Apakah
anda nanti dapat mencapai karier seperti Adam Malik, atau B.M. Diah, atau
Rosihan Anwar. Begitu pertanyaan yang diajukan Karni Ilyas yang ketika itu kami
masih se profesi, di kwartal pertama tahun 1973 bertempat di suatu rumah makan di
bilangan Jl. Ketapang, belok kiri dari Jl. Gajah Mada arah ke Kota, daerah
Harmoni. Pertanyaan itu diajukan Karni sehubungan ada peluang untuk saya pindah
profesi kerja di bank. Pertimbangan rekan-rekan seprofesi, saya butuhkan karena
limit keputusan harus diambil hanya sehari itu. Kawan dekat saya dari wartawan
Kompas, Sinar Harapan waktu itu juga hadir memberikan pertimbangan. Agaknya
ketiga tokoh di atas jadi acuan, lantaran beliau-beliau itu adalah wartawan
terkenal setidaknya di era tujuhpuluhan.
Kalau
anda kira-kira tidak dapat berkarier seperti itu, tinggalkan saja profesi kita
ini, sebab tidak bermasa depan, sedangkan di bank masa depan sudah teratur dan
terukur, demikian paham yang disarankan kepada saya. Akhirnya keputusan saya
ambil dan selamat tinggal profesi jurnalis yang sudah kugeluti sejak usia dini
sebelum tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) itu.
Kini
peristiwa itu telah jauh berlalu untuk ukuran tahun, tetapi rasanya singkat
saja untuk ukuran pengalaman, seperti baru kemarin-kemarin dulu saja. Padahal
sudah 40 tahun yang silam, semuanya sudah banyak berubah dan diri inipun sudah
pensiun dari dinas di perbankan setelah menjalani tugas 27 tahun. Benar juga
kata teman-teman yang kuajak runding itu, bahwa mereka yang masih menekuni
profesi wartawan belum pensiun sampai sekarang, karena memang tidak ada istilah
pensiun untuk wartawan.
Beberapa
tahun silam setelah saya dimutasikan ke Jakarta, Karni Ilyas pernah kukunjungi,
di kantornya ketika itu masih di Majalah. Secara berkelakar kukatakan padanya,
bagaimana nanti kalau saya sudah pensiun dari bank, balik lagi gabung dengan
anda. Jawabnya “habitat” kelihatannya sudah berbeda. Biasanya kalau hewan yang
sudah terbiasa dipelihara manusia, bila dikembalikan ke habitatnya terkendala
mencari makan.
Bersyukur
saya tidak terhingga dengan keadaan seperti sekarang ini, telah selamat sampai
pensiun dari bekerja di bank. Sebab menurut hemat saya bahwa salah satu wujud
sukses seorang bekerja di instansi pemerintah terutama di bank adalah mencapai
pensiun, sebab ada beberapa diatara rekan sekerja saya yang tak mencapai pensiun
kandas ditengah dinas tak dapat menahan godaan.
Alhamdulillah
sayapun saat ini belum juga pensiun, oleh Kopertis dipercaya sebagai guru, di tetapkan
jadi pengajar tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan juga masih sering
diundang untuk pelatihan-pelatihan oleh institusi swasta dan instansi
pemerintah sebagai narasumber baik di
Jakarta maupun luar Jawa. Buku tulisan sayapun cukup menambah hasanah pustaka
dengan telah terpublikasi sampai saat ini 6 judul buku, diantaranya sudah cetak
edisi kedua.
Jika
saya terus di profesi yang dulu, apakah akan dapat mencapai karier seperti
sebagian teman ada yang sampai pernah menjadi Jagsa Agung contoh Abdurahman Saleh, senior saya yang sama sama pernah se kantor menjadi
wartawan di Harian Nusantara Jakarta. Atau menjadi Duta Besar dan Menteri. Dalam pada itu ada juga teman-teman yang
ketika masih dinas di bank, saya sering dikunjungi, tetap saja seperti yang
dulu alias tidak merambat maju. Diposisi manakah saya, bila terus berkarier di
bidang jurnalistik wallahu alam bishawab. Yang jelas posisi sekaranglah yang
terbaik buat saya serta menyenangkan.
Jadi
semua itu adalah panggilan nasib, guratan tangan yang telah ditetapkan oleh
pencipta ketika diri ini siap dijadikan manusia.
“…………….., kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian
diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia
diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya
dan kecelakaan atau kebahagiaannya……………………” Begitu bunyi hadits “Arbain An-Nawawi, memetik
kabar hadits dari Abu Abdurrahman Abdullah
bin Mas’ud radiallahuanhu.
Demikian tulisanku ini semoga ada manfaatnya utamanya untuk kawula
muda, anak dan cucuku. “Ternyata hidup ini adalah pilihan, bagaikan
membidik sasaran dengan anak panah. Walau busur dibentang anak panah dilesatkan
dari tempat berdiri yang sama, mencapai sasaran yang berbeda tergantung arah
bidikan, kondisi pembidik dan arah angin.” Untaian kisah itu benar terjadi jika hendak
dikonfirmasi diantara tokoh cerita orang cukup terkenal masih ada. Tapi
nampaknya ia sangat sibuk terus menerus mempersiapkan tampilan ILC.
No comments:
Post a Comment