PETA Berisikan gambar
memberi arah tentang lokasi, alat bantu bagi orang dalam perjalanan di darat,
di laut bahkan di udara. Kini penggunaan kata
“Peta” semakin meluas, “Persoalan” juga dapat dipetakan, maksudnya
dilakukan inventarisir apa saja masalah yang dihadapi untuk dicarikan solusi
tahap demi tahap. Terakhir sedang sibuk disusun “PETA RAWAN KORUPSI”. Ini
merupakan pertanda bahwa “korupsi” sudah berada di semakin banyak tempat,
sehingga dapat disusun “Peta”. Juga dapat diartikan “korupsi” sudah semakin
susah dilacak, sehingga untuk mencarinya di butuhkan “Peta”.
Sezaman kami es em pe doeloe, ada namanya “Peta Buta” yaitu
memuat gambar pulau-pulau dan kota-kota tapi tidak ditulis namanya, untuk
menguji pengetahuan murid, sudah dapatkah menulis nama pulau dan kota di “Peta
Buta” itu.
“Peta Rawan Korupsi”
itu nanti apakah berupa “Peta Buta”?. Tapi yang jelas di Indonesia “orang buta”
saja sanggup melihat korupsi dimana berada. Sebab melalui penciuman dan
pendengaran korupsi dapat diketahui, tapi susah dibuktikan, itu barang kali
mengapa “Peta Rawan Korupsi” sudah perlu disusun.
Kalau “Peta” untuk
menunjukkan lokasi, pembuat pertama dari “peta” tersebut adalah orang atau team
khusus yang menjalani/mengunjungi tempat-tempat yang kerenanya dibuat peta
lokasi itu. Giliran “Peta Rawan Korupsi”, apakah harus dibuat oleh orang yang
pernah menjalani korupsi atau orang yang pernah berhubungan dengan korupsi.
Bila demikian, ada kemungkinan peta itu sangat akurat, atau sebaliknya peta itu
paling ngacau. Kemungkinan pertama Peta akan jadi sangat akurat karena dibuat
yang mengalami langsung. Kemungkinan kedua; peta akan jadi ngacau/merancukan/bias,
sebab si pembuat akan melindungi diri, atau group mereka, sebagaimana dimaklumi
bahwa korupsi tak mungkin dilakukan sendirian. Semoga dalam waktu tidak terlalu
lama lagi telah dijual di toko-toko buku “Peta Rawan Korupsi” seperti peta-peta
pulau-pulau, peta dunia, agar generasi berikut sudah tak susah lagi mencari
koruptor. Wallahu alam bisshawab.
No comments:
Post a Comment