Semut
dalam botol, apalagi botolannya di tutup tentu sudah tak mungkin untuk keluar
mencari makan. Makluk sekecil apapun, kuman misalnya untuk kelangsungan
hidupnya sudah pasti harus makan. Bila tidak makan tentu dalam jangka waktu
tententu akan mati.
Al-
kisah seekor semut pekerja yang sedang gesit mondar mandir di atas sebuah batu,
dalam aktifitasnya mencari makan, bertemu dengan Nabi Sulaiman. Dalam dialog
singkat, semut menyatakan kepada nabi Sulaiman bahwa dianya yakin bahwa setiap
hari pasti ada saja rezeki yang disediakan Allah untuknya asalkan ia berihtiar
untuk mencari rezeki itu. Nabi Sulaiman bertanya “seberapa banyak si rezeki
yang kau butuhkan setiap bulan hai semut” (ada yang mengisahkan sebulan ada
yang mengisahkan setahun). Semut menjawab makanan yang dibutuhkannya sebutir
gandum. Oleh karena itu semut tersebut diambil oleh Nabi Sulaiman dan
dimasukkan ke dalam sebuah botol. Untuk makan semut itu oleh Nabi Sulaiman
dimasukkan sebutir biji gandum.
Ketika
masa makanan diperkirakan habis, Nabi
Sulaiman melihat botol semutnya. Ternyata biji gandum hanya habis setengahnya.
Nabi Sulaiman mengatakan kepada semut “engkau
ternyata berbohong hai semut”, seperti diceritakan di atas bahwa semut
mengaku bahwa JADUP nya sebutir biji gandum. Semut menjelaskan: “Kini engkau aku kurung, rezekiku engkau yang
mengatur, maka aku makan hanya separo dari kebutuhanku yang biasanya, untuk
berjaga-jaga bilamana engkau lupa memberiku butiran gandum di masa berikutnya ke depan. Beda
dengan bila aku berada di alam bebas, Allah tak akan pernah lupa memberiku
rezeki setiap hari, karena engkau manusia yang tak luput dari hilaf dan lupa,
sedangkan Allah tak akan pernah hilaf dan lupa”.
Kisah
ini, memberikan pelajaran kepada kita:
1.
Bahwa bagaimanapun dilengkapi kebutuhan hidup,
setiap makluk akan lebih tentram jika hidup di alam bebas.
2.
Bahwa rezeki haruslah diihtiarkan untuk
mendapatkannya dengan terus beraktifitas, walaupun belum diketahui dimana
tersedia rezeki itu.
3.
Bahwa manusia melaksanakan janjinya masih belum
pasti, adakalanya lupa atau sesuatu lain sebab sehingga terlalaikan.
4.
Seekor semutpun cukup bijak untuk menyikapi
hidup ini, dalam keadaan tertentu sanggup melakukan tindakan berjaga-jaga untuk
hari-hari kedepan.
5.
Tawakkal seekor semut patut diteladani, ia yakin
akan rezeki yang tersedia untuknya senantiasa disiapkan oleh Allah. Ketika
penyediaan rezeki diambil alih oleh manusia, maka timbul ketidak yakinannya.
6.
Disamping itu bahwa dalam Masyarakat semut,
memang melakukan pencadangan makanan diwaktu yang akan datang sudah biasa
mereka lakukan karena dalam sarang semut tersedia gudang makanan. Di dalam
sarang semut juga ada perkebunan jamur. Dalam Masyarakat semut juga telah
tersusun pembagian tugas dan kewajiban masing-masing semut dan tidak pernah
mereka saling dengki atas peran masing-masing.
Kisah
yang sudah sering dikisahkan, dikisahkan kembali untuk dicoba diambil maknanya,
semoga.
No comments:
Post a Comment