Semua
manusia yang ber-KETUHAN-an, tak akan membantah bahwa dirinya terlahir ke dunia
dan masih hidup sampai saat ini adalah karena
NIKMAT Tuhan. Karena itu kemudian yakin betul bahwa nikmat Tuhan itu demikian
banyaknya, diperoleh terus menerus sejak lahir sampai hidup berakhir. Benarlah
ungkapan bahwa nikmat Tuhan itu tak sanggup kita menghitungknya sekalipun
dengan alat yang demikian canggih.
Kami
penganut agama Islam, Allah telah memberikan penegasan setidaknya di surat
Ibrahim ayat 34 dan Surat An-Nahl ayat 18 bahwa Nikmat Allah Itu begitu banyak
sehingga tak mungkin dapat dihitung, dengan redaksi ayat “WA IN TA’UDDUU NI’MATALLAHU
LAA TUHSHUUHAA” (DAN JIKA KAMU
MENGHITUNG NIKMAT ALLAH NISCAYA KAMI TIDAK AKAN MAMPU MENGHITUNGNYA). Bagi
orang Muslim, kalau sudah ada peringatan Allah demikian ini, langsung menerima.
Jadi ndak akan mencoba menginventarisir segala nikmat itu, jelas sia-sia tak
akan berhasil.
Namun
demikian agar kiranya kita mampu bersyukur, sepertinya ada baiknya jika kita kenali
kelompok besar Nikmat Allah yang saban hari kita rasakan sampai hayat ini
terhenti. Kucuba mengelompokkan nikmat Allah tersebut dalam 7 (tujuh) kelompok
besar yaitu:
1.
Nikmat beragama. Dengan nikmat ini kita
hidup merasa tidak sendiri, ada Allah yang mendampingi kita, ada Allah yang
senantiasa membantu menyelesaikan segala urusan kita, ada tempat bergantung dan
menyerahkan diri. Kalau sudah ikhtiar dilakukan maksimal masih tertumbuk ke
jalan buntu Allah menjadi tempat sandaran. Sehingga Rasulullah s.a.w. mengajarkan
doa penyerahan diri “Allahuma inni aslamtu nafsi ilaika (ya Allah aku serahkan
diriku kepada Engkau), ………… dan seterusnya…… la malja a wala manja minka ilaika
(tidak ada tempat berlindung lain dan tidak ada tempat melarikan diri dari
Engkau kecuali lari kepada Engkau jua) ……..” (dirawikan Buhari Muslim dari kitab Ryadhush
Shalihin Imam Nawawi)
2.
Nikmat ditangguhkan siksa/hukuman atas
dosa. Tidak dapat dibayangkan, kalaulah Allah memperlakukan kita sebagaimana
hukum dunia. Begitu kita berbuat dosa (Allah jelas mengetahui/melihat dosa kita
itu), langsung diberikan hukuman. Mungkin para pembaca sudah dapat mengukur
sendiri apa kira-kira yang akan diterima. Beda dengan kesalahan melanggar
ketentuan pidana, kalau ketangkap langsung disidangkan dan masuk penjara.
3.
Nikmat diberikan peringatan jika berbuat
dosa. Jika kita berbuat dosa, agar maulah kita mengoreksi diri untuk tidak
mengulangi perbuatan dosa tersebut dan menebusnya dengan berbuat kebaikan,
kadang Allah memberikan peringatan. Peringtan tersebut dapat datang dari diri
sendiri (dari hati nurani karena manusia sesungguhnya diberikan nurani yang
baik). Dapat juga peringatan itu berupa musibah diberikan Allah agar pendosa
tersebut sadar bahwa atas kesalahannya di tegor oleh Allah.
4.
Nikmat diberi kesempatan bertaubat. Atas
nikmat butir 2 dan butir 3 di atas Allah memberi kesempatan buat kita
bertaubat. Dijanjikan biar dosa bertumpuk sampai tinggi mencapai langit jika
bertaubat maka Allah dengan serta merta mengampuni asalkan dengan Taubatan
Nashuha (yaitu taubat yang sungguh-sungguh), yaitu menyesali perbuatan dosa,
bertekad tidak mengulangi dan mengiringi dengan perbuatan baik (refer ke surat
Az-Zumar 53) “Katakanllah “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang”
5.
Nikmat terpilih menjadi ahli ibadah.
Tidak semua orang yang terpilih jadi Ahli Ibadah. Buktinya jika hari jum’at
tiba, kalaulah semua orang muslim terpilih menjadi ahli Ibadah niscaya
masjid-masjid tak kan muat, karena konon katanya di Indonesia ini warga negaranya
diatas 85%???? pemeluk agama Islam. Hari Jum’at masih banyak lalu lintas di
jalan raya, suatu pertanda masih banyak orang beraktivitas. Bulan Ramadhan
masih gampang dilihat orang yang merokok dipinggir jalan, sedang kita tau orang
itu tadi warga kampung kita atau jiran kita. Masih banyak rumah makan “BERHIJAB”,
buat orang yang tidak berpuasa padahal dianya Islam. Jadi suatu kenikmatan jika
anda terpilih menjadi ahli ibadah,
6.
Nikmat kesehatan, kesejahteraan dan
keselamatan. Nikmat ini begitu tinggi nilainya, orang dapat beribadah maksimal,
jika sehat, jika sejahtera, jika beribadah terlindung dari ancaman dan mara
bahaya. Walau kadang orang rela bekerja siang dan malam sampai mengabaikan
kesehatannya untuk mencapai kesejahteraan, sesudah itu dia rela pula menghabiskan segala hasil jerih payahnya
berupa harta untuk kesejahteraan itu, bila sakit untuk kembali menjadi sehat. Sungguh
membingungkan harta dicari demi kesejahteraan, bila perlu mengabaikan kesehatan.
Dalam pada itu harta itupun dilain waktu direlakan habis untuk mengembalikan
kesehatan.
7.
Nikmat hak pakai atas harta benda.
Berkat pinjaman harta dari Allah kita dapat ibadah maksimal, dengan harta kita
dapat dengan mudah bersadakan, berinfaq, berzakat dan berkorban sampai
menunaikan ibadah haji. Cuma kadang kita lupa bahwa harta yang ada pada kita
hanya sebatas HAK PAKAI. Jika kita kurang pandai memanfaatkannya gampang saja
bagi pemilik aslinya (Allah) mengambilnya.
Demikian,
ikhtiar ku mengenali Nikmat, semoga dengan demikian makin kuat sandaran
bersyukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bila tulisanku
ini keliru adalah mutlak kesalahanku (mohon disaring), karena minimnya ilmu dan
mohon dimaafkan. Jika ada yang benar, tentu datang dari Allah dan Rasul-Nya,
silahkan dipetik dan manfaatkan. Barakallu fikum.
No comments:
Post a Comment