Sering kita, ketika menunggu keberangkatan moda transportasi
yang akan melayani kita bepergian, semisal, Kereta Api antar Provinsi, Pesawat
Terbang, Kapal laut dimusim yang normal, di ruang tunggu duduk berdekatan
dengan orang lain yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Atau duduk di kursi
dalam pesawat terbang yang nomornya berdekatan dempet dengan nomor kursi anda.
Persoalannya kita belum mengerti apa orang yang
duduk disamping kita itu termasuk orang yang dapat diajak bicara. Belum lagi kalau
ruang tunggu itu merupakan tempat yang asing, katakanlah bukan di negara kita
sendiri, atau dalam pesawat penerbangan internasional. Bukan mustahil, bila kita ajak tetangga duduk kita itu untuk
berkenalan, ketika kita sodorkan tangan untuk berkenalan, orang itu menolak
atau tidak menyambut. Betapa kecewa dan malunya kita jika yang terjadi seperti
saya sebut terakhir tadi.
Bukan tidak mungkin ketika kita tanya yang
bersangkutan “akan berangkat kemana Ibu atau Bapak atau Mbak atau Dik”, orang
yang kita ajak bicara itu tidak menyahut. Belum lagi kendala bahasa, atau
kendala bicara.
Yang dimaksud kendala bahasa, belum tentu orang yang
akan kita ajak bicara, sama bahasanya dengan bahasa kita, atau mengerti dengan
bahasa yang kita pilih. Yang dimaksud kendala bicara bukan tidak mungkin
tetangga duduk kita itu tuna wicara, atau bindeng yang malu suaranya terdengar
orang lain.
Ada orang yang berpendapat, ucapkan kata “maaf tanya
…..mbak, atau Pak atau apa saja” sesuai kondisi teman duduk kita itu, tua muda,
lelaki atau wanita untuk menanyakan sesuatu. Bukan tak pernah terjadi,
pertanyaan tersebut diacuhkan, tidak di jawab. Tentu penanya akan malu sekali
dan segera memilih untuk pindah tempat duduk. Kalau si penanya kebetulan bertemperamen
tinggi mungkin langsung ngomel; “Ditanya gitu aja nggak nyahut, bisu apa”,
terjadilah sesuatu yang berbuntut kurang baik.
Oleh karena itu saya sampaikan resep yang barangkali
dapat dipergunakan untuk “Pembuka Kata” dalam kondisi tersebut di atas.
Hendaklah anda mengucapkan kata-kata mengenai situasi
pada saat itu, boleh situasi di dalam ruangan, atau situasi diluar ruangan yang
terlihat dari tempat duduk anda. Ada beberapa pilihan kalimat yang yang dapat
anda pilih yang anda ucapkan sendiri. Pilihan kalimat ini, kalaupun tidak
ditanggapi orang, anda tidak termasuk orang yang dianggap mengigau, misalnya:
Ø Udara
ruangan ini lumayan dingin jangan jangan dibawah …… derajat Celsius.
Ø Cuaca
diluar kelihatannya mendung, barangkali sebentar lagi akan hujan.
Ø Sudah
pukul sekian kok belum juga ada pemberitahuan keberangkatan, tepat waktu atau
tidak siiii, ini nanti.
Ø Anda
melihat ke jam di ruangan atau arloji tangan anda, sambil bergumam misalnya
“Sudah jam sebelas”, walau mungkin masih kurang seperempat atau malah lebih
seperempat.
Atau kata apa saja yang sekedar berguman sendirian,
kalaulah tidak ada yang nanggapi, sudah, berarti teman duduk kita ogah diajak bicara,
sudahlah harus diterima dengan lega. dan kalau dirasa perlu cari tempat duduk
lain. Tapi kalau ditanggapi, misalnya untuk soal “Udara” dikomentari “Oo ya
saya juga merasa dingin” dstnya, maka pembicaraanpun mulai cair, berarti
tetangga itu komunikatif.
Misalnya ketika anda ngomong sendiri, “cuaca mendung”,
tetangga anda duduk menjawab, “mungkin mendung begini ndak akan hujan”. Ketika
anda bicara soal keberangkatan, dia nanya, ”pakai pesawat apa”. Ketika anda
sengaja menyebut tanda waktu pukul sebelas yang salah, tetangga duduk anda itu
mengoreksi. Indikasi-indikasi ini memberi petunjuk obrolan dapat di mulai.
Begitu pula kalau yang bersangkutan berkomentar
tentang kalimat lain yang anda pilih selain kalimat di atas yang analog, maka
selamat buat anda, masa menunggu anda tidak akan terasa membosankan, sebab
obrolan dapat dilanjutkan ke hal-hal yang ringan. Hindari pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat pribadi.
Kalau anda selanjutnya berhasil memanfaatkan waktu
tunggu dengan sukses mengobrol dengan teman baru anda itu, bila teman itu lain
kebangsaannya dengan anda, setelah anda ketahui bangsa apakah dia, maka
hindarkanlah pertanyaan-pertanyaan anda tentang hal-hal yang tabu buat negara teman
baru anda itu, atau hal-hal mengenai sejarah kelam bangsa mereka. Upayakan
menghindar dari pembicaraan bertopik agama dan politik.
Tapi harus diingat hindari benar-benar perbedaan
pandangan mengenai sesuatu masalah. Ada pepatah orang tua kami dulu “Iyakan
yang di orang, Lalukan yang di awak”. Maksudnya: “pendapat orang diiyakan dan
kemukakan pendapat kita, kira-kira lawan bicara tidak akan keberatan dengan
pendapat kita itu”.
Agaknya model “Pembuka Kata” yang saya tawarkan ini,
model mencari teman bicara yang saya usulkan ini, tidaklah berlaku untuk
seluruh keadaan. Konsep ini cocok buat suasana ruang publik yang diyakini tidak
ada penjahat dan penipu. Orang yang masuk ruang tunggu keberangkatan moda transport
kelas tertentu yang masuk ke ruang tunggu sudah melalui saringan, security.
Jika di terminal bis antar kota, atau duduk di dalam
bis umum, agaknya model ini kurang tepat dipergunakan, sering kita dengar orang
justru dipancing oleh penipu dengan keramah tamahan, akhirnya terkena hipnotis,
atau menjadi korban minuman pembius dan dikuras uang dan barang berharga
bawaannya.
Selamat mencoba dan semoga perjalanan anda
menyenangkan.
No comments:
Post a Comment