Dibeberapa
kesempatan di dalam kelas, ketika menerangkan perhitungan yang menyangkut
perkalian, terutama di kelas audience supervisor pengusaha, umumnya mereka tidak membawa
kalkulator. Ada juga kalkulator mereka gunakan telepon seluler. Dikesempatan
demikian sering saya informasikan bahwa untuk meyakinkan bahwa perkalian pakai
telepon genggam itu benar, ada caranya yaitu dengan “Timbangan Perkalian”.
Setelah
saya praktikkan pengujian itu, banyak diantara mereka menanyakan dari mana asal
muasal diperoleh teknik “timbangan perkalian” itu. Lantaran beberapa kali diuji
coba selalu dan pasti tepat membuat mereka penasaran, sebab hasilnya tidak
satupun yang meleset.
Secara
berkelakar saya katakan, sudahlah terima saja, ini hasil utak atik, tapi kalau
mau ajarkan buat anak cucu atau orang lain, agar tidak melanggar hak cipta, jangan
lupa menyebut nama saya tiga kali; “dari M.Syarif Arbi” untuk melegalkan hak
cipta formula tersebut.
Adapun
“Timbangan Perkalian” tersebut formulanya sebagai berikut:
1. Buat
tanda timbangan dengan garis tegak lurus yang memotong garis horizontal
sehingga membentuk symbol “plus”.
2. Angka-angka
bilangan pengali dijumlahkan sehingga menjadi satu digit kemudian letakkan
disumbu atas symbol “plus”.
3. Angka-angka
bilangan yang dikali dijumlahkan sampai menjadi satu digit, letakkan disumbu
bawah symbol “plus”
4. Angka
disumbu atas dan sumbu bawah dikalikan dan hasilnya dijumlahkan sehingga
menghasilkan satu digit, tempatkan di kanan atau kiri sumbu horizontal.
5. Angka-angka
hasil perkalian dijumlahkan sehingga menghasilkan satu digit, hasil penjumlahan
tersebut letakkan di sumbu horizontal berlawanan dengan angka hasil perkalian
dan penjumlahan sumbu atas dan sumbu bawah (butir 4 di atas).
Hasil
perkalian dijamin benar bilamana timbangan tidak jomplang alias berat sebelah.
Sebagai contoh lihat ilustrasi diakhir tulisan saya ini:
Terus
terang perolehan formula ini mulanya,
ketika dulu diri ini masih sekolah es em pe, mulai melakukan kegiatan usaha
dagang kecil-kecilan memanfaatkan sisa waktu pulang sekolah dan hari libur.
Kegiatan usaha itu memanfaatkan jarak karena ketika itu jarak sepuluh-limabelas
kilometer sudah cukup jauh di kampungku, disebabkan belum banyak yang punya
kendaraan bermotor, apa lagi angkutan umum. Tambahan pula beberapa kampung
dengan kota dipisahkan oleh sungai yang hanya dapat diseberangi dengan sampan. Jarak
tempuh itulah kumanfaatkan semasa anak-anakku untuk mendapat keuntungan dengan
membawa komoditi dari kota ke pedesaan yang jaraknya berbilang sepuluh sampai
limabelas kilometer itu. Sementara dari rumah-rumah penduduk diperoleh minyak
goreng terbuat dari fermentasi santan kelapa dimasak (kebun sawit baru mulai
ada 50 tahunan sesudah itu). Juga diperoleh telor ayam (waktu itu belum ada
telor ayam petelor seperti sekarang ini), semua telor asalnya dari ternak
biasa, ayam kampung. Harga minyak kelapa manual produk rumahan itu di pedesaan
antara Rp 6,50 sampai Rp 7.00 per botol
bekas botol bir. Sekitar (650 cc). Minyak kelapa yang dibeli dari rumah ke
rumah itu ditampung dalam kaleng kapasitas 35 botol. Kendaraanku sanggup
dimuati tiga kaleng. Satu di tengah, satu dikiri satu lagi dikanan tempat
boncengan dimodivikasi. Sekali angkut pulang sekolah dapat sekitar 100an botol
kalau semua kaleng penuh. Penjualan ke pengepul minyak kelapa di kota tidak
pakai takaran botol, mereka pakai timbangan. Berat minyak ternyata bervariasi,
tergantung proses pengolahan minyak. Minyak tua karena memasaknya sampai
berwarna kekuningan dapat sampai 650 gr per botol. Sedangkan minyak muda karena
memasaknya kurang lama sehingga warnanya masih agak jernih condong kehijauan,
berat maksimalnya 600 gr per botol, kwalitas ini gampang tengik tak tahan
disimpan lama. Kepiawaian menilai minyak inipun merupakan ilmu tersendiri,
kemudian harus dipilah dimasukkan kaleng yang berbeda, agar pengepul tidak
kecewa. Sebab harga di pengepulpun berbeda menurut kwalitas ini. Begitulah
cerita minyak kelapa rantai distribusinya dari rumah penduduk ke perantara
antara pengepul dan produsen, kemudian terus ke agen besar ada yang langsung di
konsumsi orang sekota dan ada yang sampai ke ibukota provinsi untuk
disistribusikan lagi ke kota lain yang bukan penghasil perkebunan kelapa.
Diantaranya dijadikan bahan baku produk lain, seperti sabun. Belum lagi bila dikisahkan
tentang telor ayam yang dibeli dari rumah-rumah penduduk dibawa bersama minyak
yang penempatannya di sepeda lelaki di bagian tengah (silinder penghubung stang
dangan tempat duduk) dan juga digantung pada kranjang dikiri kanan stang.
Dari
jual beli inilah, karena zaman itu belum ada kalkulator, perkalian dengan
manual, kalau toko pengepul biasanya pakai Sempoa. Untungnya kami dulu sejak SR
sudah dilatih menghafalkan kali-kalian dari satu sampai sepuluh. Kalau tak
hapal distrap disuruh berdiri di depan kelas. Rata-rata kami dulu SR kelas
empat sudah hafal betul kali-kalian dari satu sampai sepuluh bahkan ada yang lebih
dari itu. Itulah hal yang positip belum adanya kalkulator seperti sekarang ini.
Guna
pengujian perkalian itulah diperlukan “Timbangan Perkalian” dimaksud, agar
tidak menderita rugi untuk diri sebagai pedagang kecil, atau merugikan langganan
dari rumah produksi.
Adapun
formula tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Misalnya
membeli 27 botol minyak yang dari sebuah rumah, dengan harga Rp 6,50 (enam
rupiah limapuluh sen) per botol. Harus dibayar sejumlah Rp 175,50 (seratus
tujuhpuluh lima rupiah lima puluh sen).
Untuk menguji sudah benarkah pembayaran itu, gunakan “Timbangan Perkalian”,
cukup diguratkan di tanah. Buku barang mahal dan bolpen belum ada waktu itu. SR
masih pakai “Batu Tulis” dan “Grip”
Timbangan
perkalian dapat digambarkan sebagai berikut:
9
9
9
2
Keterangan
gambar:
Angka
yang dikali 27. Angka dua ditambah angka tujuh adalah “9” . letakkan angka “9”
disumbu atas.
Angka
pengali adalah 6,50. Enam ditambah lima ditambah nol adalah 11 dijadikan satu
digit adalah 2. Letakkan angka “2” di sumbu bawah.
Angka
disumbu atas “9” dikalikan angka sumbu bawah “2” adalah 18 dijadikan satu digit
adalah “9” letakkan di kanan atau dikiri timbangan.
Hasil
perkalian 175,50 . satu ditambah tujuh ditambah lima ditambah lima ditambah nol
adalah 18 dijadikan satu digit adalah “9”.
Letakkan disisi yang berlawan dengan hasil perkalian sumbu atas dan sumbu bawah. Ternyata perkalian ini benar,
sebab seimbang antara kiri dan kanan sama sama menunjukkan angka “9”.
Untuk
meyakinkan anda akan kebenaran formula ini silahkan mencobanya sendiri dengan
sederet angka yang lebih panjang, ditulisan ini saya buatkan contoh lagi
misalnya telor ayam dibeli dari penduduk sebanyak 13 butir @ Rp 1,75 = Rp 22,75
dengan cara sama diperoleh:
4
7
7
4
Minyak
dibeli dari rumah penduduk total tiga kaleng setelah ditimbang; Kaleng pertama 17,95 Kg sedang kaleng kedua 17,80 Kg. kaleng
ketiga beratnya 16,20 Kg. jumlah 51,95
kg. diterima pengepul seharga Rp 13,-/kg. Hasil penjualan ke pengepul Rp 675,35
dibulatkan Rp 675.- sisa Rp 0,35 jadi cacatan pengepul. Dengan pola yang sama
formula diterapkan ternyata perkalian benar sisi kiri dan kanan sama angka “8”
2
8
8
4
Untuk sektor minyak hari itu adalah pembelian 90 botol kali Rp 6,50,- = Rp 585,-
Hasil
penjualan minyak 51,95 Kg = Rp 675,- laba Rp 90,- lumayan untuk anak seusia es
em pe. Kegiatan usaha ini kutekuni sampai awal SMA, selanjutnya pindah usaha
jadi penjahit. Tapi yang berkesan adalah perhitungan “Timbangan Perkalian” dari
transaksi-transaksi tersebut semasa belum ada kalkulator teringat sampai sekarang
dan kuturunkan kepada siapa saja kalau kebetulan membicarakan perkalian ketika
saya mengajar di beberapa tempat seringkali untuk audience para pengusaha yang
biasanya urusan teknis detil begini sudah tidak campur, kan ada pegawai. Tapi
kalau mengerti teknik ini bagaikan pegang kunci.
Pembaca
dapat menguji formula ini dengan sederetan angka yang dikali dan sederetan
angka pengali. Pasti hasilnya imbang kalau perkaliannya benar.
Telah
puluhan tahun saya sering diundang ngajar baik di Jakarta maupun diluar daerah,
di hotel-hotel atau instansi terkait dengan bidang yang karenanya saya
diundang, juga mahasiswa di kampus, formula ini dibanyak kesempatan sempat saya
tampilkan, kelihatannya asing bagi audience. Oleh karena itu sekalian saya
tulis di blog saya ini. Agar kiranya para pembaca yang belum mengetahui formula
ini mengetahuinya dari saya. Kemudian bila meneruskan “Timbangan Perkalian” ini
kepada orang lain, jelas mendapat sumber dari “M. Syarif Arbi”. Kecuali ada
pembaca yang dapat menjelaskan, membuktikan bahwa “Timbangan kali” ini pernah
lebih dahulu dipublikasikan orang lain. Ku yakin kalaupun ada orang
mempublikasikan “Timbangan Perkalian” ini lebih dahulu, bukan dari beliau
formula ini kudapat.
Maaf gambar dari naskah aslinya tidak muncul ketika dipindah ke blog. Maklum belum canggih
Maaf gambar dari naskah aslinya tidak muncul ketika dipindah ke blog. Maklum belum canggih
No comments:
Post a Comment