Sunday, 27 July 2025

Menyoal Ke PALSU an

No: 1.340.09.07-2025 Dikisahkan: M. Syarif Arbi. Di keseharian, secara sederhana “palsu” diartikan “tidak asli”. Di keseharian juga ada palsu yang justru sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan, seperti misalnya “Gigi Palsu”, “Kaki Palsu”. Ahli pembuat gigi palsu, dengan terbuka menyatakan keahliannya membuat gigi palsu, bahkan dibuat papan pengumuman di depan rumah praktek: “Ahli Pembuat Gigi Palsu”. Begitu juga ahli pembuat “kaki palsu”, jika pembaca punya waktu luang dapat buka Google ada beberapa video yang menayangkan cara pembuatan kaki palsu, di video itu tampak proses serta peralatan dan karyawan yang sedang menangani pembuatan kaki palsu. Bagi yang berkepentingan dapat langsung datang, karena model, ukuran yang diperlukan sangat khusus individual. Jadi soal ke-palsu-an ini juga terang-terangan. Ketika masih kerja dulu, jika ada nasabah minta kredit meyerahkan jaminan sertifikat tanah (terutama tanah kosong), juklaknya; sertifikat harus dicek lebih dahulu di instansi penerbit sertifikat, untuk minta penegasan (tertulis) keasliannya. Selanjutnya diadakan peninjauan lapangan (on the spot). Pernah terjadi suatu model ke-palsu-an atas keabsahan sertifikat, walau sudah mendapatkan verifikasi. Dua orang petugas bank ketika on the spot, setiba di lokasi dengan diantarkan nasabah, mengatur teknik peninjauan lapangan sbb: • Petugas “A” ikut serta dengan nasabah, dimana rupanya di lokasi sudah ada dua orang berbapakai uniform Desa menanti petugas on the spot. • Petugas “B”, minta izin untuk masuk agak kedalam hutan, pamit ada keperluan akan ke kamar mandi atau sumur, kenyataannya petugas “B” mencari penduduk setempat tetangga lahan tersebut. Tujuannya menghimpun informasi. Perlu ditambahkan kejadian ini lebih dari 30 an tahun lalu, waktu itu belum ada “GPS” (Global Positioning System). Sampai di kantor, kedua petugas on the spot menghimpun data, petugas yang ikutan dengan nasabah, ditunjukkan batas2 tanah disaksikan dua orang berpakaian dinas Desa. Tentu saja melakukan pemotretan (ketika itu potret masih pakai kamera diisi film yang nanti akan dicuci dan dicetak). Sedangkan petugas “B”, menerima informasi dari penduduk yang dikunjunginya numpang ke sumur, bahwa tanah itu milik seseorang yang namanya bukan seperti dalam sertifikat foto copy yang diperlihatkan kepada penduduk tersebut. Dengan bijak, petugas “B” mengajak penduduk itu (sebut saja pak Ujang = bukan nama sebenarnya) mendekat ke kerumunan temannya, nasabah dan dua petugas berpakaian seragam Desa dari kejauhan, tetapi berusaha tidak terlihat berlindung di dedaunan dan pohon hutan. Pak Ujang mendadak menarik tangan petugas sambil membisikkan bahwa yang berpakaian seragam itu, dikenalnya warga sekitar sini, dianya bukan petugas Desa. Dia berdua se-hari2 sebagai pedagang di pasar setempat. Agaknya mereka sudah mengatur sandiwara untuk menyakinkan petugas on the spot. Mungkin bila kredit berhasil si penyamar dapat imbalan. Kredit tidak jadi dicairkan, dengan bijak permohonan ditolak dengan alasan yang dapat diterima nasabah, tetapi tidak menyebutkan bahwa keraguan akan keabsahan tanah dan sertifikat tersebut. Boleh jadi sertifkat itu asli, tapi lokasi diragukan. Kreditor tidak ingin bermasalah dikemudian hari bilamana terjadi risiko atas kredit yang diberikan. Berbicara soal Ke-PALSU-an; Al-Quran meng-istilah-kan "palsu" sama dengan "kebohongan" (kedustaan) yaitu segala bentuk pernyataan atau tindakan yang tidak sesuai dengan kebenaran, baik yang disengaja maupun tidak. Allah mengecam keras perbuatan dusta dan menyebutnya sebagai perbuatan yang tercela dan dapat menjauhkan seseorang dari keimanan. Surat An-Nahl Ayat 105: إِنَّمَا يَفْتَرِى ٱلْكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰذِبُونَ “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”. Surat Al-Furqan Ayat 72: وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًا “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dalam hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan: آيَة الْمُنَافِق ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اُؤْتُمِنَ خَانَ “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu (1) ketika berbicara ia dusta, (2) ketika berjanji ia mengingkari, dan (3) ketika ia diberi amanat ia berkhianat). Selain itu, Rasulullah ﷺ juga menegaskan untuk umat-nya tidak berbohong. عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’” (Abu Dawud no.4989) Orang yang suka berbohong membuat ke-palsu-an sudah dipastikan azab yang pedih oleh Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT telah berfirman, فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ‌ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۙۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.” (Q.S. Al-Baqarah : 10) Allah memberikan peringatan keras terhadap perbuatan ke-Palsu-an alias dusta, semoga yang mengaku diri beriman dapat memenuhi seruan Allah untuk selalu berkata jujur dan menjauhi segala bentuk ke-palsu-an. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن , وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين , اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 27 Juli 2025, 2 Safar 1447H.

No comments:

Post a Comment