Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Sedangkan syafaat dan tebusan apa pun darinya tidak diterima dan mereka tidak akan ditolong”. (Al-Baqarah 48) اِنَّ يَوۡمَ الۡفَصۡلِ مِيۡقَاتُهُمۡ اَجۡمَعِيۡنَۙ* يَوۡمَ لَا يُغۡنِىۡ مَوۡلًى عَنۡ مَّوۡلًى شَيۡــًٔا وَّلَا هُمۡ يُنۡصَرُوۡنَۙ* “Sungguh, pada hari keputusan (hari Kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya. (Yaitu) pada hari (ketika) seorang teman sama sekali tidak dapat memberi manfaat kepada teman lainnya dan mereka tidak akan mendapat pertolongan”. (Ad-Dukhan: 40 - 41) Semoga sisa usia kita dapat diupayakan untuk selalu beramal kebaikan, buat bekal bagi diri masing2 di akhirat nanti, karena masing2 individu akan bertanggung jawab sendiri2 di mahkamah Allah di akhirat nanti, tidak dapat “Nunut & Katut”. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 21 September 2024 M 17 Rabiul Awal 1446 H

Wednesday 4 September 2024

SUKSES kadang merupakan PETAKA ter TUNDA

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.268.09-2.2024. Untuk mencapai sukses banyak orang berjuang mati2an, tak jarang untuk mencapai SUKSES menghalalkan segala PROSES. Kesampaian memang, jika Sukses itu dicapai dengan menghalalkan segala Proses, tetapi banyak kasus kita saksikan diakhir perjalanan hidup orang yang demikian berkesudahan yang tidak menyenangkan. Suksesnya gagal, alias malah menerima petaka atau musibah. Kesudahan perjalanan kehidupan manusia, terbilang sukses atau terhitung tidak sukses barulah diketahui ketika dia sudah mati. Pernyataan di atas mungkin demikian ekstrim. Tapi memang kenyataan, buktinya banyak orang yang tadinya sukses (hartawan) menjelang kematiannya bangkrut. Tak sedikit pemimpin dunia yang ketika berkuasa begitu jaya, akhir hidupnya dihujat dinista rakyat yang dulu mengidolakannya, bahkan ada yang mati ditiang gantung. Sukses buatnya merupakan Petaka yang tertunda. Sukses bagi kelompok ini hanya BUNGKUS, isinya PETAKA, atau MUSIBAH. Kesuksesan bagi manusia meraih SUKSES menghalalkan segala cara; KESUKSESAN itu hanya merupakan istidraj. Hal demikian telah diperingatkan Allah kepada manusia. فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَا بَ كُلِّ شَيْءٍ ۗ حَتّٰۤى اِذَا فَرِحُوْا بِمَاۤ اُوْتُوْۤا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِ ذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ "Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” . (Al-An'am ayat 44). Tidak sedikit, orang mendapat kesuksesan karena jabatan. Lantaran jabatan itu timbul peluang korupsi di akhir kehidupan di dalam Bui. Tidak sedikit orang kesuksesannya harta berlimpah, menjadikannya sombong, takabur dan pongah, sehingga jauh dari Allah. Hartanya tak dapat menolongnya setelah diri menua. Di dunia ini saja banyak terbukti bahwa ternyata “Harta kadang jadi Petaka”. Belum lagi ketika awak sudah tiada......... pergi ke alam sana. Bukan tak mungkin rumah besar yang dibangun susah payah dari kumpulan uang segala proses, yang halal yang mubah mungkin termasuk haram; ujung2nya rumah itu di jual menantu. Rumah dijual menantu kemungkinannya terjadi begini: Awak dan istri meninggal lumayan tua; ........Saudara2 kandung tak ada lagi, apalagi sepangkat orang tua. Kedua suami-istri ini hanya memiliki anak semata wayang pula. Si anak beristri tak pula dikarunia keturunan.............. Beda dengan ayah bundanya yang wafat diusia tua, si anak tutup usia selagi muda. Tinggalah menantu yang menghuni rumah pusaka. Akhirnya rumah dijual menantu karena tak kuat ngurus terlalu besar dan mewah. Tak dapat terhindar diri awak di alam barzah diminta pertanggungan jawab ketika ngumpulkan harta............antara lain membangun tu rumah. Tak pula ada juriat yang men-do'akan. Alangkah malangnya nasib setelah di alam kubur, bila ketika kumpulkan harta; “Sukses Menghalalkan Proses”. Meraih jabatan; “berhasil dengan jalan bathil”. Demikian sekilas contoh: PETAKA berbungkus SUKSES. SUKSES kadang merupakan PETAKA ter TUNDA, awal mulanya terlihat indah diujungnya menjadi gundah. Skala sukses bagi orang beriman ada dua keinginan, cita2 hidup: 1. Sukses hidup di dunia dan di akhirat 2. Jika tak dapat mencapai sukses di dunia diutamakan untuk sukses di akhirat. Makanya orang beriman senantiasa berdo'a: رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةًۭ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ حَسَنَةًۭ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Al-Baqarah 201) Untuk meraih kebaikan di dunia, ikhtiar mencapai sukses oleh orang beriman carilah rezeki dengan cara2 yang baik yang legal yang jujur tidak menzalimi pihak lain. Orang beriman berkegiatan mencapai sukses di dunia dalam rangka pengabdian kepada Allah mengharapkan ridha Allah. Tujuan akhirnya mencapai kebaikan di akhirat sejalan dengan do'a di atas. Nah........... hati2lah beraktivitas mencapai SUKSES. Jangan sampai SUKSES menghalalkan PROSES. Agar tidak jadi PETAKA yang berbungkus SUKSES. اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ "Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكموَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 5 September 2024 M 1 Rabiul Awal 1446 H

Monday 26 August 2024

WARISAN WASIAT

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.266.08-6.2024. Pengaturan warisan demikian rinci dijelaskan dalam Al-Qur’an. Kebanyakan di masyarakat kita, harta warisan si ayah yang telah meninggal belum dibagi, jika si ibu masih hidup, apalagi bila si ayah hanya meninggalkan seorang istri dan beberapa orang anak laki2 dan sejumlah anak2 perempuan. Namun ada juga suatu keluarga harta warisan tak lama almarhum meninggal, di-bagi2-kan. Atau ada juga harta almarhum yang beristri lebih dari satu, segera waris dibagikan. Pelaksanaan pembagian segera setelah pewaris mininggal, ada baiknya karena tidak menimbulkan masalah, jika si janda2 almarhum ketemu jodoh lagi, sehingga sudah genah harta si ayah jatuh kepada masing2 yang berhak. Hal2 lain yang sering jadi pertimbangan juga, jika anak2 almarhum belum dewasa, mereka terkelompok anak2 yatim, penjelasan Al-Qur’an tentang harta anak yatim juga diatur. Tulisan ini tak hendak membahas tentang hukum warisan, hanya terfocus pada kisah2 anak2 yang sudah berumah tangga, tega menghujat, memojokkan ibunya, bahkan ada yang mendakwa ibunya ke pengadilan tentang harta warisan ayah mereka, dimana ibunya tinggal hidup sebatang kara sudah mulai renta dirimbang banyak penyakit pula karena tua. Ibunya tidak pernah menikah lagi sejak suaminya berpulang ke rahmatullah. Persoalan anak2 gugat ibunya soal warisan sering terjadi, bahkan diantaranya masuk TV, anak berperkara sampai ke pengadilan dengan ibunya soal warisan almarhum ayahnya. Harta seringkali membuat orang lupa. Si anak seharusnya tau bahwa dianya datang ke dunia ini, dikandung ibunya berbilang bulan, dilahirkan ibunya bertarung nyawa, dibesarkan dengan kasih sayang sepenuh jiwa. Si anak2 yang memperkarakan ibunya itu sudah lupa bahwa ibunya ketika dianya masih orok lebih mengutamakan “e ek” dirinya dari pada nasi yang sedang akan dimakannya. Sebab sang ibu lebih memilih membereskan bayinya lagi “berak”, dengan meninggalkan piring nasi lengkap lauk pauknya baru dimakan beberapa suap, ketika mendengar jeritan si kecil di pembaringannya, karena si orok risih dengan kotoran melekat dipantatnya. Naluri ibu, tau betul type tangisan bayinya disebabkan apa. Terdapat kasus seorang ayah yang terbilang banyak harta, sebelum meninggal berwasiat: “salah satu rumah peninggalannya, hendaklah tidak dijual untuk dibagi menjadi warisan selama istrinya masih hidup”. Ini dimaksudkan oleh si ayah, agar rumah itu dapat dikontrakkan sebagai tambahan biaya hidup istrinya, selain uang pensiun janda yang diperoleh dari instansi tempat almarhum bekerja. Wasiat almarhum dalam kasus ini, saking lumayan banyaknya asset berupa rumah dan tanah, rumah yang diwasiatkan itu sangat jauh lebih kecil dari 30% dari jumlah harta keseluruhan. Sehingga mestinya masih dalam syarat maksimal wasiat. Kini Istri almarhum bersedih, sehingga penyakit2nya semakin terasa sering kumat, bila terpikir anak2 almarhum merongrong agar rumah “warisan wasiat” almarhum itupun dijual untuk dibagi sebagaimana harta lainnya yang sudah dibagikan puluhan tahun lalu. Agaknya anak2 ndak sabaran nunggu ibunya meninggal, karena bila nanti ibunya meninggal “rumah warisan wasiat” itupun akan jadi warisan pula yang dapat mereka bagikan. Demi warisan, anak2 almarhum tega menyakiti hati ibunya, merongrong warisan tersisa. Semestinya anak2 itu menyadari bahwa agama memerintahkan agar tidak menyakiti hati sang ibu, dalam surat Luqman ayat 14: وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Pantas dikutip contoh seseorang yang hidup sejaman dengan Rasulullah, yaitu “Alqamah” seorang sahabat Rasulullah yang sangat taat. Ia tak pernah lalaikan shalat, fardhu ataupun sunnah. Amalan puasa dan sedekah tak pernah terlewat. Namun, di penghujung hayat ia susah mengucap syahadat. Kesulitan maut bagi Alqamah, lantaran ibundanya sakit hati. Sakit hati ibunya, bukan dengan perkataannya tidak baik, bukan dengan merongrong harta warisan, bukan karena tidak menyantuni ibunya; hanya karena ada rasa tidak suka di dalam hati si ibu, sebab si Alqamah semenjak beristri lebih mementingkan istrinya dari pada ibunya. “Berarti, sedikit ganjalan hati sang ibunya, jadilah Alqamah terhalang mengucap syahadat”. Semula ibunda Alqamah tidak mau berterus terang, tentang ganjalan hatinya itu kepada Rasulullah. Namun ketika Rasulullah perintahkan kepada Bilal untuk menggumpulkan kayu bakar untuk membakar Alqamah supaya segera akhiri penderitaan mautnya. Sebagai seorang ibu bagaimanapun tak tega anaknya dibakar, maka dianya berterusterang kepada Rasulullah tentang kemasgulan hatinya terhadap Alqamah, seraya dengan ikhlas memaafkan anaknya. Barulah Alqamah dapat dengan tenang menghembuskan nafas terakhir dengan mengucapkan “lailaha illallah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun hadir berta‘ziyah kerumah duka Alqamah. Beliau memerintah agar jenazahnya segera dimandikan dan dikafani. Usai dikafani, bersama para sahabat, beliau menshalati jenazahnya. Pada saat pemakaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di pinggir liang kubur dan berpidato, “Wahai kaum Muhajirin dan Anshar, siapa saja yang mementingkan istrinya daripada ibunya, maka laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia adalah untuknya. Allah tidak akan menerima kebaikan dan keadilannya kecuali ia bertobat kepada Allah, memperbaiki sikapnya kepada ibu, dan berusaha mengejar ridhanya. Sesungguhnya ridha Allah berada pada ridha ibu. Murka Allah juga berada pada murka ibu.” Alqamah, santun kepada ibunya, cukup berbhakti, tidak pernah mengeluarkan kata kasar, apalagi merongrong, mengungkit waris sama sekali tidak dilakukan Alqamah terhadap ibunya, bahkan dialah yang menjamin kebutuhan hidup ibunya. Tidak pernah membuat ibunya sampai menangis seperti kasus anak2 nuntut “rumah wasiat” warisan tersisa, tersebut di atas. Hanya “memberikan perhatian lebih kepada istri ketimbang ibunya saja”. jika tidak diridhai ibunya percumalah segala ibadahnya. Semoga kita semua, tidak terkelompok orang yang mendurhakai atau menyakiti hati kedua orang tua kita, utamanya ibunda kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 26 Agustus 2024 M, 20 Safar 1446 H

Sunday 18 August 2024

SHALAT Subuh DUA Raka’at

Dirangkum: M. Syarif Arbi No: 1.265.08-5.2024. Subuh adalah waktu perbatasan awal dari hari berikut dengan hari kemarin. Ketika itu kebanyakan manusia sedang nikmat-nikmatnya tidur disebabkan suasana diluar tubuh dan di dalam tubuh sangat mendukung untuk lelap tertidur. Suasana diluar tubuh, udara umumnya di waktu subuh sangat nyaman, hening. Suasana di dalam tubuh, pada malam hari tubuh memproduksi lebih banyak hormon melatonin menyebabkan orang tertidur lelap. Justru dalam keadaan enak2 tidur itu ummat Islam di uji untuk bangun melaksanakan shalat tersingkat dari shalat wajib lainnya hanya 2 raka’at. Kewajiban shalat di waktu2 lain: Dzuhur, Ashar dan Isya masing2; 4 raka’at, Maghrib 3 raka’at. Perintah shalat yang diterima Nabi Muhammad saw ketika menghadap Allah di peristiwa Isra’-mi’raj, memang sudah begitu waktu2nya bilangan raka’atnya. Sebagian ‘Ulama menganggap bahwa yang demikian adalah ta’abbudi (dogmatis). Beberapa ulama mengemukakan pendapat sebagai penyebab shalat subuh itu dua raka’at sbb: • Shalat subuh pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Adam. Beliau diturunkan dari surga ke bumi pada waktu itu di bumi malam hari. Nabi Adam sangat takut dan khawatir karena keadaan di bumi sangat gelap dan tidak ada cahaya sama sekali, lain sekali dengan di surga. Tidak lama kemudian, terbitlah fajar yang menghilangkan kekhawatiran dan rasa takut Nabi Adam. Di saat itu pula Nabi Adam melakukan shalat dua raka’at sebagai bentuk syukur. Raka’at pertama bersyukur kepada Allah karena telah diselamatkan dari gelapnya malam tersebut, sedangkan raka’at kedua sebagai bentuk syukur karena terbitnya fajar yang bisa menerangi bumi dan seisinya. • Ada juga yang berpendapat; shalat subuh berjumlah 2 raka’at adalah karena di waktu ini (pada umumnya) orang-orang masih malas dan letih, sebab baru bangun tidur. Oleh karena itu disuruh shalat yang singkat saja sebagai warming up, guna mempersiapkan kebugaran beraktivitas bekerja mencari nafkah di siang hari nanti. • Ada lagi yang berpendapat penyebab shalat shubuh hanya 2 raka’at, karena; begitu bangun tidur, maka berfungsilah salah satu indra manusia yakni indra “peraba” yang dapat merasakan lembut dan kasar, maka dua raka’at shalat subuh; satu raka’at mensyukuri nikmat dapat meraba yang halus dan lembut, satu raka’at lagi mensyukuri nikmat dapat merasakan yang kasar, yang tajam, yang keras. Kalaulah tidak ada nikmat “peraba”, betapa bahayanya kehidupan manusia. Sekaligus menggugurkan dua dosa dari penggunaan indra “peraba” tersebut. Sebab tidak sedikit potensi dosa serta kemaksiatan yang dimungkinkan terjadi karena kemampuan indra “peraba” pada diri manusia, sejak mulai bangun tidur sampai ke tidur lagi. Walaupun shalatnya hanya dua raka’at dan begitu singkat, shalat subuh adalah yang paling berat dilaksanakan oleh sebagian terbesar ummat Islam, karena sedang enak2nya tidur seperti dikemukakan di awal tulisan ini. Namun ganjarannya kebaikan yang diberikan Allah luar biasa. Shalat sunnah fajar dua raka’at sebelum subuh saja seperti hadits2 berikut: Diriwayatkan Aisyah, Nabi Muhammad SAW bersabda: رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا “Dua raka’at (sholat sunnah) fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya”. Dilain hadits; Aisyah meriwayatkan bahwa nabi Muhammad SAW juga bersabda tentang dua raka’at sholat sunnah yang dikerjakan sebelum sholat Subuh. هُمَا أَحَبُّ إِلَيَّ مِن الدُّنْيَا جَمِيْعًا “Ke dua raka’at itu lebih aku cintai dari pada dunia dan segala yang ada padanya”. Dalam hadits lain juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: لَا تَدَعُوْا رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ ، وَإِنْ طَرَدَتْكُمُ الْخَيْرَ "Janganlah kalian meninggalkan dua raka’at sholat Sunnah fajar, walaupun pasukan musuh mengusir kalian." Naah shalat sunnahnya saja demikian hebat ganjarannya, apalagi shalat wajibnya tentu lebih hebat lagi………. Semoga Allah senantiasa mengkondisikan setiap pribadi muslim dan muslimat istiqamah dalam melaksanakan shalat termasuk shalat subuh. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 18 Agustus 2024 M, 12 Safar 1446 H

Saturday 17 August 2024

DIRGAHAYU RI KE 79

Disuguhkan: M. Syarif Arbi No: 1.264.08-4.2024. Hari ini 17 Agustus 2024, 79 tahun yang lalu Indonesia diproklamirkan sebagai bangsa merdeka oleh Soekarno-Hatta. Berabad perjuangan anak bangsa untuk kembali merdeka, sebelumnya bangsa mendiami nusantara adalah merdeka. Sungguh waktu yang dipilih oleh pendiri bangsa tanggal 17, bertepatan sesuai dengan bilangan 17 adalah sama dengan jumlah rakaat shalat kaum muslim dalam sehari semalam. Sebagaimana terukir dalam sejarah, bahwa kemerdekaan yang diploklamirkan 17 Agustus 1945 itu, tidak langsung para pejuang waktu itu menikmati bangsa berdaulat. Penjajah belum terima, mereka dengan bantuan sekutu ingin menancapkan kuku penjajahan kembali. Kemerdekaan harus dipertahankan, tak terelakkan terjadilah peperangan. Ummat Islam yang ketika itu berjuang mengambil semangat perang Badr. Dimana di perang Badr, berhadapan dengan kekuatan pasukan besar (1.000. orang) bersenjata canggih (pada zamannya), sedangkan ummat Islam hanya sedikit (313 orang). Perang Badr terjadi tgl 17 Ramadhan; tahun ke 2 Hijriah bertepatan tgl 13 Maret 624 Masehi. Momentum ini diambil sebagai simbol para pejuang kala itu guna memicu semangat sekaligus meraih ridha Allah. Disinilah mungkin hikmah semangat perang Badr buat anak bangsa pejuang waktu itu, hanya bermodalkan BAMBU RUNCING dan pekikan Allahu Akbar, dapat mempertahankan kemerdekaan. Dengan perjuangan yang gigih di medan perang dan diplomasi, bangsa ini pun di tahun 1950 berdaulat penuh. Betul2 menikmati kemerdekaan yang diperoleh "ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA". Sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang disahkan sehari sesudah proklamasi, "Atas berkat rahmad Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya". Para pejuang pendiri bangsa ini insyaf dan sadar betul bahwa kemerdekaan bangsa ini, bukan se-mata2 hasil perjuangan mereka, tetapi ATAS KARUNIA ALLAH SWT. Sebagai anak bangsa yang kini sudah berusia di atas 70 tahun, merasakan betapa nikmat kemerdekaan ini telah dirasakan, bila dibandingkan kisah dari nenek-kakek tentang bagaimana kesulitan ketika terjajah. Berbagai aspek kehidupan sebagai bangsa terjajah serba termarginalkan. Kini kita nikmati kemerdekaan, telah dilalui keadaan yang relatif stabil, keamanan, ketertiban dan perekonomian. Juga pernah pula bangsa ini alami masa sulit sandang dan pangan serta perekonomian susah (ingat zaman BULGUR), berpuncak tahun 1965 dengan peristiwa pemberontakan PKI. Pasang surut dan pasang naik silih berganti. Terjadi lagi kesulitan perekonomian, agaknya harga2 kebutuhan hidup senantiasa naik dan naik. Sementara sebagian terbesar rakyat sulit memperoleh penghasilan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang. Persentase penduduk Indonesia miskin ekstrem pada Maret 2024 sebesar 0,83 persen. Hari ulang tahun kemerdekaan ke 79 berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana Presiden lama tinggal bilangan bulan menyerahkankan estafet kepemimpinan bangsa ini kepada Presiden baru. Harapan kita semua akan mulai tertata kembali masyarakat aman tata tentram adil Makmur, dengan para pemimpin yang jujur, dibawah ridha Allah. Sebab bila para pemimpin tidak amanah, penduduknya mengingkari nilmat-nikmat Allah, maka yang akan terjadi seperti warning Allah di surat An-Nahl 112. وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَا نَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَا نٍ فَكَفَرَتْ بِاَ نْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَا قَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُـوْعِ وَا لْخَـوْفِ بِمَا كَا نُوْا يَصْنَعُوْنَ "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." Seluruh anak bangsa, baik yang memimpin maupun yang dipimpin, harus berhati-hati jangan sampai mengingkari nikmat2 Allah. Agar tidak tertimpa seperti diingatkan Allah di ujung ayat dikutip di atas. Sebab negeri kita persis benar seperti dikemukakan diawal ayat di atas. Tanahnya subur, apa saja ditanam tumbuh. Hutannya lebat dengan hasil melimpah. Buminya dipenuhi segala macam tambang. Lautnya luas dan kaya dengan hasil laut. Iklimnya tidak tidak pernah ekstrim. Perwujudan tidak mengingkari nikmat Allah adalah setiap anak bangsa harus taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Tidak ada lagi korupsi, memumpungkan jabatan. Perilaku taqwa harus dimiliki pejabat dan rakyat. DIRGAHAYU Republik Indonesia di kemerdekaan ke tujuh puluh sembilan. Semoga kemerdekaan Indonesia dapat dipertahankan sampai kiamat. Indonesia secara kesuluruhan tetap berdaulat. Tidak terjajah oleh bangsa lain dalam bentuk apapun yang mereka buat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 17 Agustus 2024 M, 11 Safar 1446 H

Wednesday 14 August 2024

OLI-GARKI

Dirangkai: M. Syarif Arbi No: 1.263.08-3.2024. Sambil mondar mandir melompat dari satu kursi ke kursi lain yang berdekatan, cucuku (masih TK) bercerita “lebaran nanti kami ke Solo”. Kutanyakan, “berangkatnya naik apa”, “Naik kereta api datuk” jawab cucuku. “Pulangnya naik apa”, kutanya lebih lanjut. “kata ayah, liat situasi dan kondisi datuk, mungkin naik pesawat terbang”. Oohh komentarku singkat. Rupanya cucuku belum selesai, lantas dia bertanya lagi “kondisi itu apa sih datuk”. Ternyata cucuku mengutip informasi dari ORTUNYA tentang rencana perjalanan mereka tanpa memahami lebih lanjut …………….., agaknya dia sudah mengerti arti “situasi”, namun belum paham arti “kondisi”. Belakangan cucuku silaturahim lagi kekediaman kami bersama ORTU nya, kali ini topik pertanyaannya istilah yang sering mucul di TV yaitu “OLIGARKI”. “OLI Garki itu bagusnya untuk apa datuk, untuk sepeda motor atau untuk mobil”. Nalar cucuku nampaknya mulai jalan, dianya pernah ikut ayahnya ganti oli mobil, maklum space memorinya masih luas, ingat betul dianya nama oli yang digunakan mobil ayahnya, tapi bukan “Oli Garki”. Makanya ketika kerumah kami, disempatkannya menanyakannya kepada datuk, buat kendaraan apa “oli garki” itu. Sulit juga menjelaskannya buat cucuku yang masih BALITA, kalaulah dia bertanya setelah es em pe an gitu, maka kira2 dapat dijelaskan sbb: Secara sederhana oligarki adalah struktur pemerintahan atau kekuasaan yang dipegang oleh sekelompok orang yang selalu mengendalikan kekuasaan untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri. Oligarki sudah ada sejak ribuan tahun lalu, buktinya sekitar 600-an Sebelum Masehi, Sparta dan Athena dipimpin oleh kelompok elit bangsawan pendidikan sehingga membuat pemerintah oligarki berjaya. Aristoteles menjelaskan oligarki sebagai kekuasaan yang dipegang oleh segelintir orang dan menganggapnya sebagai manifestasi dari pemerintahan yang buruk. Alasannya karena oligarki cenderung bersifat elitis, eksklusif, beranggotakan kaum kaya, dan tidak memperdulikan kebutuhan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, definisi oligarki dari Aristoteles dianggap terlalu sederhana dan ambigu sehingga banyak yang membuat argumen untuk menuduh seseorang atau sekelompok orang sebagai oligarki. Di sisi lain, pihak yang dituduh pun bisa mengelak dengan mudah. Oligarki berasal dari bahasa Yunani, yakni "oligarkhes" yang berarti sedikit yang memerintah. Maksudnya, oligarki adalah bentuk pemerintahan yang politik kekuasaannya berada di tangan sekelompok orang. Plato menyebutkan bahwa oligarki merupakan bentuk pemerosotan dari pemerintahan aristokrasi. Pemerintahan oligarki dipimpin dengan cerdik dan pandai oleh segolongan kecil elite demi kepentingan mereka sendiri. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa oligarki adalah sistem kekuasaan yang tidak mementingkan rakyat, tapi mementingkan kekuasaan golongan elitis. Perlu diketahui bahwa oligarki berbeda dengan kaum elite. Golongan elite belum tentu oligarki, namun kelompok oligarki biasanya merupakan sekelompok orang elite. “Oligarki” ternyata bukan oli buat kendaraan bermotor, tetapi Oli yang digunakan untuk mengokohkan kekuasaan. Berbicara soal kekuasaan, bagi kita warga yang sudah berusia lanjut, sempat mendengar kisah Ortu2 kita tentang masa pemerintahan penjajahan Belanda selama 3 setengah abad. Penjajahan Jepang 3 setengah tahun. Masa kemerdekaan dikuasai pemerintahan bangsa sendiri, yang sempat diberi kuasa memerintah seumur hidup. Lalu berganti dengan pemerintahan yang pemimpinnya dari pemilu ke pemilu terus diangkat lagi. Dilanjutkan dengan era reformasi, silih berganti yang berkuasa. Dari sudut pandang agama bahwa memang kekuasaan itu tetap dipergilirkan. Kendatipun sudah pakai “Oli” – “Garki”. Untuk itu baik dikutip ayat 26 surat Ali-Imran: قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. Semoga Allah senantiasa memelihara bangsa kita, walau silih berganti pihak yang berkuasa, namun bangsa ini tetap terpelihara keutuhannya dan segera lekas tercapai masyarakat adil makmur dan sejahtera dibawah lindungan Allah. بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 15 Agustus 2024 M, 9 Safar 1446 H

Sunday 11 August 2024

MEMILIH IMAN

Ditautkan: M. Syarif Arbi No: 1.262.08-2.2024 Di negara2 demokrasi setiap akan diadakan pemilihan pemimpin, setiap kontestan melakukan kampanye guna mempengaruhi hati para pemilih. Agaknya terdapat tiga atau lebih faktor sangat menentukan pilihan, yaitu pertama; faktor dari dalam diri (internal) dan kedua; faktor diluar diri (eksternal) para pemilih. Tak kalah pentingnya faktor ketiga yaitu faktor “X”. Umumnya manusia dalam menentukan pilihan: "hati baru menerima setelah melalui pertimbangan logika, nalar, akal sehat, fakta2 dan kajian ilmu". Kadang, kendati suatu pilihan dapat diterima dengan pertimbangan2 tsb di atas, pilihan terpaksa dilakukan melenceng dari pertimbangan internal. Ada juga orang yang menentukan sesuatu, menentukan pilihan karena faktor diluar dirinya (eksternal) misalnya karena terpaksa, karena terpengaruh lingkungan, karena terpengaruh orang yang berkuasa, karena hasutan, karena imbalan, dll. Tak dapat diabaikan faktor ketiga yaitu sering disebut dengan faktor “X”, diluar kuasa manusia. Dalam hal memilih pemimpin di negeri kita ada lagi faktor ke empat, boleh jadi ini menjadi faktor paling utama yaitu orang yang akan dipilih apakah dianya “cukup kursi” dari partai2 yang mencalonkannya, dikenal dengan istilah "threshold” Tulisan ini tidak berbicara tentang memilih pemimpin. dibatasi hanya berkaitan dengan seseorang memilih keimanannya. Ada seseorang hatinya menerima memilih beriman tapi belum siap melaksanakannya, karena: • Pertimbangan Lingkungan. • Pertimbangan keluarga besar, tak siap dikucilkan dari komunitas. • Pertimbangan jabatan, khawatir akan terjungkal dari kedudukan. Diantara kelompok ini adalah paman nabi Muhammad saw sendiri yang sangat melindungi dan menyayangi Nabi, Abu Thalib sampai menghembuskan nafas terakhir enggan berucap akan keimanan atas risalah yang dibawa kemenakannya. Memang kehadiran para Nabi dan Rasul hanya bertugas menyampaikan risalah iman kepada ummat manusia, tidak bertanggung jawab sampai orang memilih beriman. Seperti yang dijelaskan Allah dalam surat Al-Baqarah 272: لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰٮهُمْ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَ نْفُسِكُمْ “(Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki…………………………………” Dan ditegaskan lagi di surat Ar Ra’d. ayat 40: فَاِ نَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَا بُ …………………….” “……………(Sesungguhnya tugasmu (Muhammad) hanya menyampaikan saja dan Kami-lah yang memperhitungkan (amal mereka). Dalam keberimanan faktor “X” nya adalah “Hidayah” (terminology Islam) Apa yang ada di hati hanya Allah yang tau dan diri ybs. Bagaimanapun iman, amal tak cukup hanya ada di dalam hati. Jenis amal mengacu rukun Islam yg lima seperti Sabda Rasulullah SAW : بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ (Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammadan Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan. (HR. Al-Bukhari no. 8 dan Muslim no. 113) JENIS AMAL mengacu kepada rukun Islam yang lima dapat dibagi menjadi: 1. Ibadah LISAN + HATI , yaitu mengucapkan dua kalimat syahadah. Bahkan harus dengan saksi (untuk yang baru masuk Islam). Sedangkan bagi yang sudah masuk Islam se-kurang2nya 9 kali sehari melafazkan dua kalimah syahadat, ketika melaksanakan shalat 5 waktu. 2. Ibadah HATI + LISAN + PHISIK, Harus terbetik niat dalam hati, diiringi ucapan dari lisan dan dilaksanakan dengan gerak phisik. Contoh shalat. 3. Ibadah HATI + HARTA, mungkin juga ikut phisik mengantarkannya dan lisan mengakadkannya. ZAKAT. 4. Ibadah HATI + PHISIK, niat dan tekad melaksanakan puasa. Tekad harus kuat dan phisik harus sehat agar sanggup berpuasa. Tidak sedikit orang yang sehat, puasa tak kuat karena kurang tekat didukung niat. Dalam pada itu ada juga yang tekat niat yang kuat tapi phisik tak sehat puasapun tak dapat dilaksanakan. 5. Ibadah HATI + LISAN + HARTA + PHISIK, itulah ibadah HAJI. Niat harus mantap dengan hati. Lisan, dengan ucapan yang harus disuarakan a.l. kalimat Talbiah. Harta, tak mungkin berangkat tanpa biaya, baik dari kantong sendiri maupun dibayarkan pihak lain. Phisik, banyak rukun haji yang harus dilaksanakan dengan phisik a.l. tawaf, sa'ie, wukuf. Sedangkan melempar jumrah dpt diwakilkan bilamana udzur. Keberimanan di dalam agama Islam harus dideklarasikan, merupakan pintu pertama masuk Islam, berupa dua kalimat syahadah, haruslah diucapkan dengan LISAN. Banyak terjemahan rukun Islam yg pertama ini ter-redaksi "Mengucapkan dua kalimat syahadat". Artinya harus disuarakan, tak cukup di dalam hati. Tentu ini dimaksudkan bagi orang yang pertama memeluk Islam. Dari sejak era Rasulullah, sampai kini tak sedikit orang yg hatinya bersimpati kepada Islam, sudah menerima kebenaran Islam tapi masih enggan mendeklarasikannya. Semoga kelompok yang hati nya sudah menerima kebenaran Islam diberi Allah Hidayah. Sebab tak ada yang sanggup memberi hidayah kecuali Allah seperti ayat2 dikutip di atas. Jika terdapat kebenaran uraian ini datang dari Allah. Jika terdapat keliru dan salah, karena ilmuku yang masih rendah. Ambilah yang baik buangkan yang salah. Maafkan saya, supaya diriku tak menjadi gundah. Agar kebersuaan kita tetap terasa indah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 11 Agustus 2024 M, 5 Safar 1446 H

Saturday 3 August 2024

KEBAIKAN, KEBERIMANAN, KEBERAMALAN.

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.261.08-1.2024 Setiap orang, ingin dikatakan baik, sekalipun sebenarnya dirinya tidak baik. Juga kita sering memberikan penilaian kepada orang lain, misalnya teman akrab, tetangga, teman sekerja atasan atau bawahan, sering kita memberikan penilaian baik atau tidak baik terhadap mereka. Budaya berbasa-basi bangsa kita walaupun keadaannya kurang baik, bila ditanyakan “apa kabar” jawaban standar adalah “baik”. Contoh; ketika ada bencana alam gempa di salah satu daerah di Indonesia beberapa waktu yang lalu misalnya, seorang korban kepalanya luka-luka dan karenanya dibalut perban. Ketika ditanya pewawancara TV, “Bagaimana kabar Bapak”, jawaban beliau “Alhamdulillah baik. Ditegaskan dalam Al-Qur’an vide surat Al-Baqarah ayat 177 kebaikan adalah meliputi 11 item terdiri dari 2 besaran yaitu: “keberimanan” dan “keberamalan”: KEBERIMANAN: 1. Beriman kepada Allah, 2, Beriman kepada hari kemudian, 3. Beriman kepada malaikat2. 4. Beriman kepada kitab2 yang diturunkan Allah. 5. Beriman kepada nabi2 dan rasul2 yang diutus oleh Allah. Keberimanan adalah aktifitas bathin bersifat abstrak, tak dapat diketahui orang lain, perwujudan “keberimanan” terlihat dari “keberamalan” KEBERAMALAN: 1. Sanggup memberikan harta yang dicintainya kepada: a. kerabatnya, anak-anak yatim, b. orang-orang miskin, c. musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; 2. Membebaskan perbudakan, 3. Mendirikan shalat, 4. Menunaikan zakat; 5. Menepati janjinya apabila ia berjanji, dan 6. Sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Keberamalan merupakan realisasi dari “keberimanan”. Semakin tinggi kadar kualitas keberimanan seseorang, maka semakin berkualitas “keberamalan” orang tersebut. Keberamalan relative konkrit, ukuran kualitas “keberamalan” setiap individu setidaknya ada 9 parameter: Parameter ke 1. Patuh pada Allah. Salah satu diantaranya ukuran kepatuhan kepada Allah, jika disebut nama Allah apakah hati gemetar? seperti termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2 إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka”. Selanjutnya ukuran kualitas keberamalan seberapa senangnya mendengar lantunan ayat suci Al Qur’an. وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (Al-Anfal: 2) Parameter ke 2. Khusyu’ saat sholat. Orang yang beriman adalah lebih khusyu’ dalam shalat baik shalat wajib maupun sunnat, dapat dirasakan diri sendiri, tak diketahui orang lain. ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (Al-Mukminun ayat 2) Paremeter ke 3. Senang berinfak Keseharian kehidupan orang yang beriman juga sangat senang berinfak baik sedang lapang maupun sempit: الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ۝ (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ali Imran 134) Parameter ke 4. Tidak mengerjakan hal yang sia-sia Orang yang beriman tidak akan melakukan hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Ia justru terlalu sibuk untuk melakukan ibadah yang akan menambah keimanannya. وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia. (Al-Mukminun ayat 3) Paremeter ke 5. Meneladani Rasul Beriman tak hanya sekedar menjalankan perintah Allah tapi juga meneladani setiap perbuatan dan perkataan rasul. : إِنِّي تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَ هُمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).” Parameter ke 6. Tawakal Sikap orang yang beriman juga adalah tawakal dan ikhlas pada setiap ketetapan dan takdir yang diberikan Allah SWT. وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ “Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Al-Maidah ayat 23). Parameter ke 7. Sabar Kesabaran juga menjadi salah satu ciri-ciri dari orang yang beriman. Seberat dan sesulit apapun ujian yang diberikan, maka ia akan selalu bersabar menghadapinya. Allah berfirman, وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ “Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran ayat 146] Parametr ke 8. Memiliki akhlak yang baik Tanda lain dari seorang yang beriman adalah memiliki akhlak yang baik. وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al-Qalam 4) Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi). Paremeter ke 9. Selalu bersyukur Baik dan buruk yang menimpa seorang mukmin akan selalu membuatnya bersyukur atas apa yang ia miliki. Itulah ciri dari seorang yang beriman kuat. وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras." (Ibrahim ayat 7) Semoga kita semua tergolong orang2 yang mendapat predikat “Baik” dalam pandangan Allah, dengan kesanggupan memiliki “Keberimanan” dan “keberamalan” yang baik sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 3 Agustus 2024 M. 27 Muharram 1446 H

Monday 22 July 2024

Ranjau Kehidupan

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.260.07-4.2024 Ukuran kesenangan, tiap orang tidak sama. Ada seseorang menyenangi sesuatu sementara orang lain tidak menyenanginya. Contoh konkrit ambil saja salah satu kesenangan; misal seseorang menyenangi memelihara burung, untuk dikagumi kicauannya, sementara itu sesama penyenang burung ada yang berbeda hal yg dikaguminya dari burung; yaitu keindahan bulunya. Banyak lagi keberagaman kesenangan manusia yang ber-beda2 itu. Begitu banyak contoh dapat diambil dari kesenangan yang beragam setiap individu, akan cukup panjang untuk diinventarisir. Namun ada 7 kesenangan boleh dikata seragam dari manusia yang normal: 1. Senang kepada pasangan lawan jenis hidup (Istri – Suami). 2. Mempunyai anak-anak penyambung keturunan. 3. Mempunyai banyak harta kekayaan. 4. Mempunyai saving, deposito, tabungan, saham, emas dan perak. 5. Memiliki kendaraan2 mewah. 6. Memiliki banyak hewan2 ternak. 7. Memiliki sawah ladang dan perkebunan. Kesenangan manusia secara umum ini, dapat disetarakan dengan makna ayat 14 dari surat Ali Imran: زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. Kesenangan hidup di dunia disebutkan di ayat 14 Ali Imran diatas berpotensi menjauhkan manusia dari taqwa kepada Allah dan bahkan tidak sedikit manusia yang terjerembab ke lembah nista di dunia ini. Dengan demikian kesenangan hidup di dunia ini seringkali menjadi “Ranjau” buat kehidupan manusia. KESENANGAN AKAN LAWAN JENIS PASANGAN HIDUP. Tidak sedikit kejadian, seorang yang mempunyai kedudukan tinggi terpelanting dari jabatannya disebabkan mengumbar nafsu dengan lawan jenis yang tidak sah. Bukan kaum pria saja yang sering terlibat masalah hubungan laki2 dan perempuan tidak sah ini, kaum wanita juga sering terdengar terpeleset berselingkuh ketangkap basah oleh suaminya. Kejadian ekstrim apabila si istri berselingkuh ketangkap tangan, suami nekat membunuh istri dan pasangan selingkuh istrinya. Hancur berantakan rumah tangga dan trauma buat juriat keturunan. ANAK PENYAMBUNG KETURUNAN. Anak diharapkan oleh setiap pasangan suami-istri, tak jarang bagi suami-istri sudah menikah berbilang tahun belum memperoleh anak harus berobat kemana-mana demi mendapatkan anak keturunan. Namun anak2 bukan sedikit menjadi “Ranjau” juga bagi ayah bunda, bila salah mendidiknya. Hal ini diperingatkan Allah: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ …………………”….۝” “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. ………………..” (At-Taghabun ayat 14). Ranjau2 kehidupan yang sanggup menggelincirkan manusia ke lembah nista, menjauhkan manusia dari taqwa kepada Allah berikutnya, seperti termuat di urutan 3 sampai 7 di atas (terbatas ruang tidak dibahas rinci). Tak jarang manusia menghalalkan segala cara untuk memperolehnya, berusaha sekuat tenaga kadang tak kenal waktu, menomor duakan ibadah kepada Allah, demi mendapatkannya. Oleh karena itulah Allah mengingatkan bahwa kesemuanya itu hanyalah permainan dunia; اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ ۝٢٠ “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya”. (Al-Hadid ayat 20) Semoga Allah mengkondisikan kita semua sanggup mencapai kesenangan di dunia karena hidup kita di dunia, namun tidak melupakan kehidupan akhirat karena ke sanalah kita akan kembali. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 23 Juli 2024 M, 17 Muharram 1446 H

Thursday 11 July 2024

TAKUT malah MENDEKAT

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.259.07-3.2024. Berdeda wujud takut kepada makhluk dengan takut kepada Allah. Manusia bila takut kepada makhluk, segera menghindari, menjauh dari sesuatu yang menakutkan tersebut. Sedangkan takut kepada Allah malah berusaha sedapat mungkin mendekat kepada Allah, melalui sarana ibadah dan muamalah yang diperintahkan Allah, menjauhi segala larangan2 Allah. Mendekat kepada Allah dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah adalah merupakan perwujudan Taqwa. Perwujudan mendekat kepada Allah berupa taqwa terakumulasi dalam dua besaran perilaku manusia yaitu secara KONKRIT dan secara ABSTRAK. Terbatas ruang, di artikel nomor ini hanya dimuat “Takut dengan mendekat secara konkrit”. Adapun “Takut … mendekat … abstrak” berupa 3 hal juga, insya Allah di artikel tersendiri. Mendekat Secara KONKRIT kepada Allah berupa 3 hal yaitu: PERTAMA; Mendirikan shalat. Aktivitas mendirikan shalat nampak terlihat nyata/konkrit, selanjutnya menjadi pembeda orang yang sekedar mengaku beragama dengan orang yang beragama sungguhan. Allah Ta’ala berfirman, ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3). Rasul pun pernah menjelaskan tentang bukti keimanan seseorang dapat dilihat dari shalat dan sedekahnya. وَالصَّلَاةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ Shalat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti (HR. Muslim no. 223) KEDUA; Berperilaku Qur’ani. Perilaku Qur’ani. Yaitu sanggup untuk memberi contoh sekaligus menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar. كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. ………………." (Ali 'Imran ayat 110) Mendekat kepada Allah secara Konkrit yang ke TIGA adalah DERMAWAN. Yaitu membelanjakan harta di jalan Allah: يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌۭ لَّا بَيْعٌۭ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌۭ وَلَا شَفَـٰعَةٌۭ ۗ “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. ………..” (Surat Al-Baqarah ayat 254) Ketika menjadi dermawan ingat pesan Al-Qur’an surat Al Furqan 67: وَالَّذِينَ إِذَآ أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar," Waspada juga, kalau harta sudah didermakan jangan sampai dirusak seperti di-wanti2 Allah di surat Al Baqarah 264: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذٰى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلٰى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.". Semoga Allah menjadikan kita takut kepada Allah dengan justru semakin mendekat kepada Allah menerapkan wujud takut tersebut dengan tindakan tidak meninggalkan shalat, berperilaku Qur’ani dan dermawan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 11 Juli 2024 M, 5 Muharram 1446 H

Saturday 6 July 2024

BERSYUKUR dengan PERBUATAN

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.258.07-2.2024. Bersyukur dengan perbuatan adalah perwujudan syukur sesudah bersyukur dengan hati. Kadang sampailah lisan terucap perlahan memuji kebesaran Allah. Dalam kenyataan ada juga lisan "bersyukur", ketika mendapatkan kebahagiaan, namun tak nyambung ke hati. Perwujudan bersyukur dengan perbuatan adalah: 1. Meningkatkan taqwa 2. Peduli kepada sesama 3. Tau diri & Ikhlas 4. Senantiasa ramah 5. Suka berbagi ilmu 6. Merawat nikmat Allah MENINGKATKAN TAQWA Bersyukur diwujudkan dengan perbuatan salah satunya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan mentaati semua perintah Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang Allah. Berusaha untuk bertaqwa selama hayat masih dikandung badan. Kata kuncinya: يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Surat Ali-Imran ayat 102). PEDULI KEPADA SESAMA Mengekspresikan rasa syukur dengan perbuatan berikut yakni dengan berbagi kepada sesama manusia. Jangan bersikap kikir. Ingatlah bahwa di sebagian harta kita ada hak orang lain. Di saat kita diberikan nikmat berlebih, maka jangan ragu membagi-bagi nikmat itu kepada orang lain. Perintah ini dapat disimak pada surat Ad-Dhuha ayat 11: وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)." TAU DIRI & IKHLAS MENERIMA Cara bersyukur selanjutnya yakni “tau diri”, bersikap “ikhlas menerima” keadaan yang dianugerahkan Allah untuk diri. Tidak iri dengan nikmat orang lain. Rasulullah SAW pernah bersabda. اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ. Artinya, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu,” (HR Bukhari dan Muslim). SENANTIASA RAMAH Wujud syukur dengan perbuatan berikutnya yakni senantiasa ramah. Disaat hati sedang sedihpun tetap stabil, sanggup meredaksikan kata2 yang sopan dan ramah selalu menunjukkan raut wajah ceria. Jangan bersikap acuh tak acuh. Sanggup menyembunyikan kesedihan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal." (Ali 'Imran ayat 159) SUKA BERBAGI ILMU Bersyukur dalam bentuk perbuatan berikutnya, apabila anda termasuk orang yang memiliki ilmu tinggi dan berwawasan luas, baik itu ilmu agama ataupun pendidikan umum, hendaknya suka membagi ilmu kepada orang lain. Baik secara formal berhadapan dengan audience atau dengan cara lain misalnya bisa men-share tulisan-tulisan yang bermanfaat di sosial media. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289) MERAWAT NIKMAT Cara bersyukur dengan perbuatan yang tidak kalah penting yaitu dengan merawat nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Misalnya menjaga kelestarian alam, merawat lingkungan. وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِينَ "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107) Semoga pembaca semua berhasil menjadi hamba Allah yang bersyukur. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 6 Juli 2024 M, 30 DzulHijjah 1445 H

Monday 1 July 2024

Bersyukur HATI dan LIDAH

Rangkuman: M. Syarif Arbi No: 1.257.07-1.2024. Secara sederhana “Syukur”; diartikan sebagai ungkapan terimakasih atas anugerah yang diterima, atas pemberian yang diterima, dari mana saja datangnya pemberian/anugerah tersebut. Jika pemberian itu datang dari seseorang, begitu kita terima, kita tidak menunjukkan ungkapan terimakasih baik lisan maupun sikap, tentu orang yang memberi akan merasa kecewa. Bersyukur; kepada Allah berbeda dengan sesama manusia, bila kita tak bersyukurpun tidak masalah bagi Allah karena Allah tidak berharap kebersyukuran makhluk ciptaan-Nya. Sejumlah ayat mengungkap hal tsb diantaranya surat Fatir 15. يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَآءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِىُّ الْحَمِيدُ "Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji." Bagi manusia yang bersyukur, Allah menjanjikan akan menambah kenikmatan yang diberikan-Nya (Surat Ibrahim Ayat 7) وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Untuk bersyukur, dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara yaitu: 1. Bersyukur dengan hati 2. Bersyukur dengan lidah 3. Bersyukur dengan perbuatan dan 4. Bersyukur dengan menjaga nikmat. BERSYUKUR DENGAN HATI. Setiap menerima anugerah Allah, di dalam hati menyadari bahwa apapun nikmat semua datangnya dari Allah. Besar atau kecil suatu nikmat disyukuri sekurangnya di dalam hati. Tidak merasa kecewa betapapun kecilnya suatu nikmat, tetap disyukuri tanpa menganggap tak ada gunanya. Betapapun besar kerugian/bencana, selalu diiringi sabar dan syukur, yakin tersembunyi maksud baik Allah di setiap peristiwa. BERSYUKUR DENGAN LIDAH. Dengan penuh kesadaran mengucapkan "Alhamdulillah" ini sudah termasuk bersyukur dengan lisan. Dalam kenyataan ada juga lisan "bersyukur", lisan berucap tapi tak sampai ke hati. Bila seseorang mendapat kerugian, kesusahan, kekecewaan, penderitaan; tetap bersabar dan dihatinya tetap terselip rasa syukur, inilah model pribadi muslim sejati. Pribadi model ini yakin ketidak beruntungan apapun yang terjadi atas dirinya setelah menjalani ikhtiar sebagai manusia, adalah kehendak Allah. Segala sesuatu yang terjadi atas kehendak Allah, tak ada yang sia2. رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. (QS: Ali 'Imran ayat 191) Orang yang tetap besabar dan hatinya selalu bersyukur ini, dia berprasangka baik kepada Allah. Pernah seorang pemuda gagal test masuk di suatu instansi, setelah tua dia baru paham ternyata Allah punya rencana lebih baik buat dirinya menjadikan ybs. pengusaha besar menghidupi ribuan karyawan. Kalaulah Nabi Yusuf ketika masih bocah tidak dimasukkan saudara2nya ke dalam sumur mungkin tak ditemukan musafir pengambil air. Kalaulah Nabi Yusuf tak dijual di pasar budak oleh musafir di Mesir, tak ada jalannya dia dibeli oleh pejabat kerajaan. Kalaulah Nabi Yusuf tak masuk penjara, keahliannya mentakwil mimpi ndak kan mungkin diketahui Raja. Akhirnya Nabi Yusuf setelah melalui rangkaian ketidak nyamanan, ketidak beruntungan ternyata ada rencana Allah untuk menjadikan makna mimpinya bahwa seluruh saudaranya menghormatinya. Lantaran akhirnya Nabi Yusuf menjadi penguasa/pejabat penting di Mesir seperti dikisahkan Allah; اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰۤاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ  عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, Wahai Ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. Yusuf ayat 4) Syukur dan sabar menghiasi kehidupan Nabi Yusuf dan ayahnya Nabi Yacob. Ternyata rentetan peristiwa yang tidak begitu menyenangkan itu adalah suatu proses untuk rencana Allah yang lebih baik, begitu juga contoh pemuda yang tak lulus test di atas.’ Dari kejadian2 ini, mestinya sadarlah kita bahwa hidup ini harus dijalani dengan syukur dan sabar. Allah senantiasa memberikan peran yang terbaik untuk setiap orang. Yang penting ikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Maaf; ulasan bersyukur dengan PERBUATAN dan bersyukur dengan MENJAGA nikmat, karena terbatasnya ruang tulis, tidak ditulis di artikel ini. Semoga bilalah dalam hidup ini mengalami kegagalan di awal, merupakan awal dari proses kesuksesan di akhir. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 2 Juli 2024 M, 25 DzulHijjah 1445 H

Tuesday 25 June 2024

Harta si KAYA si MISKIN simpankan

Dirangkum: M. Syarif Arbi No: 1.256.06-7.2024. Di dalam masyarakat dimanapun di belahan dunia ini, terdapat tingkatan kelompok manusia dalam perekonomian. Boleh saja dikelompokkan menjadi orang-orang: 1. Kaya raya lagi terhormat, berkedudukan tinggi di masyarakat. 2. Kaya raya, tetapi oleh masyarakat tak begitu dikenal. 3. Tidak kaya, namun tidak miskin. 4. Miskin sekedar mampu bertahan hidup, pas-pasan. 5. Sangat miskin, untuk makan saja dalam kesulitan. Orang miskin, di negara manapun sepertinya tetap ada, tak terkecuali di negara maju atau di negara adi daya. Sudah merupakan sunnatullah, bahwa di dunia ini adanya sifat berlawanan dan berpasangan, ada kaya - ada miskin. Sebagaimana adanya siang - adanya malam. Seperti halnya adanya orang baik - adanya orang jahat. Ada juga yang tidak terlalu ekstrim berlawanan. Tak kaya2 amat - tak miskin2 amat ............ dstnya, tapi tetap saja berpasangan/ berlawanan. Justru adanya sifat berlawanan ini pula merupakan media ujian bagi manusia, untuk melihat siapakah yang paling baik amalnya. لَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَا لْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا............. ....." "yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya........." (Al- Mulk 2). ......................................................" ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً ۗ اَتَصْبِرُوْنَ......." ".............Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? ............." (QS. Al-Furqan ayat 20). Di ruang baca terbatas ini disederhanakan kelompok2 tersebut menjadi dua; yaitu si “kaya” dan si “miskin”. Kalaulah anda di posisi sebagai orang kaya setidaknya berkecukupan, mungkin hartanya masih cukup bernisab untuk zakat tahunan. Atau meskipun harta tak banyak, masih adalah rezeki yang dapat dialokasikan buat infak dan sedekah. Di kondisi ini, saatnya anda berpeluang menyantuni kerabat dan atau sahabat yang miskin.. Seberapa banyakpun harta orang kaya dan terpandang, ketahuilah orang kaya tak akan mampu membawa harta itu ke alam kubur, apalagi ke alam akhirat. Oleh karena itu jangan sepelekan sahabat dan kerabat anda yang hidup serba kekurangan (miskin), karena mereka memiliki kekuatan yang dahsyat, mampu membawakan harta anda ke alam kubur ke alam akhirat. Si miskin mampu menyimpankan harta si kaya, buat digunakan di akhirat nanti. Apabila harta si kaya disedekahkan, si kaya menunaikan zakat, si kaya berinfak, si kaya mengeluarkan hartanya di jalan Allah. Harta yang kita makan dan minum paling lambat besok atau lusa sudah jadi “ampas”. Harta kita sandang paling beberapa saat enak dipandang kemudian usang. Adapun harta yang disedekahkan kepada orang yang tepat diikuti ikhlas karena Allah, itulah yang dibawa ke alam barzah dan hari akhir. Sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad SAW: أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلاَّ مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ قَالَ فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ “Adakah di antara kalian yang lebih mencintai harta untuk ahli warisnya daripada hartanya sendiri? Mereka (para sahabat menjawab), ‘Wahai Rasulullah, tidak ada seorangpun di antara kami kecuali lebih mencintai hartanya sendiri.’ Rasulullah bersabda, sesungguhnya harta yang sebenarnya adalah yang ia infakkan, sedangkan harta untuk ahli warisnya adalah yang ia tinggalkan (belum ia infakkan)”. (HR Bukhori) Mudah2an para pembaca dan kita semua masih ada kesempatan, berkemampuan, membelanjakan harta di jalan Allah, untuk berinfaq, bersedekah, berzakat menyantuni kerabat dan sahabat yang miskin serta orang2 miskin, selagi masih hidup. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 25 Juni 2024 M, 18 DzulHijjah 1445 H

Saturday 22 June 2024

Maut belum MENATAP sebelum REZEKI habis TERSANTAP.

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.255-06-6.2024 Kini menjelang lahiran, bukan saja jenis kelamin calon bayi, bahkan hari kelahirannya sudah dapat diprediksi. Sedangkan hari kematian sampai saat ini belum ada seorang ahlipun dapat memastikannya. Selama hidup, manusia perlu makan-minum dan ini lazim disebut dengan rezeki, walau sesungguhnya yang dimaksud dengan rezeki bukan saja makan-minum, tetapi; kesehatan, kesempatan dan segala sesuatu kenikmatan. Tulisan ini membatasi rezeki hanya pada apa yang dimakan dan apa yang diminum. Rezeki manusia yang dimakan-diminum, telah ditentukan sejak lahir sampai mati, karena sebelum rezeki tersebut habis dinikmati, manusia tidak akan mati. Dalam konteks ini Allah berfirman: وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا. ۗ “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. …………….” (QS Ali Imran ayat 145). Jika “jatah” rezeki telah habis dikonsumsi seseorang akan mati. Seseorang tidak mungkin mati sampai sempurna rezekinya, dan berakhir pula amalannya. Dari Jabir bin ‘Abdillah ra, Nabi Saw bersabda, أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ “Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Ibnu Majah). Dalam pada itu dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi Saw bersabda: إِنَّ رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ “Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR Musnad Ibnu Abi Syaibah dan Thabrani) Di ayat lain, Al-Qurán menyebutkan: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34) Ketika diriku masih remaja dulu sering kulihat Nenek-Kakek, porsi makannya sangat sedikit. Kini setelah diri sendiri berusia tujuhpuluhan merasakan sendiri, bahwa tidak sanggup lagi makan seperti muda dulu. Bahkan banyak makanan yang dulu jadi makanan favorit, minuman wajib mesti harus ada di meja kalau pulang kerja, sudah tidak dapat diminum lagi. Makanan favorit kalau dimakan juga jadi alergi, minuman kopi misalnya yang dulunya menjadi minuman wajib, sekarang kalau diminum jadi penyakit. Dari petunjuk ayat dan hadits diantaranya dikutip diatas, mengertilah agaknya kita, bahwa; bagi pribadi tertentu, rezeki berwujud makanan dan minuman, yang sekarang sudah membuat alergi, atau berdampak penyakit, itu artinya jatah buat rezeki jenis makanan dan minuman jenis itu sudah hampir habis atau mungkin sudah habis buat diri awak. Untuk jenis lain masih ada yang masih tersisa, jatah nasi sudah hampir habis lantaran masa muda makannya sekali makan rata2 dua piring. Jadi masa tua harus dimakan se-dikit2, jatah kentang masih tersisa. Jatah gula pasir sudah habis, karena masa muda dulu kalau menyedu kopi segelas, gulanya 2 sendok makan, sekarang tersisa rezeki pemanis “Tropicana”. Harap makluuum. Kalau sudah jatah rezeki itu sama sekali habis, kadang ada manusia yang sudah tidak dapat lagi dimasukkan makanan/minuman secara normal dari mulut. Teknologi ikhtiar dibidang kesehatan sekarang jika rezeki orang tersebut belum benar2 habis-bis, lalu disalurkan melalui selang. Jika rezeki memang masih ada si pasien tak akan mati, setelah itu malah sembuh dari penyakit dan dapat makan minum normal kembali, untuk menghabiskan jatah rezekinya. Dengan demikian: Malaikat maut belum sudi MENATAP. Bila REZEKI belum habis TERSANTAP. Semoga kita selalu diberikan Allah rezeki yang halalan, tetap thayyiban serta barakatan sampai akhir hayat dikandung badan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 16 Dzulhijjah 1445 H. 23 Juni 2024

Monday 17 June 2024

KEKASIH ALLAH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.254-06-5.2024 Hampir setiap tempat ketika shalat Idul Adha, khatib menyampaikan khutbah mengenang pengorbanan nabi Ibrahim, telah melaksanakan perintah Allah untuk berkurban yang luar biasa yaitu diperintah Allah menyembelih anaknya; nabi Ismail. Kepatuhan Nabi Ibrahim inilah merupakan salah satu dari beberapa sebab Nabi Ibrahim A.S. mendapat gelar “Khalilullah” وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا “……Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya)." (QS. An-Nisa': 125)” Gelar ini diberikan sebagai pengakuan dan penghargaan Allah atas kesetiaan dan kepatuhan nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. boleh dirinci sbb: PERTAMA: Tak goyah imannya ketika akan dibakar oleh raja Namrudz. Dua malaikat mendatangi Nabi Ibrahim AS sebelum dianya dipelantingkan ke kobaran api. Atas izin Allah malaikat Mikail AS datang dan berkata, “Hai Ibrahim, apabila engkau menginginkan agar aku menurunkan hujan memadamkan api ini tentu pada saat ini juga aku melakukannya.” Ibrahim AS menjawab, “Aku tidak membutuhkanmu.” Selanjutnya malaikat Jibril AS datang dan berkata, “Wahai Ibrahim, apakah engkau perlu bantuan?” Ibrahim menjawab, “Adapun kepadamu, maka aku tidak membutuhkannya. Cukuplah bagiku Allah mengetahui keadaanku.” Nabi Ibrahim AS hanya berdo’a termuat di Ali-Imran ayat 173, حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ. (cukuplah Allah, se-baik2 penolong) Pertolongan Allah datang dengan berfirman kepada api قُلْنَا يٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلٰمًا عَلٰىٓ إِبْرٰهِيمَ "Kami (Allah) berfirman, "Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim,"" (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 69) Dari sisi Nabi Ibrahim AS, Allah mengalirkan air yang dingin, dari sisi api ada pohon delima, dan Nabi Ibrahim diberi ranjang (tempat tidur) dari surga yang di atasnya ada hamparan dari sutra, mahkota dan perhiasan, yang keduanya dipakai oleh nabi Ibrahim AS. Dia duduk di atas ranjang dalam keadaan yang paling nyaman semenjak dia dilemparkan ke dalam api. Pada saat itu, Namrudz pergi ke suatu tempat yang tinggi. Dia ingin melihat bagaimana jadinya Ibrahim. Tiba-tiba ada percikan api mengenai baju Namrudz dan membakar ke semua bajunya kecuali badannya. Dia tidak terbakar oleh api agar tahu bahwa api tidak akan membahayakan siapapun kecuali dengan seizin Allah, tetapi semua itu tidak dijadikan bahan pelajaran oleh Namrudz. Ketika Namrudz melihat itu, dia berkata kepada Ibrahim AS, “Pergilah engkau dari tanah kami agar engkau tidak merusak agama kami.” KEDUA: Baru saja mendapat anak di usia 86 tahun setelah berdo’a sekian lama, nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah Allah untuk berdakwah ketempat lain. Demi melaksanakan perintah Allah anak dan istri ditinggalkan, disuatu tempat yang gersang dan sunyi. Tercatat peristiwa itu didalam Al Qur’an dimana sebelum meninggalkan anak dan istrinya nabi Ibrahim AS berdo’a: رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ "Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim 14: Ayat 37) KETIGA: Tawakal yang tak ada bandingnya terhadap Allah SWT sehingga mampu meninggalkan anak dan istri di lembah sunyi dan gersang, yakin akan keselamatan mereka, karena dia meninggalkan mereka atas perintah Allah SWT. وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. ……………….” (QS Ali Imran ayat 145). Adapun perkara rezeki bagi istri dan anaknya yang ditinggalkannya lantaran menjalankan perintah Allah SWT itu, nabi Ibrahim AS dengan penuh keyakinan Allah akan menjaminnya. KEEMPAT: Kemudian ketika nabi Ibrahim AS pulang dari berdakwah dia melihat putranya Ismail sudah menjadi anak yang belia. Namun Allah SWT lagi-lagi menguji keimanan nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya tersebut melalui mimpi. Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah surat Ash-Shoffat [37] ayat 99-111 : Keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, itulah yang kemudian diabadikan dalam bentuk perintah berkurban (dalam bentuk hewan) pada Idul Adha. وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS. As-Saffat 37: Ayat 107) Untuk nabi Muhammad SAW dan ummatnya disyariatkan berkurban dengan hewan ternak dilaksanakan terkait dengan hari raya Idul Adha atas perintah Allah SWT dalam surat 108 (Al-Kautsar) ayat 2: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." Renungan kepatuhan, ketawakalan dan kerelaan berkurban nabi Ibrahim AS ini, hendaknya sanggup menggugah hati bagi kita yang mampu untuk berkurban yang hanya berwujud mengeluarkan harta untuk menyembelih hewan kurban. Bagi yang telah melaksanakannya sesudah shalat Idul Adha, semoga kurbannya diterima oleh Allah SWT. Sedangkan bagi yang belum sempat menyembelih sesudah shalat Idul Adha, masih punya kesempatan melaksanakannya di hari2 tasyrik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 11 Dzulhijjah 1445 H. 18 Juni 2024

Thursday 13 June 2024

DO’A BUMERANG

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.253-06-4.2024 Sepertinya tak seorangpun orang normal dalam hidupnya tak pernah berdo’a, memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk sesuatu keinginan. Banyak orang, makin sering, makin khusu’ berdo’a apabila dalam keadaan kesulitan, dalam keadaan kritis. Tak jarang pula orang berdo’a apabila merasa disakiti orang lain, tetapi tidak berdaya untuk melawan atau membela diri. Dalam terminology agama disebut sebagai orang terzalimi. Terdapat penegasan dalam agama (Islam), hadits riwayat Ahmad, ada tiga orang yang doa mereka tidak terhalang atau tidak tertolak. Hadits tersebut dihasankan Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab shahih keduanya. Berikut bunyi haditsnya: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا فَوْقَ الْغَمَامِ وَتُفَتَّحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزَّتِي لأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan do’a orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Di artikel yang terbatas ruang baca ini, tertarik menyoal tentang “do’a orang yang terzalimi”, karena do’anya makbul. Perlu didefinisikan, bentuk penzaliman sesama manusia itu seperti apa, supaya jelas telah terjadi penzaliman, sehingga sudah pantas si terzalimi berdo’a dialamatkan kepada penzalim. Jangan sampai orang yang menganggap dirinya dizalimi, padahal sebenarnya dia bukan dizalimi orang lain, tetapi malah dialah yang menzalimi dirinya sendiri. Bentuk kezaliman sesama manusia ialah: mencela, memfitnah, menyiksa, mengambil harta tanpa hak, berlaku kejam, dan berlaku tidak adil. Lebih khusus kasus “zalim” diangkat di artikel ini adalah kisah seorang karyawan yang merasa dizalimi atasannya kemudian berdo’a, kalaulah dianya benar dizalimi maka do’anya mustajab. Dari bentuk kezaliman yang mungkin dilakukan oleh atasan kepada karyawannya: 1. Boleh jadi atasan mencela yang bersangkutan apabila karyawannya berkinerja tidak baik melaksanakan tugas, tidak memenuhi standar yang telah diatur dalam job description. Hal ini tentu bukan ke zaliman sepanjang sudah diberikan tegoran, selanjutnya dibuat catatan ketika menentukan kondite. 2. Memfitnah, kezaliman ini kecil kemungkinan dilakukan atasan terhadap bawahannya, kalaupun terjadi bisa saja menceritakan kepada karyawan lain agar tidak ikut melakukan kesalahan2 seperti yang dilakukan teman kerjanya itu. Diikuti himbauan agar karyawan yang diberi cerita itu menasihati rekannya. Dapat juga diceritakan kepada staf atasan langsung karyawan ybs untuk membina bawahannya. Yang demikian bukanlah pula menzalimi. 3. Menyiksa, berlaku kejam, berlaku tidak adil tentu di suatu isntansi formal yang sudah terbentuk aturan tentang hak dan kewajiban karyawan tidak mungkin atasan berpeluang menzalimi. 4. Mengambil harta tanpa hak, kalaulah ini terjadi ada aturan main dalam suatu institusi, misalnya pemotongan upah lantaran karyawan tidak memenuhi standard performance. Inipun bukan menzalimi. Andaikan sudah terjadi pelanggaran berat ketentuan2 suatu institusi, maka berujung seorang karyawan di PHK. Dalam hal PHK dilakukan setelah memenuhi proses dan prosedur yang telah disepakati yang semestinya diketahui oleh pihak karyawan, maka institusi yang memberhentikannya tidaklah terkelompok melakukan kezaliman. Seorang karyawan diberhentikan, dianya tidak di zalimi, diukur dari model standard kezaliman tersebut di atas, malah dia sendirilah yang menzalimi dirinya sendiri dengan melakukan pelanggaran ketentuan institusi. Maka tidak berlakulah “do’a nya sebagai orang terzalimi”. Bahkan DO’ANYA AKAN JADI BUMERANG. Umpama karyawan terpecat tersebut sampai mengucapkan do’a yang buruk dialamatkannya kepada atasannya, ditujukannya kepada institusi tempat semula dia bekerja, maka do’a yang buruk itu akan kembali terkena dirinya sendiri. Mari lihat hadits riwayat Muslim, dari Jabir bin Abdullah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: لاتدعوا على انفسكم ولا تدعوا على اولادكم ولا تدعوا على اموالكم لا توافقوا من الله ساعة يساءل فيها عطاء فيستجيب لكم “Janganlah kalian berdoa buruk terhadap dirimu sendiri, janganlah kalian berdoa buruk terhadap anak-anakmu, dan janganlah kalian berdoa buruk terhadap harta bendamu. Janganlah (berdoa buruk karena bisa saja) kalian menepati suatu saat di mana Allah diminta memberikan sesuatu pada saat tersebut lalu Allah mengabulkan permintaan kalian itu.” Rasulullah SAW secara terang-terangan juga melarang do’a untuk perbuatan dosa dan do’a untuk memutus silaturahim kepada sesama. Rasulullah menegaskan bahwa do’a seperti itu tidak akan dikabulkan Allah SWT. لا يزال يستجاب العبد ما لم يدع باءثم او قطيعة رحم ما لم يستعجل …. الحديث رواه مسلم عن ابى هريرة رضى الله عنه “Doa seorang hamba itu akan selalu dikabulkan selama ia tidak berdo’a untuk berbuat dosa atau memutus tali kasih sayang (persaudaraan/persahabatan), selama ia tidak terburu-buru (mau segera terkabul)…” Rasulullah berulangkali memberi contoh mengesankan bahwa beliau selalu mendo’akan baik, bahkan kepada yang menyakiti dan menghinanya. Saking tidak pernahnya Rasulullah SAW mendo’akan keburukan kepada orang-orang yang bersikap buruk kepadanya, Malaikat sampai bersedih. Malaikat justru menyatakan siap membinasakan penduduk Thaif jika Rasulullah mau memohon do’a kepada Allah SWT. Apalagi jika orang atau barang yang kita anggap jelek, ternyata tidak seperti itu di hadapan Allah SWT. Do’a buruk tadi malah bisa berbalik kepada pengirim do’a. ما من عبد مسلم يدعو لاخيه بظهر الغيب الا قال الملك : ولك بمثل. رواه مسلم عن ابى الدرداء رضي الله عنه “Tidaklah seorang hamba muslim yang mendo’akan saudaranya di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) kecuali malaikat berkata,” Dan do’a yang sama untukmu.” (HR Muslim dari Abu Darda’ RA). Seorang Muslim yang mendo’akan saudaranya dengan penuh kebaikan, maka kebaikan pula yang akan kembali kepadanya. Hal yang sama juga berlaku jika seorang Muslim mendo’akan buruk kepada saudaranya, maka keburukan pula akan kembali kepadanya. Apa yang dicontohkan Rasulullah SAW itu adalah keagungan akhlak luar biasa. Maka, kalau kita mengaku sebagai umat Muhammad dan menjadikan Nabi sebagai suri teladan yang baik, tidak semestinya kita mengumbar do’a buruk kepada siapapun dan apapun. Melantunkan do’a-do’a kebaikan adalah wujud kebaikan hati dan kemuliaan budi. Do’a-do’a jelek yang muncul dari diri kita sebenarnya hanya letupan nafsu amarah akibat lepas kendali. Do’a-do’a buruk berlandaskan hawa nafsu, amarah, serakah, ingin berkuasa, angkara murka seperti itu tidak layak kita mintakan kepada Allah SWT. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: لَّا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوٓءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا "Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 148) Dalam kasus yang diangkat di atas, ternyata karyawan ter PHK tersebut tidak dizalimi, maka ybs seharusnya tidaklah pantas berdo’a yang buruk2. Do’a buruknya akan jadi BUMERANG buat dirinya. Semoga Allah menuntun kita semua berakhlak mulia seperti yang dicontohkan Rasulullah Muhammad, yaitu selalu ber do’a untuk kebaikan sekalipun terhadap orang yang telah berbuat tidak baik kepada diri kita, karena penilaian manusia belum tentu benar. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 7 Dzulhijjah 1445 H. 14 Juni 2024

Sunday 9 June 2024

TIGA ritual QURBAN

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.252-06-3.2024 Ritual Qurban yang pertama kali dilakukan oleh manusia dilaksanakan dua orang anak Nabi Adam yaitu “Habil dan Qabil”. Dua bersaudara ini disuruh berkurban oleh bapak mereka, Nabi Adam, sebagai media untuk Nabi Adam memutuskan sengketa calon istri. Siti Hawa melahirkan anak hanya sekali yang tunggal, yaitu saat melahirkan Nabi Syits, yang lahir menggantikan Habil karena dibunuh saudaranya sendiri, Qabil. Semua anaknya terlahir kembar “fraternal” atau “dizigotik” yaitu seorang bayi lelaki dan seorang bayi perempuan disuatu kali kelahiran, kedua bayi itu disebut saudara sekandung. Ketentuan di zaman Nabi Adam, karena belum ada manusia lain, maka anak2 mereka dinikahkan silang sesaudara, dengan aturan anak2 kembar sekandung tidak boleh menikah. Qabil lahir bersama dengan saudari satu kandung yang bernama Iqlima. Konon, Iqlima terlahir sebagai wanita berparas cantik rupawan. Sementara Habil lahir dengan saudari kandung bernama Labuda, tidak secantik Iqlima. Sesuai aturan yang berlaku, maka Qabil harus menikah dengan Labuda. Sementara Habil menikahi Iqlima. Qabil tidak terima. Ia hanya mau menikahi saudari satu kandungnya, Iqlima, yang memiliki paras cantik rupawan. Menyikapi sengketa itu, Nabi Adam as mengadakan semacam sayembara kepada kedua putranya itu dengan memerintahkan untuk berqurban. Barang siapa yang qurbannya diterima oleh Allah swt, dia lah yang lebih berhak menikah dengan Iqlima. Ketika itu sebagai tanda qurban diterima, apabila material yang diqurbankan disambar oleh api yang turun dari langit. Al-hasil ritual qurbanpun dilaksanakan; Qabil yang seorang petani berqurban dengan hasil kebun miliknya. Sementara Habil yang hidup sebagai peternak berqurban dengan seekor kambing terbaik yang ia miliki. Qurban Habil diterima Allah swt, sedangkan qurban Qabil tertolak lantaran Qabil berqurban dengan hasil tanaman yang buruk. Di kisah ini diketahui bahwa material qurban ketika itu belum ditetapkan berupa hewan, agaknya sesuai dengan kepemilikan hasil usaha masing2. Dari persembahan qurban yang dikeluarkan masing-masing Qabil dan Habil, dapat dinilai, mana yang benar-benar ikhlas, dan mana yang tidak ikhlas. Ditolaknya qurban Qabil mengindikasikan bahwa Qabil bukanlah seorang yang ikhlas dan bertakwa serta taat kepada Allah swt. Usai qurbannya tertolak sempat terjadi dialog Habil dan Qabil, diabadikan di surat Al Ma’idah ayat 27: Qabil berkata: لَأَقۡتُلَنَّكَۖ إِ = sungguh aku akan membunuhmu. Habil menjawab: إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ = sesungguhnya Allah hanya menerima qurban dari orang yang taqwa. Ritual Qurban yang kedua; ialah qurban Nabi Ibrahim mengorbankan putranya Nabi Ismail. Ritual kurban pertama, dilaksanakan oleh putera nabi Adam: 1. Atas perintah nabi Adam, untuk menentukan pilihan istri, 2. Sekaligus juga untuk membuktikan ketaqwaan kepada Allah. 3. Material yang diqurbankan sesuai apa hasil usaha yang dimiliki masing2. Sedangkan ritual qurban yang kedua; Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail: 1. Atas perintah langsung dari Allah, melalui mimpi يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" (As-Saffat 102) 2. Material yang dikurbankan adalah anak semata wayang. Dimana nabi Ismail yang akan diqurbankan menjawab ayahnya: يَـٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (As-Saffat 102) 3. Sama dengan ritual qurban yang pertama qurban Ibrahim dan Ismail ini juga sebagai ujian ketaqwaan, justru kepada kedua nabi Allah Ibrahim dan Ismail. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat (37) Ayat 102-108. (untuk memperpendek artikel) silahkan lihat di kitab Al-Qur’an. Giliran kita di zaman now, beberapa hari lagi akan melaksanakan qurban ritual ke tiga; dasarnya adalah: 1. Atas perintah Allah mengacu kepada surat Al-Kausar ayat 2, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." 2. Yang diqurbankan juga adalah harta diwujudkan hewan qurban, sapi, kambing, domba, unta. وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنۢ بَهِيمَةِ الْأَنْعٰمِ ۗ فَإِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ فَلَهُۥٓ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ "Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)," (QS. Al-Hajj 22: Ayat 34) 3. Tujuan berqurban juga sama dengan ritual qurban pertama dan kedua yaitu dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah untuk menuju taqwa. لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ ۚ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 37) Semoga qurban yang kita laksanakan mendapat nilai yang terbaik disisi Allah swt. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 3 Dzulhijjah 1445 H. 10 Juni 2024

Thursday 6 June 2024

KECENDERUNGAN INSANI

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.251-06-2.2024 Tiga makhluk kasat mata hidup di alam semesta ini yaitu: Manusia, Hewan dan Tumbuh2an. Di dalam diri manusia terdapat ketiga sifat bawaan dari semua makhluk tersebut. Selain membawa sifat bawaan manusia itu sendiri, manusia juga bertumbuh seperti tumbuh2an. Sejak dari janin, bayi, anak2 jadi orang dewasa melalui pertumbuhan, namun pertumbuhan itu berbatas, sampai besar tertentu, sampai tinggi tertentu. Sulit dibayangkan kalau tumbuh itu tidak berbatas, berat badan terus bertambah, tubuh tinggi terus bertambah tinggi tak berhenti, keadaan demikian tidak normal malah jadi penyakit. Manusia juga mempunyai kecenderungan2 hewani yang bermacam-macam, yang bersumber dari insting-insting yang terdapat dalam dirinya. Manusia butuh kepada berbagai macam makanan dan minuman, mempunyai rasa lapar dan haus, merasa lezat dengan makan dan minum, merasa lezat dengan berbagai kelezatan seksual dan mencarinya, membutuhkan pakaian dan tempat tinggal, yang dengannya ia dapat menjaga dirinya dari panas dan dingin dan berbagai macam bahaya. Kebutuhan2 hidup manusia persis seperti hewan, hanya saja makanan, pakaian dan tempat tinggal hewan bersifat sederhana dan alami; sementara makanan, pakaian dan tempat tinggal manusia bermacam-macam dan kebanyakannya tidak alami. Dengan memanfaatkan pengalaman dan ilmunya, alam, manusia menciptakan berbagai macam jenis makanan, kuliner, pakaian dengan model dan mode, tempat tinggal, supaya lebih dapat memaksimalkan kelezatan darinya. Inilah yang dimaksud Allah: وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 70) Bukan saja berupa berbagai fasilitas yang istimewa diberikan Allah buat manusia, juga dalam hal paras, kelengkapan phisik dan indera manusia dilebihkan Allah dari dua makhluk kasat mata lainnya (hewan dan tumbuh2an) seperti ditegaskan Allah. لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," (QS. At-Tin 95: Ayat 4) Akan tetapi, kecenderungan2 hewani tidak mengenal batas dan ingin memenuhi kebutuhan2nya secara bebas tanpa batas dan syarat. Jika kecenderungan2 hewani ini bebas lepas, ia akan merasuk ke diri manusia, maka akan menjerumuskan manusia ke dalam lembah kesengsaraan dan kehancuran. Ada diantara manusia ketika menjalani kehidupan, terkadang keluar dari koridor yang ditetapkan Allah, dalam pemenuhan hasrat seksual, tidak sedikit manusia telah keluar dari kebutuhan alaminya yaitu untuk melahirkan dan memperbanyak keturunan, sebagaimana halnya hewan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan seksual banyak yang telah berubah ke dalam bentuk pemujaan syahwat. Diikuti lagi seperti sifat rakus, memuja harta, memuja kesenangan, zalim dan tidak adil, permusuhan, agresif, merampas harta orang lain, mencuri, menghina, meremehkan, hasud, dendam, sombong, memuja kedudukan, membunuh dan puluhan sifat-sifat buruk lainnya yang bersumber dari sifat egois. Bila dilengkapi lagi dengan sifat2 hewani, maka manusia akan jatuh ke tempat yang seburuk2nya seperti disebutkan Allah: ثُمَّ رَدَدْنٰهُ أَسْفَلَ سٰفِلِينَ "kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya," (QS. At-Tin 95: Ayat 5) Semoga Allah membimbing kita semua agar senantiasa menjadi orang2 beriman dan mengerjakan kebajikan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 29 Dzulkaidah 1445 H. 6 Juni 2024

Tuesday 4 June 2024

MAKMUR setelah NIKAH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.250-06-1.2024 Ada beberapa penyebab karunia kemakmuran dan kebahagian yang diberikan Allah kepada manusia diantara melalui jalur menikah. Alkisah Abdurrahman bin Auf ra, salah seorang muhajirin sahabat utama nabi Muhammad saw. Di Madinah dipersaudarakan dengan Saad bin Ar-Rabi Al-Anshari. Ketika itu Saad Al-Anshari memiliki dua orang istri dan memang ia terkenal sangat kaya. Lantas ia menawarkan kepada Abdurrahman bin Auf untuk berbagi dalam istri dan harta. Artinya, salah satu istri Saad akan diceraikan lalu diserahkan kepada Abdurrahman setelah iddahnya, juga diberikan sejumlah harta. Abdurrahman bin Auf dengan sopan menolak, seraya berdo’a: بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِى أَهْلِكَ وَمَالِكَ ، دُلُّونِى عَلَى السُّوقِ “Semoga Allah memberkahimu dalam keluarga dan hartamu. Cukuplah tunjukkan kepadaku di manakah pasar.” Setelah diberitahukan lokasi pasar, Abdurrahman bin Auf bergegas ke pasar dan menanyai para pengunjung tentang kebutuhan mereka datang ke pasar. Mengetahui apa saja yang diperlukan oleh masyarakat guna membaca segmen pasar. Atas dasar survey pasar, Abdurrahman bin Auf simpulkan bahwa kebutuhan pasar yang tidak tercukupi saat itu adalah unta. Langkah berikut, Abdurrahman bin Auf mencari informasi siapa saja pemilik unta di Madinah yang bersedia menjual untanya, sebagai supplier. Abdurrahman bin Auf bernegoisasi untuk menjualkan unta-unta mereka. Para pemilik unta setuju untuk memberikan kesempatan para Abdurrahman bin Auf untuk menjualkan unta-unta mereka. Singkat cerita setelah semuanya siap; Abdurrahman bin Auf mulai berbisnis dengan menjualkan unta. Yang menarik adalah harga unta yang dijual tidak lebih dari harga yang ditetapkan oleh pemilik unta. berarti Abdurrahman bin Auf tidak mendapatkan keuntungan 1% pun dari penjualan unta. Lantas dari mana ia mendapatkan keuntungan? ternyata beberapa hari sebelumnya Abdurrahman bin Auf sudah membuat tali tambang dari pelepah kurma yang tidak terpakai. Dia menjual tali tambang itu kepada para pembeli untanya. Karena pembeli unta akan kesulitan menuntun unta yang dibelinya untuk membawa pulang bila tidak dilengkapi tali, beliau mendapatkan keuntungan dari penjualan tali tambang. Dengan demikian sesungguhnya pure bisnis Abdurrahman bin Auf hanya menjual tali untuk unta. Dalam status sebagai “produsen sekaligus penjual tali unta”, beliau berani menikah. Tersebutlah dalam kisahnya suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat pada Abdurrahman ada bekas warna kuning pada pakaiannya (bekas wewangian dari wanita yang biasa dipakai ketika pernikahan). Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas mengatakan, "Apa yang terjadi padamu wahai Abdurrahman?" Ia menjawab, "Wahai Rasulullah, saya telah menikahi seorang wanita Anshar." Rasul shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, "Berapa mahar yang engkau berikan kepadanya?" (karena nabi tau keadaan ybs belum berharta). Abdurrahman menjawab, "Aku memberinya mahar emas sebesar sebuah kurma (sekitar lima dirham)." Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata ketika itu, أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ “Lakukanlah walimah walaupun dengan seekor kambing.” (HR. Bukhari, no. 2049, 3937 dan Muslim, no. 1427. Lihat Syarh Shahih Muslim, 7:193). Sekali lagi; karena nabi tau keadaan Abdurrahman bin Auf yang masih tidak berpunya, jadi berwalimah yang sederhana saja. Sahdan, setelah menikah Abdurrahman bin Auf menjadi terkenal di seluruh Madinah sebagai pebisnis Unta dan jaringan bisnisnya berlanjut kepada peternakan. Akhirnya singkat cerita Abdurrahman bin Auf menjadi saudagar kaya yang dermawan dalam perjuangan Islam. Abdurrahman bin Auf pada masa Nabi SAW bersedekah dengan setengah hartanya, yaitu 4 ribu dinar. Tidak lama kemudian ia bersedekah dengan 40 ribu dinar, selanjutnya ia bersedekah lagi dengan 40 ribu dinar. Jumlah ini sungguh besar di zamannya, yakni berkisar Rp 4,5 milyar. Tidak hanya itu, ia juga menyedekahkan 500 kuda untuk keperluan transportasi. Kemudian menambahkan 500 unta untuk berperang di jalan Allah. Kebanyakan harta yang dimiliki Abdurrahman bin Auf berasal dari perdagangan. Abdurrahman juga dijelaskan memerdekakan ribuan budak. Abdurrahman meninggalkan banyak harta setelah meninggal dunia, termasuk emas yang dipotong-potong dengan kapak sehingga membuat tangan orang-orang menjadi lelah. Emas yang sangat banyak itu, ia bagikan ke masyarakat yang luas. Sumber harta Abdurrahman, seperti yang yang telah disebutkan, berasal dari peternakan yang dia miliki. Dia memiliki 1.000 unta, 100 kuda, dan 3.000 domba yang digembalakan di Baqi'. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki sejumlah besar hewan ternak yang diurus dan dipelihara untuk mendapatkan keuntungan. Menikah sebagai salah satu cara mendapatkan rezeki dalam Islam. Sebagai contoh; Abdurrahman bin Auf yang awalnya hanya seorang penjual tali untuk unta, menjadi pengusaha besar setelah menikah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَأَنْكِحُوا الْأَيٰمٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِۦ ۗ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ "Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS. An-Nur 24: Ayat 32) Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, اِلْتَمِسُوا الغِنَى فِي النِّكَاحِ “Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Diriwayatkan dari Ibnu Jarir). Imam Al-Baghawi menyatakan pula bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu pula. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:533. Semoga kiranya, Allah melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, yang belum menikah enteng jodohnya, segera menikah, yang sudah menikah SAMAWA, serta melimpah rezeki. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 26 Dzulkaidah 1445 H. 3 Juni 2024

Wednesday 29 May 2024

BANGUN – JATUH

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.249-5.05.2024 Sambil nunggu panggilan menghadap dokter di RS kontrol rutin bulanan di suatu poli, kutulis artikel ini, agar waktu tunggu tak terasa panjang. Bocah belajar berjalan, sekitar usia antara 11-15 bulan diawali dari bangun, kadang jatuh. Selanjutnya bangun lagi dan jatuh, berulang-ulang. Baru lancar berjalan setelah beberapa kali bangun dan jatuh. Alhamdulillahnya anak manusia belajar berjalan seusia belasan bulan, jikapun jatuh, jaraknya tidak terlalu tinggi. Paling menyulitkan kalau sudah tua, lama menderita sakit misalnya, lalu belajar berjalan kembali, maka ya ampun jika jatuh demikian sakit, bisa jadi berakibat vatal, karena jaraknya tinggi. Tamsil “bangun dan jatuh”, ketika anak manusia masih bocah belajar berjalan ini, juga melekat kepada kehidupan manusia sepanjang hidup, meliputi; bergerak dibidang usaha, berkarier dalam pekerjaan, berprestasi dalam masyarakat, termasuk berkecimpung dibidang politik. Berbeda dengan hewan berkaki empat, begitu lahir beberapa saat kemudian dalam hitungan menit lalu dapat berdiri, lalu dapat berjalan. Hewan berkaki empat diciptakan tidak mengenal “bangun dan jatuh”, mereka hanya menjalani; lahir, bangun, berdiri berjalan, menjalani hidup sesuai kondisi alam dimana dia ditaqdirkan Allah hidup. Allah mengajak kita berpikir tentang kejadian hewan (berkaki empat) diantaranya tentang kejadian “Unta” اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ۝١٧ “Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan”? Unta diciptakan dengan kondisi tubuh yang mampu menghadapi kondisi alam dimana mereka diciptakan. Sedangkan manusia hidup penuh tantangan dan persaingan, serta permasalahan interaksi sesama manusia. Ketika berusaha, manusia harus bekerja keras, tidak seperti hewan tidak begitu keras usaha untuk bertahan hidup. Sebagian hewan dihidupkan Allah di lingkungan yang sudah tersedia matarantai makanan untuk mendukung kehidupanya, serta sesuai kondisi alamnya dimana mereka dihidupkan. Lain lagi dengan jenis hewan ungas, itupan beda ayam dengan burung. Ayam tak lama setelah menetas langsung turun dari sarangnya, diiring induknya mencari makan. Sedangkan burung, belum langsung terbang perlu waktu, makanannya masih harus disuapi ortu mereka. Sungguh bila di amati ayat2 kauniyah yang diperlihatkan Allah didunia ini demikian luar biasa, benarlah apa yang disebutkan Allah dalam Al-Kahfi 109: قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا "Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."" Masalah “bangun dan jatuh” buat anak manusia ketika belajar berjalan, juga merupakan ayat kauniyah, sebagai tamsil bagi manusia dalam menjalani hidup ini. Di artikel terbatas ini, ke ruang baca anda dibatasi hanya tentang manusia “bangun dan jatuh” dibidang usaha, adapun bidang lainnya tidak di bahas di artikel ini. Manusia dalam berusaha mengenal pasang surut dibidang apapun usaha itu digeluti. Untuk berusaha manusia memerlukan modal, tenaga, pikiran, teknik mensiasiti usaha, peralatan kerja serta pemasaran hasil produk. Faktor2 tsb. ada yang menyingkat dengan “6 M”. M pertama = “Modal” , M kedua “man” manusia atau tenaga kerja, M ketiga pemikiran = “manajeman”, M keempat teknik menyiasati usaha = “method”, M kelima “mesin” peralatan kerja, M keenam “marketing”, menjual hasil produk. Kadang ketika orang tengah asik menikmati kesuksesan usahanya melupakan “M” yang ketujuh yaitu; Memohon keberkahan, memohon keredhaan, memohon perlindungan Allah. Hal tersebutlah yang di sindir Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 32 sampai dengan 43. Di artikel ini agar tak terlalu panjang hanya di kutip 3 ayat yaitu saja: 35, 39 dan 42. Selebihnya mohon pembaca berkenan kiranya membuka dari kitabnya langsung. وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هٰذِهِۦٓ أَبَدًا "Dan dia memasuki kebunnya dengan sikap merugikan dirinya sendiri (karena angkuh); dia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya," (QS. Al-Kahf 18: Ayat 35) وَلَوْلَآ إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَآءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ إِنْ تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا "Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan "Masya Allah, la quwwata illa billah" (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 39) وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَآ أَنْفَقَ فِيهَا وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يٰلَيْتَنِى لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّىٓ أَحَدًا "Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (para-para) lalu dia berkata, "Betapa sekiranya dahulu aku tidak menyekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun."" (QS. Al-Kahf 18: Ayat 42) Tanpa “M” ketujuh tersebut, bukan sedikit petani yang gagal panen, pabrik yang gagal produksi, hasil produksi tak laku, kalah bersaing. Tidak sedikit terjadi seorang pengusaha yang bermodal sangat besar, mempunyai tenaga kerja yang ahli pada bidangnya, dikelola dengan baik melalui pemikiran dari orang2 yang berpengamalan, produk sangat dibutuhkan pasar, namun gulung tikar, lantaran tertipu. Tak jarang perusahaan menderita rugi kerena tidak sanggup memenuhi kontrak sehingga terkena penalty yang merugikan bukan saja berwujud materiil juga nama baik. Demikian sekedar renungan bagi kita dalam berusaha guna menjalani kehidupan sebagai manusia yang memang sudah dari sejak bocah mulai tertatih-tatih belajar berjalan di mulai dengan “Bangun dan Jatuh”. Semoga Allah senantiasa memberkati setiap usaha kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 21 Dzulkaidah 1445 H. 29 Mei 2024