Singa,
adalah binatang sejenis kucing paling doyan tidur, konon hewan ini butuh tidur
19 jam perhari. Meskipun hanya terjaga 5 jam-an sehari dan tentunya bekerja
untuk mencari rejeki kurang dari 5 jam, (sebab begitu bangun dari tidurkan
perlu penyesuaian beberapa menit baru melangkah), namun rejeki untuk
masing-masing Singa di hutan belantara sana tetap tersedia.
Seeokor
anak Rusa, lapor sama induknnya: “Raja
hutan itu sekarang sudah bukan musuh kita lagi, sebab kemarin saya pipis
didekatnya, dia diam saja sama sekali tidak berkeberatan”. Dasar anak Rusa
belum banyak pengalaman, dia tidak mengerti bahwa begitulah Singa, kalau lagi
tidur, biarpun ada mangsa dia tak akan gubris. Selain itu Singa kalau sudah
kenyang, kalaupun ada Menjangan liwat di depan hidungnya sekalipun, dia tidak
apa-apakan. Asal jangan dibangunkan; sebab ada pepatah “Jangan Membangunkan
Harimau Tidur”, Singa sama buasnya dengan Harimau.
Beda
sekali “Raja Hutan” dengan “Raja Kota”. Sebagian Raja kota selagi ada
kesempatan, semuanya dilahap, untuk cadangan setelah tidak menjadi “Raja Kota”
lagi. Dikumpulkan sagalanya, untuk persiapan sampai tujuh turunan.
Juga
berbeda dengan pemburu. Ketika kumasih hidup dekat dengan hutan, masih muda
usia, pernah ikutan berburu Menjangan. Suatu ketika setelah masuk hutan
beberapa jam, rombongan kami bertemu dengan kawanan Rusa lebih dari setengah
lusin. Masing-masing kami yang ditangannya ada bedil, berunding sesaat untuk
menentukan bidikan masing-masing. Dor-dor-dor senjata meletus, tiga ekor rusa
tumbang, sementara kawanan lainnya lari tunggang langgang, mendengar bunyi
letusan. Andaikan semua Rusa tadi dapat tertembak, tentulah tidak satupun
rombongan kami membiarkan mereka masih hidup. Kalau Singa, meskipun mereka
berburu bersama, maka dari serombongan Rusa, mereka hanya tangkap satu,
dagingnya dimakan bersama kadang sekeluarga. Sedangkan kalau pemburu, bila
dapat dagin Rusa bukan hanya untuk dimakan saja, tapi sebagian diawetkan menjadi dendeng.
Itu
mungkin semboyan koruptor, kalau dapat kesempatan korupsi ambil
sebanyak-banyaknya, bukan hanya untuk dipergunakan saat ini, tapi disimpan
bagaikan dendeng untuk dapat dinikmati setelah tidak lagi punya kesempatan
berburu.
Itulah
sebabnya manusia kalau punya kesempatan jadi pemburu duit, baik melalui usaha
legal, maupun usaha tidak legal, misalkan punya kesempatan korupsi, maka akan
korupsi sebanyak-banyaknya. Sebab di masa lalu, kadang korupsi yang
besar-besaran malah gampang lolos dari jerat hukum. Kalau korupsi yang kecil
malah terjerat, kerena besaran korupsinya tak cukup dibagi untuk ongkos untuk
melonggarkan jerat hukum.
No comments:
Post a Comment