Di
tengah panas terik di suatu jalan raya di sebuah kota di jaman dahalu kala,
tergeletak kotoran Anjing di pinggir jalan (bahasa setempat disebut Tai’ Asu’).
Tai’ ialah kotoran, Asu’ adalah Anjing, dalam kisah ini kita singkat saja “T.A.”.
Selanjutnya
T.A. membayangkan dirinya yang belum
lama dikeluarkan si empunya, sangatlah tidak berguna, setiap orang yang lalu
lalang menghindar, walau sekedar hanya untuk menginjaknya. Pikir T.A. alangkah enaknya jika diri ini manjadi debu
saja, enak ditiup angin ke mana-mana dapat pergi mengalih rasa.
Proses
alam berlangsung, T.A. menjadi kering, baunyapun berkurang, sehingga orang
tidak sengaja kesandung dan T.A. terlempar agak ketengah jalan dan kegilas roda
gerobak terbawa jauh dari tempat asalnya dan hancur. Setelah hancur menjadi
debu, sampai juga rupanya keinginan T.A. untuk menjadi debu saja.
Rupanya
belum lama menjadi debu, banyak pula kesulitannya, terbawa angin kesana kemari
malah tidak dapat menetap, kadang hinggap disepatu, kadang nempel didaun.
Timbul pula keinginan untuk menjadi daun, kendati hanya daun kering, beberapa
diantara debu asal T.A itupun berubah menjadi daun kering.
Setelah
menjadi daun kering, timbul lagi persoalan baru, pagi-pagi sekali sudah datang
orang yang berpakaian kuning-kuning menggumpulkan daun-daun kering dengan
penyapu. Setelah dedaunan kering itu terkumpul dinyalakan api, banyak daun yang
berasal dari T.A. dilalap api tamatlah riwayatnya.
Diantara
dedaunan asal T.A. masih juga ada yang luput dari lalapan api, selanjutnya
mereka meminta lagi menjadi debu kembali, ngeri mereka agaknya melihat sebagian
mereka lenyap dalam kobaran api. Permintaan rupanya masih dikabulkan menjadilah
dia debu kembali dan diantaranya ada yang nempel di sepatu, kebetulan sepatu
seorang Raja. Raja hari itu sedang blusukan kepasar tradisional untuk mementau
kenaikan harga-harga sehubungan dengan kebijakan menaikan harga komoditi rumput
bahan baku penting untuk Kuda penghela Dokar dan Bendi. Rumput juga adalah makanan
pokok Sapi baik penghela gerobak pengangkut barang maupun pembajak sawah. Entah
bagaimana guratan nasib salah sebutir debu asal T.A. ini tertiup angin hinggap
di sepatu Raja. Timbul pikiran ingin menjadi sepatu Raja saja biar menetap tak
tertiup angin ke mana-mana seperti daun dan debu kejadian sebelumnya.
Pengalaman
baru buat debu berasal T.A. ikut ke
istana, sementara sore hari diletakkan di rak sepatu di istana. Keesokan
harinya debu asal T.A. menjadi salah satu sepatu Raja, dikenakan lagi oleh raja
ke ruang rapat. Disitulah T.A. yang kini
jadi sepatu Raja, mendengarkan dan menyaksikan bagaimana Raja memimpin rapat
para menteri, memberikan instruksi-instruksi. Semua menteri patuh dan hanya
mengangguk saja mendengar perintah-perintah Raja. Bukan itu saja para menteri walau
semuanya berpakaian yang sama warnanya dengan si Raja, tapi tetap saja ada
beda, di atas kepala Raja bertengger
mahkota duduk dikursi yang lebih mewah. Terpikir oleh sepatu Raja yang berasal dari
T.A. itu, bahwa sungguh enak jadi
menteri. Menteri apa sajapun kelihatannya enak sekali, pakaian menggunakan
pakaian kebesaran kerajaan. Tapi T.A. yang kini jadi sepatu Raja itu kali ini ingin
cross langsung menjadi Raja saja, sebab jadi menteri masih saja dibawah
perintah Raja, setiap Raja masuk keruangan untuk rapat, sudah ada orang yang
menarikkan kursi, seorang membawakan berkas-berkas dan kaca mata, sementara seluruh menteri berdiri memberi
hormat. Enak banar jadi Raja, semua orang hormat padanya, semua fasilitas
diutamakan, berjalan kemanapun tak ngenal macet. Keiinginan ini memang luar
biasa, tapi pengalaman T.A. selama ini bahwa keinginannya selalu terlaksana,
dia jadi yakin bahwa bukan mustahil baginya jadi Raja.
Wong
namanya dongeng, imajinasi, sanggup
menerobos alam logika, sesuatu yang mustahil secara logika dapat ditembus oleh
imajinasi. Al hasil sang Raja sudah lama kepengen mempunyai keturunan,
kebetulan kini Permaisuri sedang hamil tua, sukma sepatu Raja berasal dari debu
ber muasal dari T.A. yang pernah jadi daun kering itu, masuk kedalam bayi putra
mahkota yang dilahirkan. Singkat kisah, putra mahkota tumbuh menjadi dewasa
yang dialah pewaris tahta, terwujudlah cita-cita T.A. menjadi Raja.
Saatnyapun
tiba, akhirnya T.A. pun berkesempatan jadi Raja, kebijakan yang sudah
diangankannya selama inipun dilaksanakannya. Beberapa kebijaksanaan yang tidak
pupoler diluncurkan Raja besarasal dari T.A. itu, ternyata membuat rakyat
menjadi bertambah miskin. Angka kemiskinan menjadi lebih bersar dua kali lipat
dari Raja sebelumnya. Bersenandunglah para seniman:
Gunung-gunung
meletus pertanda berang.
Sawah
dan ladang diserang belalang.
Bumi
tidak lagi mengeluarkan tambang.
Hutan
lebat berubah menjadi padang hilalang.
Tebing-tebing
langsor menimbun ribuan rumah dan banyak jiwa melayangkan dan memiskinkan banyak keluarga.
Itu rupanya dampak dari Raja yang tidak adil, mentang-mentang kuasa.
Karena
kebijakan Raja baru ini membuat rakyat miskin, ekonomi masyarakat morat marit,
ketahanan negara turun ke titik nadir dan hal itu di manfaatkan oleh kerajaan
tetangga untuk menyerang, kebetulan di awal pemerintahannya Raja telah banyak
pula mengumbar kebijakan yang membuat kerajaan tetangga gerah.
Kerajaan
diserang oleh beberapa kerajaan jiran dan tak dapat bertahan, Rajapun tertawan
oleh sekutu nagera penyerang. Dalam tawanan T.A. pun merenungi dirinya kembali,
di dalam hatinya ia bergumam “kalau keadaan begini, lebih baik kiranya aku
kembali menjadi Tai’ Asu’”.
Keesokan
harinya terkaget-kaget Raja penakluk mendapat laporan dari sipir rumah tahanan,
Raja tawanannya hilang. Sibuk
diselidiki, barangkali ada teralis atau dinding atau loteng yang jebol,
ternyata tidak ada tanda-tanda orang dapat meloloskan diri. Para petugas
diikuti Raja penakluk bingung ketika menemukan ada sebongah “Tai’ Asu’ di dalam
ruang tahanan, mereka tidak mengerti dari mana datangnya/masuknya anjing
keruang tahanan yang begitu rapat dan dijaga ketat untuk sekedar membuang hajat.
Demikian
dongeng bersumber “NN”, sering didongenkan nenek-nenak jaman kita masih kecil
sebelum ada TV. Ketika itu penerangan malam hanya Pelita. Dongeng dituturkan untuk
mengantarkan tidur cucu-cucu, agar tidak takut dengan kesunyian malam. Selain
itu juga dongeng mengandung nasehat. Kadang ada dongeng memberi nasihat agar
gantungkanlah cita-cita setinggi mungkin, dimana ada kemauan selalu terbentang
jalan. Kadang ada dongeng yang memberi nasihat agar bercita-citalah yang
realistis. Terdapat juga dongeng membuktikan kejujuran pasti terbukti membawa
keberuntungan. Ada juga dongeng yang menunjukkan bahwa arogansi berujung
kehinaan. Dongeng “Kancil” agaknya membuat banyak pribadi yang cerdik tapi
licik.
No comments:
Post a Comment