Puluhan tahun jalan-jalan raya di kota Bagdad bersih dari
kotoran Kuda dan Keledai yang sehari-hari hilir mudik di jalan raya sebagai
sarana transportasi kala itu.
Suatu hari di tahun 227 H kurang lebih sama dengan tahun 841
Masehi, kejadian aneh meliputi jalan di kota Bagdad, karena mulai hari itu
tidak biasanya Keledai buang kotoran (Berak) di jalan raya. Sebelum itu; telah
puluhan tahun tidak pernah ada seekor Kuda atau Keledai yang buang hajad di
jalan, mereka tertib baru melepas hajadnya di kandang di rumah tuannya atau di
pangkalan mereka ngumpul.
Seorang pemilik Keledai, melihat fenoma itu lantas
mensinyalir “mungkin orang alim dikota ini telah meninggal dunia”. Segera
mereka mencari tau kebenaran sinyalemen tersebut. Ternyata benar telah meninggal
dunia seorang yang teramat taqwa di kota Bagdad bernama Bisyr bin Harits
dikenal juga sebagai Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi. Lahir tahun 150 H
wafat tahun 227 H.
Bisyr
al-Hafi, semula adalah seorang pemuda berandalan, namun sejak mendapat hidayah,
dianya menjadi orang yang taqwa. Perubahan perilaku Bisyr, ketika suatu hari
sepulang dari mabuk-mabukan, di tepi jalan dianya menemukan secarik kertas bertuliskan
“Bismillaahirrahmaanirahiim”. Dipungutnya secarik kertas tersebut, dengan sisa
uang dikantongnya dia mampir ke toko minyak wangi, kemudian secarik kertas
tersebut ditaburinya/disiraminya minyak wangi, selanjutnya disimpannya rapi
dirumahnya. Hari- harinya berikut perilakunya tetap dengan mabuk-mabukan.
Sampai suatu hari seorang Alim di kota Bagdad bermimpi dia diperintahkan Allah
mengatakan kepada seorang pemuda bernama
Bisyr “Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan
dirimu, Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu.
Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi
kebesaran Ku niscaya kuharumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti”.
Orang
alim tersebut mencari pemuda yang nama Bisyr, didapati tengah pesta minum angur, setelah ketemu dengan orang alim
itu dan menerima kabar tentang Allah akan memuliakannya, akan mensucikannya dan
mengharumkan namanya, sebagai balasan atas sikap pemuda berandalan ini menharumkan
nama Allah, maka mulai hari itu diapun berubah menjadi orang yang saleh dan
taqwa. Pemuda Bisyr tersentuh hatinya
dan mulai saat itu ditinggalkannya masa lalunya yang kelam dan mulai dia
memasuki masa menjadi orang yang saleh dan taqwa sejak saat itu sampai akhir
hayatnya.
Demikian
kisah disarikan dari “Majalah Nabawi Edisi 106/Zulqaidah-Zilhijjah 1435H”
Dari
kisah ini dapat dipahamkan bahwa:
1.
Ada korelasi antara adanya orang taqwa yang diam
disuatu kota dengan kenyamanan dalam kota tersebut, lebih luas lagi jika
penduduk suatu negeri bertaqwa, walau hanya diwakili seorang saja,
sampai-sampai mahluk Allah yang bernama Keledai, Kuda saja menghormatinya
sehingga enggan untuk buang kotoran di jalan.
2.
Perlu kita introspeksi, jangan-jangan kota kita
ini, di provensi kita ini, negeri kita ini sudah tak ada lagi seorangpun orang
yang benar-benar taqwa kepada Allah. Memang sudah tidak ada lagi Keledai atau
Kuda buang kotoran di jalan, lantaran sekarang Keledai dan Kuda bukan lagi jadi
alat transportasi. Tetapi air turun dari langit membuat banjir jalan-jalan. Air
turun dari langit membuat tanah menjadi longsor, sungai meluap, jembatan roboh,
gunung meletus, angin putting beliung sering terjadi dimana-mana.
3.
Bahwa seseorang yang tadinya brandalan,
sepanjang masih belum maut datang menjemputnya sungguh masih berpotensi untuk
jadi orang saleh, orang taqwa jika Allah memberikan hidayah-Nya. Dapat saja hari
ini dianya bermulut Toilet, kalau datang hidayah Allah besok atau lusa dianya
bermulut Restoran bahkan mungkin bermulut Kasturi.
4.
Bahwa rupanya Allah memberikan Hidayah untuk
pemuda Bisyr, karena memang bagaimanapun berandalnya dia, di dalam sanubarinya
menaruh rasa hormat kepada Allah, walau hanya dengan perwujudan memberikan
minyak wangi dan menyimpan secarik kertas yang ditemukannya di pinggir jalan
bertuliskan nama Allah “Bismillaahirahmaanirrahiiim”. Rasa hormatnya masih ada,
tidak malah menghina nama Allah, tidak malah menghina kitab suci yang
diturunkan Allah.
5.
Ternyata, cukup ada seorang saja disuatu kota
benar-benar taqwa, Allah memeliharakan kenyamanan kota tersebut, hingga hal yang
sangat kecil semisal dari kebersihan jalan dari kotoran (pada zaman itu kotoran
Keledai dan Kuda).
Semoga
kisah ini menginspirasi kita semua, sehingga maulah sejenak merenung diri sudah
sampai seberapa kadar taqwa yang ada dalam diri, untuk senantiasa ditingkatkan.
Karena nampaknya sungguh kadar ketaqwaan kita berkorelasi dengan bencana alam
yang sering mendera kota kita, mendera negeri kita. Walhu ‘alam bishawab.
No comments:
Post a Comment