Naluri
manusia, ingin mempermudah menyelesaikan pekerjaan, berlangsung terus dari
jaman ke jaman. Dulu ketika PC belum ditemukan, penggandaan dokumen dilakukan
dengan stensil, dari mulai pakai gosok sampai pakai rol.
Tahun
1985 aku pernah dimutasi ke suatu daerah, ditempatkan sebagai Kabag. Umum
Personil. Demikian banyak pos anggaran Biaya Kantor (BK) dan Biaya Personil
(BP). Untuk memudahkan pekerjaan sudah sejak lama sebelum kehadiranku di cabang
tersebut untuk laporan bulanan telah disusun pos-pos BK dan BP dengan
menggunakan stensilan, tinggal memasukkan angka realisasi pada kolom yang
tersedia dengan mesin ketik, maklum PC baru dikenal 5 tahun kemudian.
Pada
awal kubertugas di cabang baru itu, laporan yang dibuat oleh TU (seorang Ibu)
yang sudah lama kerja, hampir pensiun, setelah kuteliti sebentar, langsung ku
tanda tangani. Setelah itu kuminta blanko setiap laporan yang dibuat
masing-masing selembar, blanko itu kubawa pulang guna dibaca kembali di rumah.
Ternyata
aku dikagetkan bahwa selama ini di cabang tempat ku baru bertugas itu ada
“Biaya SAPI”. Di cabang sebelumnya aku belum pernah di bagian umum personil.
Bagian yang pernah adalah: Kas, Ekspor, Impor dan Valuta asing. Tentu saja
biaya ini harus kupertanyakan, apakah cabang ini ikut membiayai perternakan.
Keesokan
harinya kupanggil Ibu yang mengelola laporan Biaya Personil terjadilah dialog.
Kubertanya:
“Ibu!
apa di bagian kita ini ada pegawai yang berternak Sapi?”
Dijawab
oleh pegawai TU: “Mungkin saja ada Pak, di daerah ini banyak lahan pertanian,
mungkin saja diantara pegawai, anak
petani yang berternak sapi. Tapi tepatnya saya ndak tau”.
Kulanjutkan
pertanyaan: “Apa kita ikut membiayai peternakan sapi”
Ibu
pegawai TU menjawab: “Ndak ada pak, masak bagian personil memberikan biaya usaha
peternakan, yang ada kali kalau bagian kredit”
Dialog
kulanjutkan: “Baik kalau begitu, cari informasi siapa diantara kita yang
berternak Sapi”.
Dengan
sigap Ibu peg. TU menjawab: “Ya pak nanti saya tanya-tanya”.
Dialog
hari itu terhenti sampai disitu, kebetulan teleponku di meja kerjaku berdering,
rupanya dipanggil Bos ke ruangannya. Ada seorang tamu penting di kamar kerja
Bos terlihat dari pakaiannya. Tamu ini membicarakan kerja sama soal dana, Bos
minta didampingi dalam negosiasi dan follow up kerja sama itu nanti.
Keesokan
harinya giliran Ibu ini ke meja kerja saya.
Ibu
Peg. TU melapor: “Rupanya ndak ada pak yang berternak Sapi, kalaupun ada hanya
Kambing”.
Tentu
langsung kutanggapi: “Baik kalau begitu ndak apa-apa, tolong ambil lagi arsip
laporan Biaya Personil kita”.
Ibu
itupun bergegas mengambil, cepat sekali langsung menuju ordner dan mengambil
beberapa bulan laporan kemudian membawa ke meja kerja saya.
-
Coba ibu buka halaman kedua laporan Ibu
tentang BP!, kuminta kepada Ibu Peg. TU
Si
Ibu langsung membukanya, tanpa ekspresi ragu-ragu. Sementara aku diam sebentar
sambil menanda tangani beberapa dokumen.
-
Sudah Pak ! kata si Ibu
-
Lihat baris ke empat, sela ku, kalau begitu tolong baca, biaya apa itu.
-
Biaya lembur pak, jawab si Ibu
-
Coba baca sekali lagi, pintaku
-
Biaya lembur pak, jawab Ibu itu semakin
tegas
-
Coba baca yang cermat, kalau perlu di
eja, pintaku
Ibu itu terdiam,
kemudian menahan ketawa sampai keluar air mata, bukan menangis sedih, melainkan
keheranan atau lucu, entah apa sebab ternyata tercetak dalam stensilan selama
ini sudah bertahun-tahun, biaya LEMBU (kurang huruf “R”). Aku juga ndak tahan
menahan ketawaku sambil kukatakan bahwa LEMBU kan sama dengan SAPI. Rupanya
selama ini cabang kita ini mengeluarkan Biaya Personil untuk membiayai SAPI
No comments:
Post a Comment