Sama-sama, binatang melompat. Cecak hidup di gedung
dan rumah-rumah. Makanan utama nyamuk, tapi juga tidak menolak makan laron dan
binatang terbang kecil lainnya. Cecak punya kemampuan melompat, lebih banyak
merayap dan punya keahlian istimewa merayap posisi terbalik tanpa khawatir
terjatuh, bukan karena bebas dari gravitasi tapi di kakinya punya alat melekat
di permukaan terbalik.
Binatang yang satu ini, sering dibuat alat kompensasi
oleh orang tua kalau anak balita mereka sedang rewel. Walau secara ndak
disadari cara ini berdampak kurang baik bagi pertumbuhan kepribadian anak. Oleh
karena itulah tidak mengherankan bangsa kita setelah jadi orang dewasa, jadi
pejabat, tidak mau ngaku salah kalau sedang ada sesuatu kebijakannya yang
salah. Selalu saja mencari kambing hitam, mencari pembenaran bahwa kebijakan
yang diambilnya bukan salahnya tetapi salah pihak lain. Sebab sedari kecil kita
diajari untuk mengalihkan perhatian ke Cecak di dinding, supaya diam dari
menangis atau rewel. Memori kita sudah terbiasa sejak baru tumbuh sudah
dijejali dengan pengalihan isu.
Tupai adalah juga binatang melompat dan juga berkaki
empat seperti Cecak, habitatnya bukan di gedung dan rumah-rumah. Makanan
utamanya buah-buahan tentu sangat beda dengan Cecak. Tapi oleh manusia Tupai
juga dibuat ungkapan tekenal dengan “sepandai-pandai Tupai melompat sesekali
jatuh jua”. Untuk memberikan tamsil bagi seseorang yang demikian piawainya
berkelit memperagakan kemampuannya melakukan aktivitasnya (dikonotasikan
kegiatan yang negatif), tapi suatu saat terbuka juga kesalahannya itu.
Berkenaan dengan habitat dan makanan pokok, maka
Tupai paling banyak hidup di perkebunan kelapa. Tupai melompat dari daun kelapa
satu ke daun kelapa lainnya dan mempunyai kemampuan membolongi buah kelapa
untuk memakan daging buah kelapa. Kemampuan ini tidak dipunyai Cecak, termasuk
saudara tua Cecak yaitu Tokek tidak dapat menyaingi Tupai.
Sejak dulu Tupai dengan Cecak sudah berkompromi,
bahwa masing-masing menempati habitat masing-masing, agar tidak saling
mengganggu wilayah operasi. Sampai soal makananpun mereka sudah berbagi jenis.
Cecak cukup melahap nyamuk dan serangga kecil yang terbang atau merayap di
dinding, Meskipun Cecak tak mampu terbang dan nyamuk makanannya terbang, dasar rezeki
ndak kemana, ada saja nyamuk yang dapat dilahap. Sedangkan Tupai, makanannya
daging kelapa dan tak pernah terlintas dipikiran Cecak untuk coba-coba makan
daging kelapa dan sebaliknya tak terpikir pula oleh Tupai untuk sesekali
melahap nyamuk. Komitmen yang telah dikompromikan ini ditaati betul oleh Cecak
dan Tupai, mungkin sampai hari kiamat.
Ada ungkapan buat orang yang berangan tinggi yang
tak mungkin untuk dicapai “CECAK JANGAN BERKEINGINAN MAKAN KELAPA”. Ungkapan
ini memberi ingat agar jangan terlalu muluk berangan, sedang dan wajar sesuai
dengan kondisi dan kemungkinan yang tersedia. Bahwa Cecak tak akan mungkin
makan daging kelapa dengan upaya sendiri, sebab tak punya kemampuan membolongi
buah kelapa sabagaimana Tupai yang punya gigi kuat.
Adalah beda dengan kita manusia, selalu saja
melanggar komitmen, selalu saja melanggar janji dari sudut pandang makanan saja
kita bangsa manusia ini sudah banyak melanggar komitment. Banyak diantara
manusia yang tega memakan daging sesama manusia, banyak yang tega memakan
semen, besi beton batu dan aspal.
Bangsa Jin saja komit soal makanan, mereka tidak mau
makanan yang dimakan manusia. Karena andaikan jin juga doyan makan makanan
manusia, tentu saja banyak restoran yang tekor, karena stock makanan tiba-tiba
habis dimakan jin, karena jin mahluk tak kasat mata.
Sadarlah kita manusia, bahwa kita ini jenis makhluk
yang memakan segala macam makanan, baik kelompok makanan maupun kelompok bukan
makanan. Kalau hewan memang ada yang memakan segala, pemakan daging, ya juga
pemakan tumbuhan, tetapi belum ada hewan yang makan segalanya seperti manusia.
Dari tulisan tentang fenomena Cecak dan Tupai di
atas kiranya dapat dipahamkan bahwa:
1.
Bahwa masing-masing jenis hewan sudah
ditentukan oleh yang Maha Kuasa akan habitat dan makanannya.
2.
Upayakan jangan ajarkan anak sejak dini
dengan mengalihkan isu agar kelak si anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak
suka mencari kambing hitam, tapi satria mengakui bila salah dan siap menerima
koreksi.
3.
Bahwa rizki tetap tersedia, walaupun
Cecak tak bisa terbang nyamuk dapat terbang dasar rezeki Cecak adalah nyamuk,
maka belum pernah terlihat ada cecak mati kelaparan.
4.
Bahwa hidup ini, harus menggantung
cita-cita setinggi-tingginya, tetapi hendaklah ukur kondisi dan kemungkinan
pada diri masing-masing. Cecak jangan bercita-cita makan kelapa.
5.
Bahwa manusia harusnya sadar, bahwa
jangan suka melanggar komitment dan
janji. Kalau begitu kalah sama Cecak dan Tupai.
Demikian tulisan ini terinspirasi dari dua hewan
ciptaan Allah, semoga ada manfaatnya untuk para pembaca.
No comments:
Post a Comment